"Yasudah, keluar saja sekarang sama dia."
"Eh? Serius, Mom? Tumben?" Tanyaku kebingungan.
"Iya, Sayang, khusus malam ini mom buat pengecualian. Lagipula mom lebih senang lihat kamu sudah bisa move on dari penghuni gantungan kunci itu." Ibu tersenyum tipis.
Aku sebenarnya ingin bilang kalau William bukan pacarku. Tapi aku takut itu akan membuatnya berubah pikiran dan membuat William semakin lama menunggu.
"Oke, Mom! Terima kasih." Aku mencium pipinya sebelum menghampiri William di ruang tamu. "Yuk, Wil, kita cabut."
"Oke. Tapi aku mau izin sama kakakmu dulu, nih, Ra." William tersenyum tipis.
"Oh, biar aku wakilin saja, ya." Aku kemudian berteriak, "Kakak! Kami pergi dulu ya!"
"Ok, Sayang! Hati-hati dijalan ya, kalian."
Kami lalu keluar meninggalkan rumah. "Eh, Ra, ibumhmu kemana, sih? Aku tidak melihatnya daritadi." William bertanya.
"Ohh, ehhh ... Itu … dia ikut ayah bisnis ke luar negeri." Alu terpaksa berbohong. Soalnya, ibu selalu memintaku untuk merahasiakan identitas dirinya, maklum, dia lebih senang dipanggil kakak karena masih ingin dianggap muda.
Kami berdua akhirnya pergi ke bioskop untuk menonton film yang telah kami tunggu-tunggu. Wow! Filmnya sangat luar biasa. Aku tidak menyesal menontonnya! Begitu juga dengan William yang sangat antusias sejak filmnya dimulai.
Dalam perjalanan pulang, William menggunakan motor dengan pelan, kami menghabiskan waktu dalam perjalanan sambil bercerita tentang film yang telah kami tonton. Sayang banget guys! Ending filmnya menyedihkan, saat sang istri ketahuan kalau dia itu cowok, sang suami lalu menceraikannya hingga sang istri yang berjenis kelamin 'shemale' tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dipohon cabe :(
CKIIIT!
Tiga orang yang masing-masing menggunakan satu motor tiba-tiba menghentikan motornya didepan kami, membuat laju motor William terhenti. Aku ketakutan, karena aku merasa kalau hal buruk akan segera menimpa kami.
"Siapa kalian!" William beranjak turun dari motor karena melihat ketiga orang misterius itu mendekati kami.
Salah seorang dari mereka mengeluarkan pisau, menodongkan pisau itu ke leher William, membuatku semakin takut. "Jangan macam2 lu! Serahin semua barang berharga kalian!"
William melawan, dia memukul keras tangan pria itu hingga pisaunya terjatuh. "Bangsat lu!" dia memukul William hingga termundur. "Kyaaaa!" Teriakku melihat William dihajar habis-habisan olehnya.
"Apa2an ini! Gw kira lu jago sampai mukul tangan gw biar pisau gw jatuh!" Ucap si penjahat sambil memijak-mijak William.
Tuhan! Kami harus bagaimana? Aku ingin menghentikan penjahat itu yang memukul William terus menerus. Tapi aku tak bisa! Aku gemetar ketakutan, seseorang! Siapapun itu, kumohon! Tolonglah kami!
"Tendangan maut!"
Seperti menjawab doaku, seorang pria memakai helm datang menerjang penjahat yang menghajar William daritadi. Siapakah gerangan pemuda itu? Kalimat yang dia seru kan benar-benar tak asing ditelingaku! Aku seperti pernah mendengar kalimat itu dari film disaat masih kecil.
"Hei..!!! Siapa lu!" ucap penjahat lainnya.
Pemuda itu tak menjawab, dia hanya mengacungkan jari tengah kepada penjahat itu. "Bangsat!" kesal penjahat itu lalu berlari menyerang pemuda tersebut.
Dia benar-benar hebat! Pukulan-pukulan yang dilancarkan penjahat itu dengan santai dia hindari, dia lalu membalas dengan satu pukulan kuat hingga si penjahat jatuh terseret.
Penjahat yang tersisa terkejut! Dia lalu mengeluarkan pisau dari saku nya dan mengayunkan pisau itu asal-asalan.
Sreeettt!
Oh tidak! Tangan pemuda itu terluka akibat serangan membabi buta dari penjahat itu.