Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 35 - SOMETHING ARE MEANT TO BE (2)

Chapter 35 - SOMETHING ARE MEANT TO BE (2)

"I should get going"

Alaska adalah yang pertama melepas jabatan tangan penanda persahabatan mereka.

"Already?"

Kala melihat jam tangan expedition hitam yang melingkar dipergelangan tangan kanannya. Waktu masih menunjukkan pukul 09.30 malam.

"Yup. Aku sudah harus berada di mes paling lambat pukul 10.00 malam."jawab Alaska sambil melangkah menuju ruang tamu untuk mengmbil tas miliknya yang dia tinggalkan beberapa menit yang lalu.

Kala mengekor dibelakang Alaska "kenapa?"

"Karena aku seorang polisi wanita yang masih lajang jadi aku berkewajiban untuk tinggal di mes yang disediakan. Tinggal di mes berarti harus menaati setiap aturan yang berlaku, termasuk kembali ke mes tepat pada waktu yang sudah ditentukan."

Sambil terus berjalan dibelakang Alaska menuju ruang tamu , Kala melemparkan pandangannya kearah beberapa orang yang masih memadati rumah Anjas dan diantara beberapa orang itu Kala melihat Lidsey dan Kama. Mereka berdua duduk disebuah kursi panjang dan dikelilingai beberapa orang yang sudah Alaska perkenalkan pada Kala saat mereka baru tiba di pesta. Lidsey meletakkan kepalanya diatas pundak Kama yang menatap kosong kedalam gelas berisi Limun nya. Dia terlihat jengah dan bosan, entah karena rasa cairan dalam gelas laki-laki itu tidak enak, pembicraaan yang sedang dipandu Anjas terasa membosankan atau dia jengah dengan wanita yang meletakkan kepala dipundaknya dengan nyaman seperti memang disitulah tempatnya berada.

"Apakah kau satu-satunya yang belum menikah?" Tanya Kala ketika Alaska tiba-tiba berhenti disebuah meja kecil di samping sofa tempat mereka duduk beberapa saat yang lalau.

"Tidak. Aku dan Lidsey, tinggal kami berdua yang belum menikah." Desah Alaska. Kenyataan bahwa dirinya belum menikah bukanlah suatu hal yang buruk, namun belum menikah dan harus terperangkap didalam satu bangunan yang sama dengan musuhnya merupakan hal yang buruk.

"Jadi, mengapa hanya kamu yang harus buru-buru pergi?" Kali ini Kala benar-benar mendapatkan perhatian Alaska. Dia mengalihkan pandangannya dari tas kearah Kala. "Kenapa dia masih duduk dengan nyaman disudut sana dan tidak harus buru-buru pergi?" Kala menoleh kearah Kursi panjang di seberang ruangan dan dengan menggunakan dagunya dia menunjuk Lidsey yang kali ini sedang meletakkan dagunya diatas pundak Kama.

Alaska menoleh kearah yang ditunjuk Kala dan kemudian dia menyaksikan sebuah adegan lain burung merak sedang mengembangkan ekornya, menggoda para pejantan bodoh. Melihat Lidsey yang meletakkan dagu diatas pundak Kama, dan Kama yang terlihat sama sekali tidak terganggu akan hal itu membuat hati Alaska sedikit terganggu? Sedikit? "Mengapa hanya sedikit?" Sesuatu berbisik dalam hatinya. Alaska menjadi semakin tidak yakin dengan apa yang saat ini sedang dia rasakan karena rasa sakit yang diakbitkan adegan itu tak sehebat rasa sakit yang pernah dia rasakan sebelumnya. Mungkinkah dia mulai jengah? Ataukah hatinya sudah mulai kebal seperti tubuh manusia yang memiliki sistem imunitas? Atau mungkin karena dia menemukan pengalihan? Alaska melirik kearah Kala dan menggeleng.

"Apakah itu menganggumu?" Kala kembali bertanya.

"Hah? Apa? Tidak!"

"Apanya yang tidak?" Kala menggodanya.

"Tidak! Hal yang sedang Lidsey lakukan itu tidak mengangguku"

"Ok." Kala menganggkat bahunya dengan malas sebagai bentuk ekspresi dari bahwa dia tidak termakan oleh kebohongan yang diutarakan Alaska. Jelas , dimata Kala Alaska sedang trbakar cemburu "jadi, mengapa hanya kamu yang harus terburu-buru?"

Alaska mengalihkan pandangannya dari dua ekor burung merak yang memuakan ke arah tas nya dna melangkah keluar dari pesta yang menyesakkan.

"Apa kau pernah melihat ada wanita cantik yang dihukum, dimarahi atau terlibat masalah?"

"Jadi maksudmu, karena Lidsey cantik dia tidak akan terlibat masalah meski melanggar aturan?"

Alaska tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Kala "jangan bersikap seolah-olah kau baru mendengar hukum dasar yang ada didunia ini" Alaska menatap tajam kearah mata Kala dan melanjutkan "hanya orang miskin dan buruk rupa yang menerima hukuman"

Alaska tidak terlihat seperti orang yang sudah selesai dengan ucapannya, oleh karena itu Kala hanya diam dan membalas tatapan mata Alaska. Dia ingin tahu apa yang akan diucapkan gadis polos ini selanjutnya dan setelah sebuah helaan napas yang panjang Alaska berkat "dan kau tahu siapa wanita yang sedang duduk diatas kursi itu? Dia wanita cantik dan Kaya. Jadi, aku tidak akan repot-repot memikirkan dia dan menuntut keadilan. Lebih baik aku mengurusi diriku sendiri dan tidak terlibat dalam masalah apapun."

"Aren't you rich, are you?"

Alaska memutar kedua bola matanya kemudian kembali berjalan mendahului Kala.

"Karena aku tidak cukup cantik untuk terhindar dari masalah."

Kala tertawa dan berkata "I couldn't agree more"

Alaska menoleh kearah Kala yang saat ini sudah melangkah disampingnya, bukan hal sulit baki Kala untuk mengimbangi langkah Alaska karena meski Alaska bertubuh tinggi namun Kala jauh lebih tinggi.

"Kau tahu? Kau sungguh menyebalkan"

Alaska berusaha menahan tawanya, namun tawa pria itu sungguh menular seperti wabah yang perlahan menggrogoti dinding pertahanannya. Pria ini mampu menghina dan membuatnya merasa lebih nyaman disatu waktu yang bersamaan.

"Kita memiliki begitu banyak kesamaan" Kala berkata disela-sela tawanya.

"Oh well? Let me see. Satu, Kamu kaya dan aku cukup kaya, check. Dua kamu tampan dan aku tidak cantik, X besar! Kamu menarik dan aku tidak menarik, satu lagi X besar. Ok, aku tidak melihat kesamaan apapun kecuali keadaan finansial keluarga kita."

" kita sama-sama memiliki permasalahan dengan kepercayaan diri." Ucap Kala.

Mendengar pernyataan pria itu yang terdengar jujur, Alaska mundur satu langkah supaya dirinya bisa mengamati Kala dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah Alaska berlagak Seperti seorang detektif yang sedang berusaha memecahkan kasus misteri. Dia melipat kedua tangannya didepan dada dan pura-pura berpikir. Kemudian dia terawa terbahak-bahak.

"Apa yang membuatmu tidak percaya diri, Mr. carvalho?"

Masih dengan tatapan serius, Kala berkata dengan suara dingin "kamu belum mengenalku Alaska Dahayu"

"Lantas apa kau kira kau sudah mengenalku?" Tanya Alaska.