Pukul sembilan, Lin Jingxuan telah tiba di tempat yang dijanjikan dengan Ye Erruo.
"Ruoruo..." sapa Lin Jingxuan.
Lin Jingxuan terpaku sejenak ketika menatap Ye Erruo. Di sisi lain, tatapan Ye Erruo terlihat polos dan dingin, membuatnya tak bisa memalingkan muka. Ditambah lagi gaun merah yang dipakai Ye Erruo, membuatnya terlihat anggun, bahunya yang terbuka putih bagaikan salju, rambut yang berkibar, bibir yang mempesona, dan mata yang menarik.
"Kamu..." kata Lin Jingxuan .
"Kenapa?" tanya Ye Erruo.
"Kamu datang begitu awal." kata Lin Jingxuan yang duduk terpaku dan berada tepat di sebelah Ye Erruo. Tampak ia belum selesai mempersiapkan sesuatu.
"Ruoruo, kamu hari ini sangat cantik." puji Lin Jingxuan.
Ye Erruo tersenyum dengan senyuman yang menawan, kemudian ia berkata, "Terima kasih."
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa beberapa barang, lalu ia meletakkannya tepat di depan Ye Erruo. Dengan cepat, lilin merah, bunga mawar, taplak meja sudah tertata dan tatanannya begitu romantis. Semuanya seolah dipersiapkan untuk dua orang kekasih yang sedang kencan.
"Ruoruo, ini semua seharusnya disiapkan sebelum kamu sampai. Tapi, kamu datang terlalu awal." kata Lin Jingxuan.
Ye Erruo berkata dengan sinis, "Sekarang aku sangat terkejut."
"Kamu ingin makan apa?" tanya Lin Jingxuan sambil memberikan buku menu padanya.
Ye Erruo hanya memesan sedikit lobster, setelah itu pelayan pergi membawa buku menu tersebut.
"Ruoruo, aku tahu sekarang aku belum bisa membahagiakanmu. Tapi..." tutur Lin Jingxuan.
Lin Jingxuan tiba-tiba berlutut pada Ye Erruo, lalu secara perlahan membuka kotak kecil yang dibawanya sambil berkata. "Aku berjanji padamu bahwa suatu hari nanti aku akan menikahimu dan menjadikanmu seorang istri. Dengan cincin ini, mulai hari ini kamu adalah tunanganku. Ruoruo, menikahlah denganku..."
Ye Erruo yang sedang melihat ponselnya seketika beralih menatap Lin Jingxuan, lalu ia berkata, "Tunangan?"
"Benar, mulai hari ini kamu adalah tunanganku. Bukankah kamu ingin menikah denganku? Hari ini aku akan memenuhi mimpimu." kata Lin Jingxuan.
"Lin Jingxuan, hari ini aku ingin mengatakan suatu hal padamu. Aku sudah punya surat pernikahan bersama dengan Mo Jiangye, bahkan status kami sudah suami istri. Tapi, aku..." Ye Erruo mengambil cincin itu dan memainkannya sekilas, lalu ia menjatuhkannya di meja, kemudian ia menatap Lin Jingxuan dengan tatapan dingin sambil berkata, "Aku sudah tak ada hubungan lagi denganmu."
Seketika wajah Lin Jingxuan menjadi pucat, setelah itu ia berkata, "Ruo... Ruoruo, apakah kamu tahu dengan apa yang baru saja kamu katakan? Apakah kamu masih marah padaku?"
Lin Jingxuan tidak menyangka bahwa kejutan ini akan menjadi sesuatu yang menyeramkan. Padahal ia telah melamar Ye Erruo, tapi Ye Erruo menolaknya.
"Ruoruo..." kata Lin Jingxuan.
Ye Erruo sepertinya tidak tahu bahwa ponselnya bergetar. Tampak ia sibuk dengan urusannya sendiri, tak lama kemudian pelayan datang kembali dan ia berkata, "Nona, Nona butuh sesuatu?"
"Bawa pergi lilin yang ada di atas meja. Lalu ganti teh hijau dengan air putih yang dingin. Kemudian, beberapa botol bir bawa ke mari." pinta Ye Erruo.
"Baik." jawab pelayan.
"Apakah lobster pesananku sudah siap?" tanya Ye Erruo.
"Akan segera siap Nona." jawab pelayan.
"Baiklah, sekarang bawa taplak ini pergi, kemudian ganti taplak meja ini. Setelah itu, ganti kursi yang ada di depanku juga." kata Ye Erruo sambil menunjuk kursi yang dipakai oleh Lin Jingxuan.
"Baik Nona." kata pelayan itu sambil memandang Lin Jingxuan yang sedang berlutut di lantai.
Dengan seketika Lin Jingxuan berdiri, kemudian ia menatap Ye Erruo, tampak wajahnya penuh dengan emosi, setelah itu ia berkata, "Ye Erruo, apa maksudmu?"
"Maksud dari yang baru saja aku katakan adalah tinggalkan aku dan bawa pergi barang-barangmu. Kita sudah tidak ada hubungan." kata Ye Erruo dengan tegas.
Sebenarnya Ye Erruo masih ingin mempermainkannya, tapi ketika Lin Jingxuan memanggilnya 'Ye Erruo' dan melamarnya menggunakan cincin itu membuatnya benar-benar merasa jijik.