Pukul 9 malam, Lulu kembali ke perusahaan dengan tubuh yang sangat lelah. Sambil merasa lesu, dia bertemu Cheryl yang masih di kantornya.
Cheryl terkejut melihat Lulu yang tampak tidak bersemangat, "Aku pikir kamu langsung pulang..."
Lulu berjalan pelan dan duduk di atas meja, dia menjawab dengan lemah, "Di jalan sangat macet, Nona Shen bilang jika dia akan berada di lokasi syuting jam 6 tepat. Dia menyuruhku untuk datang jam 6 sore. Aku mencari staf departemen maintenance pada pukul 5 sore, dan meninggalkan kantor. Aku tidak berharap bahwa sampai di lokasi syuting tepat waktu, dan aku baru sampai sana pukul 19.30..."
Cheryl melihat jam tangannya "Jam sibuk orang kota itu pukul 5 atau 6 sore, dan tidak heran pasti sangat macet. Selain itu juga, lokasi syuting berada di pusat kota, seharusnya kamu berangkat lebih awal!"
Lulu menjawab lemah, "Aku tidak sampai berpikir seperti itu.."
"Baiklah, baiklah... oh ya, bagaimana dengan Ruan Ruan? Kenapa kamu tidak membawanya kembali?"
Lulu mengetuk meja dengan dahinya, "Jangan bertanya... bahkan aku tidak bertemu dengan Xinran..."
Cheryl langsung menatapnya, "Kamu pergi kesana dan tidak membawa hasil apa-apa?!"
"Setelah sampai di lokasi syuting, petugas keamanan di sana sangat ketat. Mereka tidak membiarkan kami masuk, karena kami tidak memiliki izin. Kemudian aku menelpon Xinran, asistennya yang mengangkat dan dia bilang kalau syuting hari ini sudah selesai, dan Nona Xinran sudah pulang untuk istirahat! Dia Menyuruhku untuk tepat waktu, karena dia bilang jika waktu Xinran sangat berharga..."
Lulu berbaring di atas meja, menghela napas dan mendesah pasrah, "Dan dia menyuruhku untuk datang lagi besok."
Cheryl terdiam, berpikir dan bertanya, "Apakah kamu sudah bilang ke direktur Chen?"
Lulu mengangkat kepalanya terkejut, "Mati aku! Aku lupa..."
Cheryl memiringkan kepalanya.
"Apakah sekarang aku harus bilang padanya?" Lulu buru-buru menyalakan komputer, "Aku akan mengirimkan email pada direktur Chen... ini lebih baik... daripada aku harus dimarahi lewat telepon..."
"Apa yang akan kamu tulis lewat email?" Cheryl mengingatkannya, "Bilang saja pada direktur Chen bahwa hari ini kamu tidak bertemu dengan Shen Xinran. Selain itu jelaskan juga padanya jika kamu sudah mengatur waktu dan tempat untuk bertemu Xinran di keesokan harinya. Lebih baik kamu menulis dengan jelas, supaya tidak dimarahi."
Lulu mengangguk dengan penuh semangat, menghela napas.
*****
Sampai pada salah satu bagian Gedung kembar perusahaan RK Group, Gu Anbao mengingat tempat dia dirawat pada saat disana dulu.
Pintu ruangannya masih tertutup, dia berdiri di depan pintu itu. Sambil berpikir bingung, dia ragu-ragu untuk masuk atau tidak.
Beberapa keluarga pasien yang lewat melihat telinga kucing miliknya dan terkejut. Kemudian memperhatikan dengan heran dan menganggap Gu Anbao seperti penggemar cosplay.
Gu Anbao merapikan baju dan rambutnya, berusaha menutupi bagian lehernya, dan sendi-sendi di setiap pergelangan tangan, lutut, kaki dan bagian tubuhnya yang lain.
Kemudian dia mengumpulkan keberanian, menarik napas, dan perlahan-lahan membuka pintu...
Hah? Hah????!!!!
Ko.. kosong?!
Di atas tempat tidur itu.. tidak ada... apa-apa...
Gu Anbao merasa sangat bodoh.
Bagaimana dengan tubuhnya?!
Apakah... apakah dia sudah dikremasi?!
Tidak mungkin!
"Kamu mencari siapa?"
Suara seorang perempuan bertanya, Gu Anbao berbalik dan melihat perempuan itu.. perempuan itu adalah kakaknya!
Ya. Dia adalah kakaknya!
"Kak...." Gu Anbao memanggil dengan suara yang keras.
Gu Anqi menatapnya bingung.
"Aku... aku mencari Gu Anbao..." Gu Anbao tersenyum menjawab.
Dia tidak tahu harus menjawab apa... entah kenapa setelah operasi dia sudah berubah menjadi robot, dan sampai sekarang dia masih menjadi robot...
Dia sama sekali tidak tahu bagaimana menjelaskan semua ini...
Gu Anqi bertanya, matanya menunjukkan keramahan di wajahnya, "Apakah kamu temannya Gu Anbao? Maaf, aku belum pernah mendengar jika dia punya teman... kamu siapa?"
"Benar, teman. Aku adalah teman baiknya". Gu Anbao menjawab, dan mencari-cari alasan, "Kami... kami adalah teman di media sosial, dengar-dengar dia sakit, jadi aku datang untuk menjenguknya."
Huft... yah itu adalah alasan yang masuk akal. Gu Anbao merasa lega.
"Oh..." Gu Anqi memikirkan perkataannya dengan serius, tidak tahu harus memberikan respon pada jawabannya ini.
Gu Anbao berpikir jika Gu Anqi sedang memperhatikan telinganya, dia mencoba menjelaskan jika ini hanyalah sepasang jepit rambut, kemudian melihat ke dadanya yang sudah dicoret-coret.
Dia berkata bahwa bajunya ketumpahan wine.
Dia melihat lebih jauh ke bawah, roknya... roknya robek di beberapa bagian... stokingnya tidak tahu kapan sudah tergores...
Dan sepatunya... sepatunya sudah dipenuhi dengan debu dan kotoran.
Sangat kotor...
Sangat memalukan,,,
"Aku mengendarai mobil saat datang kemari... kemudian terjadi kecelakaan kecil... lalu... ketika aku keluar dari mobil aku terjatuh... dan.. aku lupa hadiahku ada di dalam mobil" Gu Anbao dengan canggung mencoba menjelaskan dengan setenang mungkin.
"Apa kamu terluka?" Gu Anqi bertanya khawatir, "Apakah kamu ingin diperiksa ke dokter?"
"Tidak... aku tidak apa-apa..." Gu Anbao buru-buru melambaikan tangannya, jangan sampai dokter memeriksanya!
"Oh.. baguslah kalau kamu tidak apa-apa." Gu Anqi berhenti bertanya, dia berjalan mendekati loker, dan mulai membereskan baju adiknya.
Gu Anqi merasa gadis ini sedikit aneh, tetapi dia kemudian merasa tersentuh, ketika ada seseorang yang datang menjenguk adiknya. Sambil beres-beres dia berkata "Aku tahu jika Gu Anbao memposting komik online, dan saya mendengar bahwa dia bertemu banyak teman disana, tetapi dia sangat pemalu. Jadi dia tidak memberitahuku judul-judul komik yang dia buat, dia sangat merahasiakannya... Apakah kamu mengenalnya dari situ?"
Gu Anbao mengangguk tegas, "Ya! Benar!"
"Oh! Kalau begitu bisakah kamu memberitahuku judul komiknya?" Gu Anqi berhenti beberes, menghadap Gu Anbao berharap ada jawaban dari sana, "Aku sangat-sangat ingin mengetahuinya."
'Judulnya.... Kehidupan ikan mas..." Gu Anbao merasa bersalah…
Dalam ingatan sirkuitnya, jujur, dia merasa canggung memberitahukannya.
'Kakak... aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu.. aku hanya... sangat malu…' Pikirnya.
"Ikan mas? Oh ternyata itu judulnya..." Gu Anqi menatap kosong lantai, seolah-olah dia sedang mengingat sesuatu. Beberapa saat kemudian dia mengangkat kepalanya, dan tersenyum, "Dia suka memelihara ikan mas sejak kecil, di rumah banyak ikan mas peliharaannya, aku tidak hafal nama-namanya...."
Gu Anbao sedih ketika melihat ekspresi kakaknya... ia ingin menangis...
Gu Anqi kembali mengemasi barang-barangnya, berjalan keluar, memberi isyarat kepada Gu Anbao yang hanya berdiri bodoh di depan pintu, "Ayo, aku akan membawamu untuk melihatnya".
"Baik.." Gu Anbao mengikutinya dari belakang.
Meninggalkan bangsa VIP, Gu Anqi membawanya menuju perawatan intensif, dan melihat dari dinding kaca yang panjang dan lebar, Gu Anbao akhirnya melihat dirinya disana...
Di ruangan hijau pucat, dia melihat dirinya di dalam yang sedang tertidur.. seolah-olah dia sedang tidur selamanya...
"Maaf... karena kamar ini harus steril, jadi... aku tidak bisa membawamu masuk ke dalam," Gu Anqi meminta maaf padanya.
Gu Anbao menatap kosong pada tubuhnya sendiri yang sedang berbaring lemah disana, bahkan dia tidak bisa mendengar perkataan Gu Anqi. Pada saat ini, tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkan keterkejutan yang sudah diterimanya!
Mengapa?
Pertanyaan pertama yang melintas di otaknya adalah mengapa?!
Mengapa dia masih bisa berdiri dengan sehat disini, sedangkan tubuhnya sedang tergeletak tak berdaya di sana! Mengapa?!
"Aku... aku... sebenarnya sangat ingin melihatnya..."
Dia tidak tahu harus bagaimana, seluruh tubuhnya membeku. Hanya matanya yang sedang melihat dirinya dari kaca itu.
"Awalnya semuanya berjalan dengan baik, kemudian tiba-tiba ada penolakan dari tubuhnya saat dia dioperasi... jantungnya sangat cocok 87% dengan tubuhnya. Kami selalu berpikir bahwa tidak akan terjadi apa-apa... aku benar-benar berharap… bahwa itu tidak akan terjadi..." Gu Anqi melanjutkan "sangat sulit menemukan jantung yang cocok dengan tubuh adikku, operasinya gagal..."
"Apa... apa yang harus aku lakukan..." Gu Anbao menatap tubuhnya.. "Apa... apa yang harus aku lakukan agar dia bisa bangun..."
"Tidak tahu..." Gu Anqi menggelengkan kepalanya lemah, dan melihat adiknya yang terbaring di sana. Dia melanjutkan, "Dokter bilang... bisa jadi besok dia akan terbangun, bisa jadi... dia tidak akan bangun lagi..."