Chereads / Mr.Robot / Chapter 7 - Mr.Robot [6]

Chapter 7 - Mr.Robot [6]

Devan membawa Beby ke sebuah agency perfilman yang berada di Jakarta.

Devan memperkenalkan Beby dengan om nya, yang merupakan sutradara di tempat itu.

"Lo ngapain bawa gue ke sini?" tanya Beby.

Devan hanya diam dan terus menarik tangan Beby untuk memasuki tempat tersebut.

Semua yang berada di sana menunduk hormat kepada Devan, namun Devan hanya memasang wajah datarnya yang membuat Beby sangat merasa malas dengan Devan.

"Dasar robot," gumam Beby yang ternyata didengar oleh Devan.

"Gue dengar, manusia bawel," ketus Devan dan Beby hanya mengerucutkan bibirnya, membuat dirinya terlihat menggemaskan di mata Devan.

Devan dan Beby kini sudah memasuki ruangan yang diisi oleh orang-orang yang sedang sibuk membaca naskah.

Devan akhirnya bertemu dengan Gabriel, om nya.

"Devan, ada apa ke sini?" tanya Gabriel dengan wajah heran.

Pasalnya, Devan tidak pernah mengunjungi tempatnya.

"Ada perlu," jawab Devan seadanya.

"Ini siapa? Pacar kamu?" tanya Gabriel sembari melirik Beby.

"Buk-"

"Iya." Devan memotong perkataan Beby yang membuat mata Beby menatap tajam ke arahnya.

Beby benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Devan inginkan. Tadi menghinanya dan sekarang mengaku sebagai pacarnya.

"Dia mau buat film, siapa tau Om bisa bantu," ujar Devan yang diangguki oleh Gabriel.

Gabriel segera mengajak Devan dan Beby memasuki ruangannya agar tidak terlalu berisik.

"Silahkan duduk!" seru Gabriel.

"Jadi, film apa yang ingin kamu buat?"

Beby dengan gugup menjawab, "tentang remaja si, Om. Perempuan yang ingin mendapatkan cintanya pria dingin. Judulnya Mr.Robot."

Gabriel mengangguk kemudian bertanya, "bisa saya lihat naskahnya?"

Beby bingung, pasalnya Devan tidak memberitahunya bahwa dirinya akan dibawa ke tempat ini, dan sekarang Beby tidak membawa naskah, karena naskahnya berada di dalam tasnya.

"Naskahnya ada di tas Om," jawab Beby.

"Kalau begitu bagaimana kita bertemu di hari minggu? Bisa saya minta kontak kamu?" tawar Gabriel dan Beby segera mengangguk.

"Boleh kok-"

"Kalau mau ketemu Beby, kontak saya aja."

Lagi, dan lagi, Devan selalu saja memotong ucapan Beby.

"Saya tidak akan menikung kamu, Devan," sindir Gabriel sembari terkekeh.

Sementara Beby, kini sudah memasang wajah kesal akibat kelakuan Devan.

"Baik, kita akan bertemu di hari minggu, tempat dan waktunya nanti saya beri tahu ke Devan, dan Devan akan memberi tahu ke kamu," ujar Gabriel dan Beby mengangguk.

Devan segera bangun dari kursinya, diikuti dengan Beby.

"Terimakasih untuk ilmu yang nanti akan-"

Baru saja ingin bicara, Devan sudah menarik lengan Beby untuk keluar dari ruangan itu.

"Terimakasih untuk ilmu yang nanti akan Anda ajarkan!" seru Beby yang diangguki oleh Gabriel.

Melihat kelakuan Devan, Gabriel terkekeh sembari menggelengkan kepalanya. Ponakannya itu selalu bersikap dingin bahkan pada keluarganya sendiri.

Sementara di sisi lain, lebih tepatnya di dalam mobil, Beby tidak henti-hentinya mengomeli Devan karena kelakuan tidak sopannya itu.

"Pertama, kalau orang bicara jangan dipotong! Kedua, kalau habis dibantu ucapin terimakasih! Ketiga-"

"Ketiga, lo berisik!" sinis Devan membuat Beby menjadi berkali-kali lipat lebih kesal.

"Gue udah bilang, kalau orang bicara jangan dipotong!" cibir Beby dan Devan hanya mengangguk-nganggukan kepalanya saja.

"Terimakasih sudah membantu," ujar Beby dengan nada yang sudah tidak kesal lagi.

"Kalau begitu artinya lo mau kan jadi pemeran utama di film gue?" tanya Beby dengan nada antusias.

"Enggak."

Beby menurunkan bahunya lesu. Kapan Devan mau menerima tawarannya?

"Kalau mau bantu itu sekalian, jangan setengah-setengah!" gerutu Beby.

"Masih untung gue bantu," timpal Devan.

"Gue rela jadi asisten lo selama sebulan kalau lo mau bantu gue," ujar Beby dan Devan tetap menolak.

"Terus gue harus apa biar lo mau bantu?" tanya Beby dengan anda pasrah.

"Lo harus jadi pacar gue," jawab Devan.