Broken hearts can still love, and broken people are still loveable
-pierre Alex Jeanty-
Setelah melakukan perbincangan 'aneh'itu -Alaska menyebutnya aneh karena dia sama sekali tidak sepenuhnya paham dengan arah perbincangan mereka tadi dan tidak mengerti alasan apa yang membuat Dalilah melarangnya untuk menjadi lebih dekat dengan Kala-Dalilah berusaha membujuk Alaska untuk bergabung dengan sekelompok kecil teman-temanya yang sedang bermain Kartu di seberang ruangan. Alaska tidak pernah merasa nyaman jika berda diantara teman-teman populer Dalilah. Lingkran pertemanan yang berisikan orang -orang terkenal dengan jumlah followers melebih 10 juta di akun instagram mereka. Dalilah adalah sahabat baiknya tapi bukan berarti siapapun yang berteman dengan Dalilah adalah temannya. Karena Alaska memiliki ketetapan hati yang cukup kuat mengenai 'tidak akan bergabung dengan kumpulan kecil anak-anak populer', Dalilah pun menyerah membujuknya dan meninggalkan Alaska sendiri.
Tidak lama kemudian, Kala kembali dengan membawa gelas minuman yang awalnya diminta Dalilah. Namun, karena Alaska tahu bahwa itu hanya permintaan yang dibuat Dalilah untuk menyingkirkan Kala supaya mereka bisa memiliki waktu berbicara berdua, maka Alaska tidak perlu repot-repot menjawab pertanyaan Kala ketika laki-laki itu bertanya
"Where's Dalilah?"
"I don't know" Alaska mengangkat bahunya "this party is dull"
Kala duduk disamping Alaska dan memberikan gelaas limun ditangannya kepada Alaska. Tanpa ragu, Alaska menyambar gelas limun yang seharusnya untuk Dalilah dan menegaknya dalam satu kali tegakkan. Dari sudut matanya, Alaska dapat melihat Kala yang sedang memperhatikannya lekat-lekat. Laki-laki itu menatap Alaska dengan intens dan kemudian menegak minuman didalam gelasnya dalam satu kali tegakkan.
"Wanna go outside for some fresh air?"
Kala berdiri dan mengulurkan tangan kearah Alaska. Pada saat itu, tiba-tiba kata-kata Dalilah kembali terngiyang dikepalanya.
"Lawan arus dan berenanglah ketepian, Al" suara Dalilah yang bergema di dalam kepalanya membuat Alaska ragu sejenak. Ada sebagian dari dirinya yang ikut mendukung Dalilah, bagian dirinya yang sejak awal sudah meperingatkan bahwa pria ini berbahaya. Pria yang mengulurkan tangannya pada Alaska seperti seorang pangeran berkuda putih, sayannya tidak ada senyum menawan yang hangat diwajah pria ini. Hanya kehampaan dan tatapan yang dingin. Alaska menoleh kearah kerumunan dimana Dalilah menghilang beberapa menit yang lalu, tampak sedikit ragu. Kemudia setelah menghela napas panjang, Alaska menyambut uluran tangan itu dan kemudian berdiri diatas kedua kakinya sebelum dituntun Kala menuju teras belakang rumah Anjas.
Di teras belakang hanya ada sepasang kekasih yang tengah asyik mengobrol diatas sebuah ayunan kayu yang tergantung pada langit-langit diujung teras. Ketika Kala dan Alaska melangkah keuar dari ruang tamu dan bergabung dengan mereka di teras, sepasang kekasih itu merasa sedikit terganggu dan memutuskan untuk berjalan-jalan di taman belakang rumah ditengah temaramnya malam berhias ribuan bintang. Alaska mendesah melihat sepasang kekasih itu. Semua orang jatuh cinta dan menemukan cintanya, hanya dia yang terus menunggu cinta nya tiba.
Setelah pasangan kekasih itu menghilang dibalik pepohonan cemara, akhirnya Alaska dan Kala hanya berdua diteras. Kala duduk diatas railing (yang terbuat dari kayu) membelakangi bulan dan menghadap kearah Alaska yang masih menatap kearah pepohonan cemara tempat sepasang kekasih tadi menghilang.
"What's bothering you?" Tanya Kala
Akhirnya Alaska memberikan perhatiannya pada Kala. "Kama" jawab Alaska jujur meski tidak sepenuhnya benar. Sebab saat ini selain Kama ada hal lain yang menggangunya yaitu sikap Dalilah bebarapa saat yang lalu. Sikap Dalilah yang tiba-tiba menjadi overprotective terhadap kakaknya. itu tidak seperti Dalilah biasanya. Ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan.
Kala tersenyum dan menepuk permukaan reiling disebelahnya, memberikan isyarat pada Alaska unuk duduk disana bersamanya. "Aku bukan pemberi nasehat yang baik tapi aku seorang pendengar yang baik"
Menanggapi tawaran itu, Alaska hanya menggeleng pelan dan alih-alih dia melatakan sikunya diatas realing kemudian menengadah menatap langit malam yang begitu indah.
"Aku tidak yakin"
Kala terkekeh. " aku memiliki seorang sahabat bernama Ameer, kami selalu bertukar kisah dibawah langit malam dan ditemani botol-botol beer. Meski tidak memiliki beer disini setidaknya kita masih duduk dibawah langit malam yang begitu indah"
Kalimat yang cukup panjang yang pernah diucapka seorang Kala Carvalho dan tanpa mengurangi fakta bahwa ini pertama kalinya pria itu berbagi informasi pribadi dengan Alaska.
"Jadi, kamu mau bermain peran sebagai 'sahabat' ku sekarang?"
Kala berpura-pura menoleh kesekitar dan berkata "aku tidak melihat sahabat-sahabat mu disini sekarang. Jadi, ada apa dengan kamu dan tuan baik-baik itu?" Kala bersedekap dan memasang wajah jengah.
Alaska terkekeh " sekarang aku tidak begitu yakin bahwa Kama pantas disebut Tuan baik-baik"
"Baru sekarang? Kamu begitu polos dan bodoh?."
"Apakah salah menjadi begitu polos?"
"Polos? Tidak salah. Polos dan bodoh itu yang salah"
Alaska mendesah " kamu sama sekali tidak mengerti karena mungkin kamu bahkan tidak pernah jatuh cinta." Alaska melirik kearah kama yang memandang lurus kedepan "kama itu sempurna, dia laki-laki yang tepat. Setidaknya itulah yang kupikirkan, namun ternyata apa yang ada dalam pikiran dan hatiku tidak sejalan dengan apa yang ada didalam pikiran dan hatinya."
Kala bergeming ditempat duduknya sedangkan Alaska melanjutkan racauannya "sudah banyak hal bodoh yang aku lakukan karena dia, termasuk tindakan impulsifku malam ini yang melibatkan dirimu."
"Sebenarnya tindakanmu untuk membuat laki-laki itu cemburu cukup cerdas karena laki-laki cenderung menyukai tantangan. Tertarik dengan sesuatu yang menarik dimata laki-laki lain."
Alaska menoleh kearah Kala "tapi kamu tidak begitu membantu. Bukannya menolongku untuk membuatnya cemburu, kau malah menghilang entah kemana." Alaska mendenus diakhir kalimatnya.
"Aku mengatakan rencanamu cerdas bukan berarti aku setuju menjadi bagian dari rencanamu"
Alaska menatap Kala dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana mungkin laki-laki ini bisa bersikap baik, manis dan mejadi pendengar yang baik disuatu waktu dan menjadi begitu arogan, dingin, dan menyebalkan diwaktu yang lain. Kala membalas tatapan Alaska dan sesaat mereka terdiam, saling tatap seakan-akan sedang mengikuti sebuah kontes yang harus mereka menangkan.
"Kamu tahu, Kala Carvalho?" Bisik Alaska tanpa mengalihkan tatapannya dari mata tajam Kala.
"Hemmm" tidak sedetikpun kala mengalihkan tatapannya dari Alaska, bibir Alaska tepatnya. Bibir yang selalu mengatakan hal-hal pedas. Bibir yang lebih banyak cemberut dari pada tersenyum. Bibir dari wanita yang begitu mengganggu. Tanpa Kala sadari, kini wajah mereka hanya berjarak satu jengkal.
"Kamu begitu menyebalkan" Alaska yang masih tidak menyadari bahwa wajah kala semakin mendekat dan mempersempit jarak antara mereka, tetap bergeming ditempatnya.
Entah karena cahaya bulan yang terpantul diwajah wanita ini sehingga membuat efek bercahaya yang mengeluarkan pesona Alaska atau karena gairahnya yang sudah terlalu lama tidak dia salurkan sehingga sekarang saat berhadapan dengan Alaska Dahayu kebutuhannya meronta-ronta. Kala mendesah, sebelum membuang pandangannya dari Alaska karena satu detik lebih lama lagi dia menatap bibir wanita itu, hanya Tuhan yang tahu hal apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
" Kamu tahu Alaska Dahayu? Kamu juga adalah wanita aneh yang menyebalkan"
Alaska tersontak ketika mendengar kalimat itu meski kalimat itu diucapkan dengan nada mengandung candaan. Sesaat, hanya untuk sesaat Alaska mengira apa yang dia lihat didalam mata Kala adalah gairah karena pria itu menginginkannya, namun ternyata pria itu mengucapkan sebuah kalimat yang mengingatkannya akan kalimat yang diutarakan Kama beberapa tahun yang lalu "kamu adalah wanita manis yang begitu menyebalkan" ucap Kama saat itu "kamu seperti saudara perempuan yang tidak pernah aku miliki" ucap pria yang begitu Alaska cintai sembari mengusap kepalanya dengan lembut. Saat ini, saat Kala yang mengucapkan Kalimat serupa, rasa sakit, kecewa dan pedih itu kembali lagi. Oleh karena itu Alaska tersadar bahwa sama hal nya dengan Kama, pria ini pun tidak melihat Alaska sebagaiman Alaska ingin dilihat oleh seorang pria.
Dengan senyum getir alaska membuang pandangannya dan menatap langit malam yang dipenuh bintang-bintang. Meski Alaska tidak memiliki perasaan apapun terhadap pria ini, tapi tetap saja kalimat laki-laki itu melukai harga dirinya.
"Sepertinya kita bisa berteman."
Celetuk Alaska lebih pada dirinya sendiri dari pada Kala karena tidak ada alasan bagi mereka untuk tetap saling bertemu jika bukan karena pertemanan. untuk sebuah alasan Alaska ingin mengenal Kala lebih jauh. Ada sesatu pada diri laki-laki itu seperti sebuah misteri yang menggoda untuk dipecahkan. Bagi Alaska Dahayu-sang pecinta misteri, Kala seperti magnet yan terus menariknya menddekaat. Dengan kata lain, Alaska tidak ingin malam ini menjadi pertemuan terakhir mereka. Namun Alaska merasa bimbang karena Jelas Dalilah sudah memberikan ultimatum bahwa dia tidak ingin salah satu diantara sahabatnya memiliki hubungan khusus dengan kakak kaandungnya. Oleh karena itu berteman dengan Kala merupakaan jalan keluarnya karena dia bisa menggali lebih dalam tanpa harus melanggar janjinnya pada Dalilah.
"Apa yang membuat mu berpikir seperti itu?"
"Aku menganggapmu menyebalkan dan kau menganggapku meenyebalkan. Dengan kaata lain kita bisa saling mengganggu satu sama lain."
"Hemm" Kama berpura-pura berpikir "aku tidak melihat hal yang menguntungkan dari Pertemanan ini" ucapa Kala "except the only friendship that you over is friend with benefit" tambahnya dalam hati
"Tidak kah kau lihat keuntungannya?" Tanya Alaska. Kala menggeleng.
"Aku bisa mengalihkan perhatianku dari kama karena kau menggangguuku dengan sikap menyebalkanmu itu dan kamu bisa mendapt hiburan tambahan dihidupmu yang membosankan itu"
Akhirnya Alaska menggunakan perasaan dan hubungan rumitnya dengan Kama sebagai Alasan untuk meyakinkan Kala. Lebih baik membuat pria itu berpikir bahwa Alaska tidak tertarik padanya ssecara personal. Meski untuk saat ini ketertarikannya hanya seperti memecahkan misteri.
"Dengan kata lain kau mau aku setuju berada dalam rencana konyol mu untuk membuat Kama cemburu?"
"Exactly. Classic, isn't? Siapa tahu kamu bisa jatuh cinta padaku seperti kisah-kisah roman picisan?" Goda Alaska.
" membuat Kama menyesal karena telah meninggalkan mu dan kita hidup saling mencintai dan bahagia selama-lamanya?" Kala mengajukan Sebuah pertanyaan yang mengandung sarkasme dan pertanyaan itu berhasil membuat Alaska tertawa. Kemudian tawa Alaska menular pada Kala. Entah sudah tawa keberapa yang keluar dari mulut Kama malam hari ini.
"Sugar, life isn't just a book in one genre. It's complicated" celetuk kala disela-sela tawanya.
"Benar hidup tidak pernah sesederana kisah romansa, jadi?" Alaska menguluran tangannya kearah Kala untk berjabat tangan, sebagai simbol pertemanan. Sambil memperhatikan Kala yang sedang memusatkan perhatiannya kearah tangan Alaska, diaberharap pria itu percaya dengan Alasan konyolnya. Alaska melakukann ini bukan hanya sekedar untuk menguak tabir misteri yang menyelubungi pria itu tapi segala rahasia yang disimpan keluarga Carvalho. Rangkaian kejadian sejak kemaren mengganggu Alaska. Tante Tami yang tiba-tiba mengamuk dan Dalilah yang sangat menentang sahabatnya mendekati Kala. Ada yang tidak beres dengan keluarga itu dan sebagai sahabat, Alaska ingin menolong Dalilah. Selain itu dia juga bisa menggunakan bantuan Kala untuk membuat Kama jatuh cinta padanya. Setidaknya ini adalah win win solution.
"Teman" kala menyambut uluran tangan Alaska dan berjabat tangan. Sambil menatap lurus kedalam bola mata wanita dihadapannya itu. Kala berdoa dalam hatinya semoga pada akhirnya wanita ini akan menemukan kebahagiaannya dan memaafkan kala atas niat yang diamiliki. Di mata Kala, Alaska adalah wanita yang baik. Wanita yang sesungguhnya tidak pantas untuk dia bohongi, tapi Kala tidak memiliki pilihan lain.