"Jika kamu menyukainya, maka bawa pulang saja." kata Mo Jiangye sambil memasukkan koin tersebut ke mesin.
"Ini terlalu besar." kata Ye Erruo.
Mo Jiangye melirik udang yang berada di kolam, kemudian ia menyerahkan ember kepada Ye Erruo. Setelah itu ia mengendalikan mesin tersebut sendiri. Sedangkan Ye Erruo terlihat berdiri di sampingnya, lalu ia berkata, "Kamu bisa bermain?"
"Tidak bisa." kata Mo Jiangye.
Mesin tersebut membuktikan bahwa Mo Jiangye memang tak bisa bermain. Ia mencoba bermain sekali, dua kali, tiga kali, bahkan hingga lima sampai enam kali Namun tampaknya ia masih belum menangkap apapun. Tuan Liu, salah seorang sopirnya, tiba-tiba meliriknya sambil memegang koin. Tuan Liu saat itu benar-benar merasa takut jika tuannya marah, kemudian menghancurkan mesin tersebut.
"Ayo pergi saja Mo Jiangye, sepertinya udang itu terlalu besar, sehingga sulit ditangkap." kata Ye Erruo.
Tapi Mo Jiangye tampaknya tetap fokus pada udang besar tersebut, dalam batinnya berkata, Pokoknya aku harus dapat udang itu!
"Hmmm... Aku tidak suka udang itu, aku suka yang ini. Tangkap yang ini untukku." kata Ye Erruo sambil menunjuk udang terkecil yang berada di kolam.
Seketika Mo Jiangye melirik udang yang ditunjuk oleh Ye Erruo, setelah itu barulah ia mengubah targetnya, ia bersiap untuk menangkap udang kecil tersebut.
"Jepit... Jepit..." kata Ye Erruo memberi semangat.
Mo Jiangye segera mengaitkan bibir udang tersebut dan dengan cepat ia memindah arah cakar mesin tersebut. Tapi ketika akan memasukkan udang tersebut ke dalam bak, seketika cakar besi tersebut bergerak, akhirnya udang tersebut jatuh.
Ye Erruo yang menyaksikan kejadian tersebut hanya terdiam. Sedangkan di mata Mo Jiangye seolah ada kilatan badai dahsyat.
"Aku tidak suka semua udang di situ. Ayo kita pulang saja!" kata Ye Erruo.
Tapi Mo Jiangye sepertinya tidak mendengar perkataan Ye Erruo, ia terus melemparkan koin ke mesin tersebut, tampaknya ia kembali mengincar udang tersebut. Orang-orang yang berada di sekitar Mo Jiangye terlihat sangat ketakutan, wajah Mo Jiangye penuh ekspresi yang tampak dingin. Dalam pikiran mereka, Mengapa sampai begitu hanya karena menangkap udang?
Melihat jumlah koin yang semakin berkurang, Tuan Liu segera menelpon seseorang secara diam-diam. Dalam pikirannya, Jika tuan mengetahui bahwa koin itu habis, maka aku percaya, bisa-bisa aku yang akan dilempar ke dalam mesin tersebut.
"Wah wah wahhh... Udang besarnya tertangkap..." kata orang-orang sekitar.
Ye Erruo yang sedang duduk di bawah dan menguap, seketika ia melihat ke atas, lalu ia berpikir, Mo Jiangye berhasil menangkap udang itu. Tapi saat ia melihatnya, ternyata udang itu ditangkap oleh orang yang berada di seberangnya.
Tak lama kemudian, ada orang asing yang menghampiri Ye Erruo dan Mo Jiangye.
"Tuan kami mengatakan bahwa ingin memberikan udang ini kepada Nona. Sekarang sudah larut, jadi segeralah pulang, kemudian beristirahat." kata orang tersebut sambil tersenyum.
"Tuan kalian?" kata Ye Erruo.
Ye Erruo seketika mencari dan menatap ke sekeliling, ia berusaha mencari seseorang yang telah memerintah lelaki tersebut untuk memberikan udang kepadanya. Ketika ia menatap seorang pria di seberangnya, pria tersebut tampak melempar senyum, namun tiba-tiba pria tersebut berbalik dan memutuskan untuk segera pergi dari tempat tersebut.
Tak lama kemudian pria yang membawa udang untuk Ye Erruo, tiba-tiba memutuskan untuk pergi menjauh darinya, pria tersebut tersenyum dengan hormat. Ye Erruo bisa merasakan hawa dingin orang yang berada di sebelahnya meski tanpa melihatnya. Di sisi lain, Mo Jiangye terlihat menjauh dari mesin tersebut. Ia tahu bahwa Mo Jiangye tak akan bisa mengambil udang tersebut.
Ketika Ye Erruo menoleh, seketika tatapan tajam menyambutnya, "Kami..."
Seketika Mo Jiangye menarik tangan Ye Erruo.
"Pelan-pelan Mo Jiangye, bisakah kamu berjalan dengan sedikit pelan?" kata Ye Erruo, tampak ia diseret dengan kasar oleh Mo Jiangye.
Tiba-tiba Mo Jiangye menekan tubuh Ye Erruo ke pintu, lalu ia berkata, "Siapa laki-laki itu?"
"Aku tidak kenal." jawab Ye Erruo.
"Kalau kamu tidak kenal, kenapa dia bisa memberimu udang?" tanya Mo Jiangye.
"Aku benar-benar tidak kenal." kata Ye Erruo.
"Bahkan, dia juga tersenyum kepadamu!" kata Mo Jiangye sambil menyipitkan mata dan memaksa Ye Erruo agar memberi penjelasan.
"Aku..." kata Ye Erruo.
"Kapan kamu mengenalnya?" tanya Mo Jiangye.
Ye Erruo hanya bisa berkata dalam hati, Kenapa dia tidak tahu? Pria itu hanya ingin berbaik hati denganku. Apa dia ingin membunuh pria itu?