Tiga jam tiga puluh menit kemudian, Alaska sudah duduk didalam mobil milik Dalilah yang Kala pinjam untuk menjemputnya malam ini. Ditempat duduknya, Alaska merasa sedikit gelisah dan perhatiannya teralihkan oleh pria yang sedang duduk di sampingnya karena pria itu sangatlah tampan. Pria itu terlihat elegan tanpa mengurangi kemaskulinitasanya meski hanya mengenakan kemeja berwarna biru donker dengan jeans pudar. Penampilan Kala yang sederhana tidak meredupkan pesonanya yang seterang lampu neon dan cahaya terang yang entah bagaimana secara magis terpancar dari dirinya sungguh membuat Alaska terpesona.
Rasa terpesonanya itulah yang membuat Alaska secara diam-diam memperhatikan fitur wajah Kala lebih seksama. Fitur wajah dari Laki-laki yang sedang memusatkan konsentrasinya pada hiruk- pikuk jalanan kota Balikpapan dimalam hari. Dengan keterbatasan cahaya Alaska menemukan fakta bahwa rahang laki-laki itu sedikit ditumbuhi jambang, ada sebuah bekas luka di ujung Alis sebelah kiri, dan Leher jenjang yang mengarah pada Pundak bidang yang pasti terasa nyaman untuk dijadikan sebagai sandaran. Tiba-tiba wajah Alaska kembali bersemu merah ketika memikirkan dirinya menyandarkan kepala pada pundak kokoh dan dada bidang itu. Wajah Alaska sama merahnya dengan wajahnya 30 menit yang lalu ketika kala berdiri didepan pintu rumahnya dengan membawa sebuah bouqet bunga mawar yang dirangkai begitu apik. Jika pria ini sedang berjuang untuk menggodanya, maka pria ini sudah setengah jalan menuju keberhasilan karena seperti para groupies Kala, Alaska benar-benar terpesona dengan penampilan pria itu. Namun ada satu hal yang belum disadari si sang penggoda kelas kakap, Alaska Dahayu bukanlah wanita dangkal yang akan jatuh cintah hanya karena pesona.
"Kamu tahu kan kalau manusia bisa melihat dengan cara melirik dan tidak harus benar-benar menoleh?" Kala memecah keheningan.
Alaska gelagapan dan cepat-cepat membuang pandangannya kearah jendela. Dia harus memikirkan sebuah serangan balasan karena Alaska tidak mau terlihat seperti salah satu groupies pria itu. Melihat Alaska yang salah tingkah karenanya, Kala pun tertawa. Tawa keduanya hari ini dan hal itu sedikit mengusik Kala karena dia tidak pernah tertawa sesering ini sebelumnya.
"Ada yang lucu?" Tanya Alaska.
"Kamu"
"Apakah membuat orang merasa tidak nyaman merupakan hal yang lucu bagimu, Mr. Carvalho?"
Alaska sengaja menggunakan "Mr.Carvalho" dan nada setengah menghina untuk membuat pertanyaan yang dia ajukan terdengar dramatis dan bertujuan mengusik ego pria itu.
"Tidak. Aku yakin, aku tidak membuat mu merasa tidak nyaman, nona Alaska Dahayu. Akan tetapi aku membuatmu terpesona dan itu yang membuat mu merasa tidak nyaman. Kenyataan bahwa dirimu dapat terpesoan padaku."
"Aku sama sekali tidak terpesona. Aku hanya sedikit penasaran."
"Tentang?"
kala sekilas menoleh kearah Alaska dan tatapan dingin pria itu membuat glenyar aneh didalam perut Alaska.
"Tentang kamu yang tiba-tiba mengajakku keluar untuk makan malam" jawab Alaska jujur
"Apa ada yang salah? Aku pria normal dan kau wanita normal. meski salah satu diantara kita abnormal sekalipun, bukan sebuah dosa besar mengajak seorang gadis yang belum menikah keluar untuk makan malam kan?"
"Tapi yang aku tahu kamu tidak menyukaiku" jawab Alaska dengan polos.
"Ditempatku yang sering aku singgahi, pria tidak harus menyukai wanita yang ingin dia ajak berkencan bahkan untuk hal yang lebih dari sekedar berkencan" Kala kembali menoleh kearah Alaska dan menatap wanita yang sedang melongo karena tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Apakah kamu baru saja merujuk pada hal yang sekarang sedang aku pikirkan?"
"Apapun yang kamu pikirkan aku harap hal itu melibatkan diriku" lagi-lagi pria itu unggul dari Alaska.
Alaska sungguh tidak percaya pada dirinya sendiri yang bahkan masih mau menanggapi pembicaraan pria itu. Kala tampan, pintar dan lawan bicara yang sepadan dengan dirinya karena pria itu berakal tidak seperti kebanyakan pria diluarsana. Namun, Alaska membenci sikapnya sendiri yang selalu muncul setiap kali bersama pria ini. Alaska tidaklah selalu menjadi orang yang memiliki kepribadian sempurna tanpa cela, namun dia selalu mencoba untuk bersikap sopan, baik, lembut karena Penting bagi Alaska untuk menjaga perasaan orang lain. Namun pria angkuh nan tampan ini entah bagaimana selalu berhasil memancing keluar sisi terburuk dirinya dan hal itu membuat alaska merasa tidak nyaman.
"Satu-satunya pikiranku yang melibatkan mu hanyalah bagaimana caranya aku bisa menghindarimu" bukan sebuah kebohongan meski hanya sebagian dari kejujuran.
"Said a girl who's sitting next to me and invited me to be her plus one to her friend's birthday party"
"tidakkah kamu berpikir,mungkin saja aku sekarang sedang memanfaatkan mu? Dan aku akan menghilang tepat pukul 12 malam seperti seorang cinderella?" Tanya Alaska
Kala menatap Alaska sedikit lebih lama dari sebelumnya seakan pria itu sedang berusaha menyelidiki maksud pertanyaan Alaska. Ketika Alaska yakin bahwa pria itu dapat mencium kejujuran dibalik pertanyaannya, Kala tersenyum jahil kearahnya dan berkata
"Setidaknya, pastikan kau meninggalkan sesuatu yang lebih berharga dari sepatu kaca. Smartphone mungkin?" Canda Kala.
"Tenang, aku tidak akan meninggalkan apa-apa. Aku hanya akan mengirim pesan melalui Whatsapp pada mu yang berisi "go fuck yourself" dengan emoticon jari tengah" Alaska berusaha terdengar sinis untuk membalas candaan kala.
Dan tujuan dari pernyataan sinis itu gagal sebab alih-alih merasa kesal dan menghentikan percakapan yang mengalir tanpa arah ini, Kala malah tertawa terbahak-bahak. Tawa ketiga pria itu hari ini.
"Aku tidak bermaksud menghibur." Cetus Alaska
"I knew sweetheart." Ucap Kala ditengah kikikan nya.
"Hah! Lebih baik mendengarkan radio dari pada mendengar cekikikanmu yang menyebalkan itu"
Alaska menyalakan radio dan sebuah lagu populer yang menjadi pengantar sebuah sekmen acara radio lokal yang cukup terkenal di wilayah Balikpapan dan sekitarnya membahana memenuhi seisi mobil. Sesaat lagu itu mengalihkan perhatian mereka. Ketika suara bariton rendah si penyiar radio terdengar, Alaska sudah benar-benar memusatkan perhatiannya sambil menatap keluar jendela. Sekmen acara radio tersebut adalah sekmen favoritnya
" selamat malam pendengar setia "kisah dipenghujung malam". Kembali lagi dengan saya Uha yang akan membacakan kisah-kisah cinta dari mereka yang tak bernama untuk diperdengarkan pada dunia sebagai pengingat bahwa cinta itu benar ada. Malam hari ini, sudah ada tiga e-mail yang saya dan tim pilih untuk dibacakan..."
"Ini acara kesukaan ku. Setiap nganggur dirumah aku pantengin youtube chanel radio ini dan kalau lagi dijalan aku pasti dengerin saluran ini."
Sama seperti kemarin malam saat mereka makan di kedai nasi goreng, Alaska tanpa sadar menceritakan hal yang bersifat pribadi kepada Kala begitu saja dan seperti air mendidih yang menguap,Rasa jengkel Alaska pada Kala menguap begitu saja.
"Kenapa?" Selidik Kala.
"Senang rasanya mendengarkan kisah cinta. Kisah-kisah seperti ini membuat aku yakin kalau cinta itu benar-benar ada"
Kala menatap Alaska yang sedang menatap lurus dan menerawang kearah padatnya jalanan dengan senyum mengembang diwajahnya dan tangan yang dijalin satu sama lain. Kala tersadar bahwa wanita ini tidak akan mudah digoda. Hal itu pula yang membuat Kala kembali mempertanyakan niatnya
"Pantaskah wanita manis dan baik yang terobsesi akan cinta ini dia korbankan hanya karena sebuah alasan konyol?" Batin Kala. Tidak! Batinnya dirundung dilema. Sekali lagi Kala menatap kearah Alaska dan semakin jelas terlihat bahwa salah jika dia menggunakan wanita ini untuk alasan apapun kecuali jika dia benar-benar memiliki rasa pada wanita itu. Kala pun memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
Sesampainya di tempat pesta, Kala membiarkan mesin mobilnya tetap menyala dan seperti seorang pria terhormat Kala keluar dari mobil untuk membukakan pintu Alaska. Alaska sedikit terkejut dengan tingkah Kala yang tidak biasa. Bukan pria itu tidak biasa melakukannya, tapi karena Alaska yang tidak biasa mendapat perlakuan seperti itu. Setelah Alaska sudah benar-benar keluar dari mobil dan berdiri menghadap Kala,dengan suara rendah dan sedikit mengandung sesal kala berkata
"Aku harus mencari jalan lain sepertinya"
Kemudian Kala melakukan kesalahan pertama dalam hidupnya dengan menatap mata Alaska. Mata yang dipenuhi rasa keingintahuan itu berbinar seperti ada jutaan bintang yang membentuk gugus dibola matanya yang segelap malam. Setelah itu tanpa sadar, tanpa sadar Kala melakukan Kesalahan keduanya dengan mengecup kening wanita itu. Pada saat bibirnya mengusap lembut kening Alaska, Kala tersadar bahwa alih-alih mencari jalan lain dia malah terjerumus dalam jebakannya sendiri.