Chereads / Raquel / Chapter 14 - Bab 14

Chapter 14 - Bab 14

Saat hendak memasuki kelas, aku bertabrakan dengan Brian. Pandanganku secara tak sengaja tertuju pada tangannya yang terdapat sebuah luka goresan. "Jangan2, pemuda berhelm semalam itu Brian!" Benakku.

Brian dengan cepat menyembunyikan tangannya yang terluka gores ke belakang badan, sepertinya dia menyadari jika aku tahu pemuda berhelm semalam adalah dirinya. Dia lalu berjalan cepat beranjak pergi seakan menghindariku, membuat semuanya terasa semakin jelas.

"Ra.. Lu mau gw antar pulang gak?" tanya William.

Aku diam tak menjawab, dibenakku sekarang masih memikirkan luka gores ditangan Brian. Sehingga tak fokus akan ucapannya.

"Baaaa...!!!!" kejut William sambil memegang kedua pundakku dari samping. Aku kejang-kejang sesaat karena terlalu kaget, William menahan tawa saat melihatnya. Sialan! Aku benar-benar malu!

"Gak usa ngagetin gw kayak gitu dong!" kesalku menahan malu.

"Sorry, sorry. Habis gw lihat lu bengong aja sih daritadi, gak respon pertanyaan gw."

"Emang lu nanya gw apa tadi?"

"Lu mau gw antar pulang gak?"

"Oh. Gak usa, mom gw uda datang jemput soalnya."

'Ha? Bukannya semalam lu bilang mom lu lagi diluar negeri ya?" bingung William.

Aku menutup mulutku dengan sebelah tangan karena keceplosan. "Ehhhh.. Maksudnya kakak gw yang datang jemput, bukan mom gw."

"Ohh.. Lu lagi ada masalah ya? Daritadi gw liat gak fokus terus lu." tanya William mengerutkan dahi.

"Gak ada kok, tenang aja." Aku menjawab.

"Kalau ada, curhat aja sini sama gw, bakal gw dengerin sampai tuntas."

"Uda dibilang gak ada, gak usa maksa!" kesalku, membuat William terlihat murung dan pamit pulang terlebih dahulu.

Kenapa aku berkata kasar seperti itu pada William! Bukannya aku mempunyai perasaan kepadanya? Sejak melihat luka gores di tangan Brian, perasaanku menjadi semakin tak jelas.

"Sial, hp gw ketinggalan dalam kelas lagi!" batinku lalu kembali ke kelas.

Saat hendak masuk ke dalam kelas, aku berpas-pasan dengan Brian, aku dengan cepat menahannya dengan merentangkan kedua tangan, agar dia tak dapat lari menghindariku lagi.

"Bri! Ngaku lu! Yang nyelamatin gw selamam elu kan?"

"Maksud lu?" jawabnya dengan ekspresi datar.

"Alah, lu gak usa pura-pura deh! Buktinya luka goresan di tangan lu! Kalau masih gak mau ngaku, sini gw cek tangan lu buat mastiin!" ucapku hendak memegang tangannya.

Belum sempat aku menyentuh tangannya, Brian dengan cepat mendorongku hingga tubuhku membentur tembok. Tanganku ditahan keatas, lalu dia mendaratkan bibirnya ke bibirku dengan cepat. Oh tidak! Ciuman pertamaku direngut olehnya!

Aku berusaha melawan, melepaskan diri dari ciuman Brian, tapi dia mulai memegang wajahku dengan kedua tangannya, hingga aku tak bisa lepas dari ciumannya. Dia melumat bibir bawahku hingga basah, memainkan lidahnya didalam mulutku hingga kami bersilat lidah. Jantungku berdegup kencang, ketika aku merasa pegangan tangannya diwajahku mulai merenggang, kupalingkan wajahku dengan cepat agar terlepas dari ciuman itu.

"Apa yang kau lakukan sia..." aku berhenti berucap ketika dia dengan agresif mencumbu leherku, ciuman yang lembut pada leher ini benar-benar membuatku bergidik, untuk pertama kalinya aku merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Dia lalu menjilati leherku hingga basah, menghisap leherku secara lembut, membuat pikiranku melayang dan secara perlahan menutup mata agar bisa lebih merasakan sensasi kenikmatan yang dia berikan.

Selesai mencumbu, dia mulai menghembuskan nafasnya secara perlahan dileherku, lalu kembali mendaratkan ciuman dibibirku.