Kali ini aku tak melawan lagi akan ciuman itu, aku mulai menikmatinya, saat kami bersilat lidah, tangan Brian secara perlahan naik ketubuhku, lalu dia meremas dadaku. Membuatku kaget dan seketika itu juga mendorong dirinya.
Aku tak dapat berkata-kata, pikiranku melayang terlalu jauh hingga aku membiarkannya mencicipi bibir ini dengan mudah. Aku bingung apa yang harus kuperbuat padanya sekarang, aku ingin marah, namun mengingat tadi aku juga menikmati ciuman darinya, membuatku mengurungkan niat untuk marah kepadanya. Aku lalu berlari, beranjak pergi untuk meninggalkan Brian.
Aku berlari sampai kedepan gerbang, kulihat mom telah menungguku di gerbang dengan ekspresi wajah kesal. Menandakan kalau dia telah menungguku dalam waktu yang lama.
'Kamu kemana aja sayang! Ditelpon terus kok gak diangkat?" ucap mom dengan nada kesal.
"Ya ampun! Hp-ku ketinggalan didalam kelas mom, tadi ada rencana mau ambil, tapi karena ada sedikit urusan, aku jadi lupa buat ambil." ucapku sambil menepuk jidat.
"Urusan? Emang urusan apaan? Kampus juga uda sepi, uda pulang semua." tanya mom dengan wajah curiga.
"Tugas negara mom, tadi diminta sama menteri perdagangan buat investasi EMAS di bank ternama, antrinya panjang, makanya lama." ucapku berbohong, karena tak mungkin kuceritakan adegan panasku kepada mom, bisa-bisa aku di smackdown olehnya jika sampai dia mengetahui apa yang telah terjadi padaku tadi.
*Note : Arti yang sebenarnya diucapkan Raquel berhubungan dengan emas, semoga para pembaca peka dengan artinya :)
"Ohh.. Investasi emas. Bagus! Kamu semakin mahir saja mengucapkan kata-kata yang terlihat elegan. Mom suka! Ini baru anak mom." ucap mom, ekspresi kesalnya tadi seakan sirna, berubah menjadi senyuman kecil.
Aku hanya tersenyum, mom memintaku untuk mengambil hp yang tertinggal didalam kelas, tapi aku menolak karena Brian masih berada disana, aku tak mau bertemu dengan nya lagi untuk hari ini setelah apa yang telah kami perbuat tadi. Aku lalu masuk kedalam mobil, mom kemudian menghidupkan mesin mobilnya dan kami beranjak pergi meninggalkan kampus.
Setelah selesai makan malam, aku masuk kedalam kamar, pikiranku akan yang terjadi antara aku dan Brian tak kunjung hilang.
Ya Tuhan! Kenapa aku membiarkannya melakukan hal itu! Dimana sifat barbarku disaat aku butuhkan? Mengapa akhir-akhir ini aku terlihat lemah dihadapan pria? Oh sudahlah! Aku sangat bingung sekarang! Yang jelas kejadian itu benar-benar membuatku malu untuk bertemu dengan Brian lagi.
*Ting tong
"Siapa sih yang datang tengah malam begini?" benakku, lalu keluar mengintip dari lubang kecil yang berada di pintu. Aku tersenyum sumringah, dengan cepat aku membuka pintu.
"Daaaaadddd....!!!" seruku kegirangan.
Akhirnya dad pulang setelah sekian lama melalang buana di negeri jiran! Dia terlihat keren dengan pakaian serba hitam, topi hitam dan kacamata hitam. Saat aku hendak memeluknya, dia menolak dengan mengarahkan telapak tangannya kearahku.
"Yihiy!" dia tiba-tiba saja berseru, dengan sebelah tangan memegang topi, dia berjalan maju mundur dengan gesit, menari layaknya Michael Jackson.
Oh Tuhan! Mengapa kedua orangtuaku begini! Tak bisakah mereka lebih normal seperti diriku? Aku hanya menggeleng-geleng kepala melihat dad yang masih menari-nari di depan pintu, rasanya ingin kututup pintunya agar tak melihat hal memalukan ini lebih lama.
"Sudah pulang bukannya masuk! Masih aja menari-nari disana!" geram mom yang baru saja keluar.