Tiba-tiba Mo Jiangye mencium Ye Erruo dengan ciuman yang hangat. Di sisi lain, dengan patuhnya Ye Erruo merespon ciuman tersebut. Bahkan kepatuhannya itu membuat Mo Jiangye merasa sangat puas, selain itu ia semakin membuat Mo Jiangye memegang pinggang rampingnya dengan erat.
Lin Jingxuan tiba-tiba masuk bersama dengan Gu Feirou, saat berada di depan pintu, seketika mereka tercengang. Mereka melihat Mo Jiangye dan Ye Erruo berciuman dengan sangat panas.
Ketika Ye Erruo merasa ada sesuatu yang salah, ia membuka matanya. Ketika ia melihat ada dua orang berdiri di depan pintu, ia berusaha melepas ciuman tersebut. Tapi dengan sengaja Mo Jiangye terus menciumnya, memegang tubuh yang menggeliat dengan erat. Semakin ia berusaha melepas, maka semakin tercekik pula rasanya.
Tidak salah, ternyata Mo Jiangye memang sengaja melakukan hal itu, ia tahu Lin Jingxuan akan datang. Pada saat itu Ye Erruo hanya bisa diam, seketika bibirnya terkunci, dan ia hanya bisa berkata dalam hati, Pria ini sungguh kekanak-kanakan.
Sejujurnya Ye Erruo tidak ingin menolak Mo Jiangye, bahkan ia membalasnya dengan memegang leher Mo Jiangye. Setelah itu ia merespon ciuman tersebut dengan begitu antusias. Namun ia ingin melepaskannya, dirinya merasa bahwa semua udara yang ada di paru-paru seperti disedot oleh Mo Jiangye.
"Setelah sekian lama kita berciuman, kamu masih belum bisa berciuman dengan baik. Kamu masih belum pandai juga." kata Mo Jiangye dengan matanya yang bersinar cerah, nadanya sedikit manja, dan ia tampak seperti serak tak berdaya. Telapak tangannya yang panas terus memegang pinggang Ye Erruo, setelah itu ia berusaha merapatkannya ke tubuhnya.
"Ehemmm..." kata Lin Jingxuan sambil tertawa, tawa yang tampak ironis.
"Siapa yang menyuruhmu masuk?" kata Mo Jiangye dengan ekspresi wajah yang tampak dingin, kemudian ia memegang Ye Erruo dengan sangat erat, bahkan seperti binatang buas yang sedang mempertahankan daerah kuasanya. Setelah itu ia menatap orang yang berada di depannya dengan tatapan yang dingin pula.
"Sangat jarang kalian kembali, bahkan ketika ingin menemui kalian rasanya lebih susah dibanding melihat langit. " kata Lin Jingxuan.
Ye Erruo yang berada di pelukan Mo Jiangye, seketika pipinya tampak bersemu merah dan dengan tenang ia berkata, "Ada perlu apa kalian mencari kami?"
Lin Jingxuan mengangkat tangannya yang bertautan dengan jari Gu Feirou, lalu ia berkata, "Aku akan bertunangan dengan Feirou bulan depan, aku ingin memberikan undangan ini." kata Lin Jingxuan. Setelah selesai berbicara, ia mengeluarkan dua kartu undangan, kemudian ia meletakkannya di atas meja yang berada di sebelahnya.
Seketika Mo Jiangye mengangkat alisnya, tatapan matanya jatuh ke jari Lin Jingxuan dan jari Gu Feirou yang sedang bertautan. Sedangkan Lin Jingxuan menatap Ye Erruo dengan tatapan penuh dendam.
"Xiaoruo, maafkan aku, aku mengejar Jingxuan karena aku sangat menyukainya. Saat ini kamu telah memiliki Mo Jiangye, sehingga kamu tidak bisa menyalahkanku karena aku merebut Lin Jingxuan. Ketika kehilangan kamu, Lin Jingxuan merasa sangat sedih. Namun karena kamu telah menemukan kebahagiaan, maka kami ingin kamu merestui hubungan kami. Di acara pertunangan kami bulan depan, kami harap kalian bisa datang." kata Gu Feirou dengan menunjukkan nada penyesalan.
Ye Erruo mencengkram dengan erat kemeja Mo Jiangye, seketika rasa jijik melandanya. Saat ia melihat Lin Jingxuan, ia berkata dalam hati, Dia pikir aku akan menyesal karena dia akan menikahi Gu Feirou?
"Xiaoruo, sebelumnya aku terlalu bersemangat hingga melakukan sesuatu yang buruk kepadamu. Jika dulu aku terlalu membuatmu sedih, maka maafkan aku. Di kemudian hari, istriku adalah Gu Feirou." kata Lin Jingxuan dengan menunjukkan ekspresi datar.
"Kalian ingin aku merestui hubungan sepasang anjing yang akan hidup di kemudian hari?" kata Ye Erruo.
"Xiaoruo! Kamu..." kata Lin Jingxuan.
"Aku? Aku kenapa? Tenang saja, ketika kalian tunangan nanti, aku akan mengucapkan selamat kepada kalian. Dan ucapan itu disertai dengan petasan dan kembang api, benarkan suamiku?" kata Ye Erruo sambil tersenyum genit dan bersandar ke pelukan Mo Jiangye.
"Yang kamu bilang benar istriku." kata Mo Jiangye sambil tersenyum.