Di atas sofa, Mo Jiangye tiba-tiba mencium Ye Erruo, kemudian memegangnya dengan kuat. Di sisi lain tanpa sepengetahuannya, wajah Ye Erruo terlihat memerah. Pagi ini, ketika ia bangun tidur, ia menahan keinginannya untuk menyentuh Ye Erruo. Namun saat ini, sinyal mata yang dipancarkannya membuat Ye Erruo memahami maksudnya.
"Mo Jiangye!" teriak Ye Erruo dengan wajah yang mulai memerah. Seketika Mo Jiangye mengangkatnya, kemudian membawanya ke lantai dua.
"Mo Jiangye... Hari ini adalah masa suburku. Turunkan aku!" kata Ye Erruo.
Mo Jiangye menggigit telinga Ye Erruo, kemudian dengan suara serak ia berkata, "Aku akan mengeluarkannya di luar."
Ye Erruo hanya diam, tak lama kemudian ia dan Mo Jiangye masuk kamar dan menutup pintu.
Di sisi lain, Bo Yu yang saat itu berada di samping ruang tamu, tampak ia berpikir, Apa yang sebenarnya terjadi? Baru saja sebulan pergi kenapa semuanya seperti ada yang salah? Bo Yu hanya diam, terlihat ia menunggu sambil sibuk berpikir dengan pikirannya sendiri.
Beberapa jam kemudian, Mo Jiangye turun tangga dengan wajah berseri sambil membenarkan kemejanya. Selain itu wajahnya terlihat begitu menawan. Tak lama kemudian, ia melihat jam tangan, setelah itu ia meminta pelayan untuk menyiapkan makan siang. Para pelayan tampak meresponnya dengan hormat dan patuh.
"Dalam sehari, pastikan bahwa Nyonya makan sehari tiga kali, jangan biarkan dia telat makan. Ketika aku kembali dan menemukannya dalam keadaan kurus, aku akan memberikan denda selama setengah tahun pada kalian. Namun, jika dia gemuk, aku akan memberikan bonus selama satu tahun." kata Mo Jiangye.
"Baik Tuan..." kata pelayan. Dalam hati para pelayan berkata, Tenang Tuan, kami akan memastikan bahwa Nyonya akan makan secara teratur, kami akan membuatnya gemuk dan tidak membiarkannya kurus.
Mo Jiangye menatap Bo Yu dengan tatapan yang tampak dingin dan serius, "Awasi dia!"
Bo Yu segera berdiri dengan tegak, lalu ia berkata, "Baik Tuan."
Sepuluh menit kemudian, Mo Jiangye pergi dengan menggunakan pesawat jet pribadi. Tampaknya ia pergi keluar kota.
Bo Yu memandang pesawat yang berada di udara, lalu ia kembali bertanya kepada pelayan, "Makanan sudah diantar ke atas?"
"Sudah kami antar Tuan..." kata pelayan.
Di dalam kamar, Ye Erruo terlihat terbaring tak berdaya, dengan diam-diam pelayan meletakkan makanan di atas meja kamar tidurnya.
"Nyoya, apakah masih ada yang perlu kami bantu?" tanya pelayan.
"Taruh saja itu di atas meja, setelah itu kalian bisa keluar." kata Ye Erruo.
"Baik Nyonya." kata pelayan, beberapa saat kemudian pelayan keluar.
Tak lama kemudian Ye Erruo duduk, lalu ia melihat ponselnya. Ia merasa tubuhnya seperti dilepas kemudian dipasangkan kembali. Bahkan semua anggota tubuhnya terasa sakit, baginya itu terlalu mengerikan.
Ponselnya tiba-tiba bergetar, hal itu menandakan bahwa ada telepon masuk, "Halo, Ye Erruo maafkan aku, aku ada sedikit urusan, sehingga aku tidak bisa janjian denganmu. Lain kali saja ya..." kata Ji Sichen di seberang telepon, ia berkata dengan suara menyesal.
"Kenapa? Ada masalah apa?" tanya Ye Erruo.
"Ibuku mengalami kecelakaan mobil, bahkan dia mengalami pendarahan. Aku tutup dulu ya teleponnya." kata Ji Sichen.
Kecelakaan mobil? Pendarahan? kata Ye Erruo dalam hati sambil mengerutkan kening. Saat ini keadaan ekonomi keluarga Ji Sichen sedang kurang baik. Jika terjadi kecelakaan pada ibunya, pasti membutuhkan biaya banyak. Oleh karena itu ia tak bisa tinggal diam, dengan segera ia turun mencari Bo Yu, kemudian ia berkata, "Bo Yu, kartu ATM ku yang dibekukan oleh Mo Jiangye, apakah kamu bisa membantu menanganinya?"
Kartu ATM itu adalah uang mahar yang diberikan ibu angkat Ye Erruo. Kemudian Bo Yu berkata, "Mohon maaf Nyonya, saya tidak berhak." Dalam hati Bo Yu berkata, Tuan kembalilah sebelum Anda pergi jauh. Sepertinya wanita ini mulai membuat ulah.
"Kamu yang membawa kartuku dan membekukannya, sekarang kamu bilang tidak berhak? Kamu pikir kamu mau membohongi hantu?" tanya Ye Erruo.