Ye Erruo merasa sangat ketakutan, bahkan napasnya terasa berat, selain itu tubuhnya terasa terkoyak dan sakit. Saat tangannya memegang lengan Mo Jiangye, seketika ia berpikir bahwa Mo Jiangye telah kehilangan akal sehat.
Di sisi lain, Mo Jiangye yang merasakan pahit, seketika ia mengangkat dagu Ye Erruo, kemudian ia bertanya, "Siapa orang yang kamu sayang?"
"Sakit..." kata Ye Erruo yang terisak sambil menggelengkan kepalanya.
"Siapa orang yang kamu sayangi? Hmmm?" tanya Mo Jiangye.
Ye Erruo yang bingung dengan kata-kata Mo Jiangye seketika diam sejenak, kemudian ia menjawab, "Kamu adalah orang yang aku sayangi."
"Siapa Lin Jingxuan?" tanya Mo Jiangye dengan suara serak.
"Lin Jingxuan? Siapa dia? Aku tidak kenal." kata Ye Erruo. Meskipun jawabannya asal-asalan, namun jawaban itu membuat Mo Jiangye senang. Kemudian Mo Jiangye menciumnya dengan lembut, setelah itu membelai punggung belakangnya.
Dengan cepat bagian bawah Ye Erruo mengalirkan cairan, seketika rasa sakit yang ia rasakan berganti dengan kesenangan. Mo Jiangye tak meminta ia melayani terlalu lama. Satu jam berlalu, Mo Jiangye memintanya mandi, lalu Mo Jiangye membantunya mengeringkan rambut, setelah itu menggendongnya ke lantai bawah untuk makan malam.
Ye Erruo benar-benar merasa kesal, temperamen Mo Jiangye membuatnya terlihat begitu keji. Ia merasa harus menyingkirkan hal-hal yang membuat Mo Jiangye marah. Terkadang, ia tak tahan dengan rasa frustasi yang tiba-tiba muncul, tak tahan dengan rasa kepemilikan Mo Jiangye yang tak terkendali. Baginya itu semua adalah hal yang benar-benar mengerikan.
Karena merasa bersalah dengan orang yang saat ini ada di lengannya akibat kehilangan kendali, Mo Jiangye seketika berkata dengan lembut, "Aku tak akan menyentuh tubuhmu lagi sampai tubuhmu sembuh."
Ye Erruo hanya menghela napas, kemudian ia berkata dalam hati, Apakah kata-katanya ini bisa dipercaya?
Karena merasa Ye erruo kurang yakin, Mo Jiangye kembali meyakinkan dengan berkata, "Jika aku sudah bilang tidak akan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu."
"Ayo makan..." kata Ye Erruo.
Melihat Ye Erruo yang masih tak percaya, Mo Jiangye tampak sedikit mengernyit, lalu ia menurunkan Ye Erruo yang ada di gendongannya, setelah itu melanjutkan makan.
Saat makan, Ye Erruo berbisik, "Besok lusa, aku ada acara pertemuan dengan teman-teman kuliah."
Mo Jiangye seketika menarik napas, lalu ia menatap Ye Erruo yang menatapnya dengan pandangan memohon, kemudian berkata, "Hmmm?"
"Aku harus pergi..." tutur Ye Erruo.
Mo Jiangye mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja sambil berpikir sejenak, lalu ia berkata, "Boleh."
Ye Erruo menghela napas lega, namun saat senyum di wajahnya belum sempurna terbentuk, Mo Jiangye kembali berkata, "Setelah kamu kembali, kamu harus ikut aku ke suatu tempat."
"Pergi kemana?" tanya Ye Erruo.
"Kamu akan tahu ketika sudah sampai." jawab Mo Jiangye.
"Baiklah." kata Ye Erruo.
"Di acara pertemuan nanti, kamu tidak boleh memakai rok yang sangat pendek, selain itu tidak boleh berdandan, tidak boleh menggunakan sepatu hak tinggi, jaga jarak satu meter dengan teman laki-laki, dan tidak boleh mengobrol dengan teman laki-laki." kata Mo Jiangye memperingatkan.
"Hmmm... Aku tahu." kata Ye Erruo.
Melihat Ye Erruo yang sudah berjanji pada Mo Jiangye, mata Mo Jiangye tanpa sadar memancarkan cahaya aneh. Tersungging senyum di sudut bibir jahatnya, hal itu membuat pelayan sulit percaya saat melihatnya.
Selama ini para pelayan tak pernah melihat tuannya tersenyum, bahkan, Mo Jiangye tampak seperti tak pernah ada ekspresi di wajahnya. Seperti tak ada kata bahagia di dalam dunianya, ia lebih sering acuh tak acuh, dingin, dan suram. Sehingga Mo Jiangye tampak begitu menyeramkan dan menakutkan. Bahkan, pernah ada rumor yang mengatakan bahwa dirinya tak akan pernah tersenyum.
"Kamu harus sering tersenyum." kata Ye Erruo yang duduk di sampingnya sambil mengangkat dagu Mo Jiangye.
Tiba-tiba senyum Mo Jiangye menciut secara perlahan, seketika Ye Erruo kembali menarik ujung bibirnya seraya mengatakan, "Aku suka kamu tersenyum." Dalam hati Ye Erruo berkata, Sangat indah, mempesona, dan tampan.
Mo Jiangye memegang tangan Ye Erruo, lalu menatapnya dalam-dalam, setelah itu ia berkata, "Kamu menyukainya? Ayo! Kembali ke kamar. Aku akan menunjukkan senyum ini hanya untukmu seorang."