Pada hari kedua Nirvana mulai beradaptasi, membaur dengan orang-orang. Pergi ke ruang makan untuk mengikuti makan siang.
Kala berpapasan dengan Satella, Nirvana mendapat tatapan cemberut yang kesal. Cemberutnya sangat lucu, begitu imut dan justru bikin ketawa.
"Masih kesal?" Tanya Nirvana.
"Di khianati teman sendiri," ucap Satella, dengan mimik sebalnya.
"Jangan drama," seru Violetta yang berdiri dibelakangnya.
Lalu seorang membuka pintu dan memasuki ruang makan.
"Apa kalian memanggil pelawak untuk acara pembuka?" Nirvana menoleh kebelakang dan bertanya setelah melihat sosok pria yang muncul dari pintu.
Satella pun mengedutkan alisnya. Satella menampakkan perasaan ngeri sekaligus menahan tawa. Satella memberi gestur berusaha untuk menjelaskan pada Nirvana.
"Eh.... Anu, itu kan--"
Lalu dipotong ditengah jalan.
"Untuk kejutan? Kadang-kadang stand up komedi itu boleh juga sebagai penghilang rasa jenuh."
"Eh ... Eh...." Satella panik, menggerakkan tangannya dalam gerakan menyilang beberapa kali.
"Terlebih, tampangnya bodoh. Dia gendut, cocok untuk kostum badut pesta konyol. Wajah tololnya akan terlihat lucu kala ia memerankan stand up komedi," ujar Nirvana.
"Yamete.... Yamete!" Jerit Satella, bernada gelisah.
"Ahem!"
Pelawak tersebut berdeham.
"Namaku Henry--" Ia terlihat agak kesal. Baru mau memperkenalkan dirinya, tapi dipotong Nirvana.
"Ia silahkan berjalan kearah meja makan. Cepat, cepat tunjukkanlah pertunjukan lawaknya. Berikanlah cerita konyol, ucapkan kata-kata bodoh yang menggelitik. Adegan dimana kita menimpuk wajahmu yang jelek dengan piring kue pie pasti bakalan lucu menggelitik." Sambil terus mengomentari sang pelawak, Nirvana menariknya kearah meja makan. Satella kian gelisah.
"Ya ampun, pasanganku sinting." Satella berwajah murung.
Sementara Violetta tertawa tanpa suara kala menyaksikannya.
"Hei Nirvana, kamulah yang pelawak! Kamu pelawak yang sesungguhnya," kata Violetta.
"Apa?" Nirvana melongo.
Sementara pelawak itu memberi gestur sok keren.
"Sekali lagi, ku perkenalkan siapa diriku! Namaku, Henry von Gaius Valois. Aku adalah putra keempat, anak ke-lima. Pangeran Henry."
Atas perkenalan pangeran Henry, Nirvana tersentak kaget.
"Uh-- jadi dia ini ugly bastard," ucap Nirvana, agak murung.
Violetta menahan tawa, sementara Satella bertanya.
"Berani kamu panggil pangeran dengan sebutan ugly bastard! Ngomong-ngomong, apa sih arti kata-kata mu? Bisa jelaskan apa artinya ugly bastard itu?" Satella bertanya dengan wajah polosnya.
Nirvana pun terhanyut dalam suasana canda tawa, berkata-kata dengan gurauan tak tahu tempat.
"Ugly bastard itu ketika wanita yang cantik dipaksa punya anak dari pria buruk rupa. Padahal pasangannya tampan. Itu adalah perselingkuhan paksaan ketika wanitanya sama sekali tak menginginkannya." Nirvana jadi keceplosan menjawab.
Terhanyut dengan suasana canda tawa dipenuhi gurauan.
Prince Henry dibuat geleng-geleng kepala.
Namun Henry bengong dengan ekspresi depresi.
Henry teringat masa-masa ketika dirinya tinggal di kastil kerajaan utama. Adalah masa-masa sebelum dekrit raja yang akan mengumumkan tentang seleksi kerajaan, dengan cara baru.
Usia Henry dengan kakak yang bernama Romanne-conti Valois terpaut satu tahun saja. Kendati berbeda ibu, tapi terhadap kakak tirinya yang bernama Romanne cukup baik. Dengan adiknya, Tina, hanya terpaut dua tahun. Henry baik-baik saja dengan dua orang saudaranya itu.
Akan tetapi dengan tiga kakak tertuanya....
Henry teringat momen dikala dirinya sering di-bully tiga kakaknya.
Terlepas dari usianya yang terpaut jauh dari tiga kakak tertuanya, ia memiliki level terpaut jauh dalam segala hal. Sebagai adik ia kurang dianggap ada oleh mereka. Ulah Nirvana yang menganggapnya seorang pelawak konyol yang jelek adalah pemicu bagi prince Henry untuk mengingat momen kelam perlakuan bullying dari kakaknya.
"Pangeran?" Satella berusaha menyadarkan prince Henry yang sekarang sedang melamun dalam wajah depresinya.
"Kamu sih!" Satella pun menolak pinggang. Raut wajah galaknya memberi protes kepada Nirvana.
"Ah, tidak apa-apa," balas prince Henry.
Mereka kini duduk di satu meja panjang.
Prince Henry.
Prince Henry adalah anak raja Abraham IX. Dari penampilannya memang jauh dari kesan seorang pangeran. Perawakan yang gendut tidak tinggi, tidak tampan malah cenderung jelek. Bahkan Nirvana mengira prince Henry adalah pelawak pada awal melihatnya.
"Maafkan, maafkan pasanganku." Violetta bergurau dengan bilang bahwa Nirvana itu pasangannya. Violetta bilang demikian hanya supaya buat Satella ngambek.
"Pasangan apanya? Nirvana pasanganku!" Satella mengakui, mengklaim dengan wajah jengkel.
Mendengar perkataan dari Satella, prince Henry terkejut.
"Benarkah itu, kak Stella?" Tanya prince Henry.
"Benarkah, apanya ya?" Tanya Satella.
"Bahwa orang itu pasangan mu. Barusan kamu bilang seperti itu." Prince Henry memperjelas.
"Itu benar, prince." Pernyataan dikonfirmasi oleh Satella.
Seketika prince Henry tersenyum sendiri. Alih-alih menjadi tokoh pangeran yang cemburu kala ada putri bangsawan yang berpasangan dengan orang lain, Prince Henry justru terlihat senang.
"Mampus kau kak Philips." Prince Henry dengan nada berbisik, lagi bersuara dalam hati.
Hubungan masa lalu yang buruk dengan kakaknya, membuat prince Henry senang atas kegagalan sang kakak dalam mendapat hati putri bangsawan Charlotte.
Sementara putri Tina bertanya tentang kedatangan kakaknya.
"Lalu, untuk apa kakak gendut berkunjung kemari?"
"Heh, memanggil kakakmu yang benar!"
Satella menegur putri Tina, Tina memandang jijik kakaknya.
"Aku hanya ingin liburan saja kok, sambil melihat kondisi adik Tina. Kakak ingin tahu apa dik Tina ini sehat saja atau tidak." Prince Henry tersenyum masam. Tapi dibalas Tina dengan menjulurkan lidahnya.
Makan siang pun berlangsung.
****************
Alun-alun kota.
Pada awalnya Nirvana sendiri saja pergi ke kota. Hingga ia menyadari ada kabut hitam melayang-layang diudara. Seperti awan, juga kabut, runcing didepan melebar di sisi belakang, mengerucut. Aura kabut hitam memberi kesan angker.
Nirvana tahu itu tidak berbahaya.
Nirvana tahu bahwa itu wujud transfigurasi sihir, dari Violetta.
Berhenti didepannya, itu berubah menjadi wujud manusia. Seorang wanita cantik berambut ungu nan panjang. Wajah pemalas minim ekspresi. Wajah itu setipe dengan Oreki, karakter pemalas tapi cerdas yang Nirvana lihat di komik.
Versi wanita dari karakter model Oreki yang tampangnya pemalas.
"Aku tahu kamu akan kesini," ucap Violetta, dengan wajah bangganya.
"...." Nirvana masih menyimak, menikmati pemandangan asri.
"Maukah jalan-jalan bersamaku?" Tanya Violetta. Ia menyodorkan tangannya untuk diraih.
Akhirnya mereka pun berkeliling dialun-alun kota.
Nirvana hanya melihat-lihat area hijau yang menyejukkan mata lalu orang-orang dengan pakaian adat tradisional yang unik.
Tapi, entah bagaikan penglihatan Violetta amat tajam. Kendati objek tersebut tidak akan dipedulikan Nirvana bila ia melihatnya. Tetapi felling Violetta berkata bahwa ini sesuatu yang mengubah arah plot. Adalah plot kehidupan, sesuatu hal yang akan berguna dimasa nanti.
"Aku mau kesana!" Menunjuk ke suatu tempat, Violeta melangkah.
"Hei, tunggu--"
"Gak mau ikut yaudah, aku tinggal saja!"
Seolah tidak mau mendengar kata sanggahan, Violetta memotong.
Akhirnya Nirvana mengikutinya. Mereka melangkah ke sisi taman dekat saluran air.
"Lihat...."
"Lihat, malang sekali."
"Itu kan anjing."
Violetta melihat anjing merintih dipinggir jalan. Jenis anjing yang memiliki tubuh panjang dan kaki pendek. Violetta merasa iba dan memungut tubuh anjing tersebut.
"Ya ampun, dia disiksa." Violetta mengangkat tubuh anjing panjang tersebut, mengusap kepalanya.
"Tinggalkan saja," kata Nirvana.
"Apa disini ada dokter hewan atau semacamnya?" Tanya Violetta, tak mengindahkan ucapan Nirvana.
"Pakai salep untuk manusia saja. Pergilah ke tempat tabib, belilah sebotol salep racikan." Nirvana memberikan usulan.
"Baiklah," balas Nirvana.
Nirvana akan tidak enak bila meninggalkan Violetta saat sedang berjalan bersama dialun-alun kota. Pada akhirnya Nirvana mengikuti Violetta menuju tempat tabib.
****************
Mereka tiba di gubuk sederhana, tabib memberi air hangat beserta handuk kecil. Violetta menyeka bagian tubuh anjing yang penuh dengan luka itu. Anjing sempat tersentak kaget, jadi tidak tenang akibat merasakan perih.
Anjing itu seperti sering mendapat siksaan dari majikannya.
"Ini dia salepnya." Tabib laki-laki memberi obat salep.
"Terimakasih ya, paman." Violetta masih menyeka tubuh anjing itu dengan perasan air hangat.
"Disini memang banyak terdapat praktik gelap penciptaan inugami," kata tabibnya.
"...." Violetta menyimak.
"Ah, aku lupa kalau disini tempat berlatar kebudayaan Jepang," ucap Nirvana, sebelum kembali santai, menyender di dinding tikar.
"Lanjutkan." Nirvana malah jadi seperti tiduran.
"Ara ... mau santai sendirian saja. Jangan-jangan kamu ketularan aku yah." Violetta tersenyum tipis.
"Oke lanjut!" Violetta menagih lanjutan cerita dari tabib.
Tabib pun menghela napas, lalu melanjutkan. Sementara Violetta mulai mengolesi luka pada tubuh anjing dengan salep.
"Inugami termasuk dalam ras para shikigami--"
"Shikigami adalah siluman."
"Siluman? Shikigami itu roh yang dibuat jadi entitas hidup tapi tanpa tubuh loh."
"Itu yang ku maksud."
Selepas Nirvana memotong arah cerita, tabib melanjutkan.
"Inugami itu diciptakan melalui praktik gelap yang brutal. Pemilik akan menyiksa anjing tersebut. Karena mati dengan menyimpan dendam maka dia gentayangan. Dengan ritual rumit, hantu anjing yang menyisakan dendam akan dirubah menjadi Inugami. Apabila seorang punya spiritualitas yang tinggi, ia dapat mengatur inugami untuk membantu tugas-tugasnya."
Diakhir penjelasan tabib, Violetta memberi gestur mengerti.
"Itu artinya aku menggaggalkan ritualnya. Lalu anjing ini berhasil kabur dari sang pencipta Inugami?" Violetta bernada bertanya.
"Mereka disebut omyoujin," ujar tabibnya.
"
Eh?" Violetta tersentak kaget kala menyadari anjing yang hendak ia rawat meninggal. Menoleh kearah anjing, sudah tak bernyawa lagi.
"Kenapa tidak bisa diselamatkan?" Violetta dengan nada sendunya. Ia jelas menampakkan raut murung.
"Biar aku bantu menguburkannya," kata tabib.
"Terimakasih," balas Violetta.
*****************
Violetta baru keluar dari gubuk tabibnya.
"Kami pamit," seru Violetta.
Kebetulan hari telah sore. Violetta maupun Nirvana pergi menuju ke kastil daerah, kota Arata.
Berjalan kearah kastil, berjalan, masih berjalan.
Terus berjalan.
"Di wilayah ku nyawa manusia semurah mahluk yang disebut inugami itu." Nada Violetta masih terdengar sedikit sendu. Mungkin kejadian barusan menginginkan Violetta tentang sisi buruk dari kampung halamannya.
"...." Nirvana masih menyimak.
Ditengah jalan mereka dicegat seseorang.
"Ternyata kalian disini.... Cepatlah ikuti aku!" Seorang dengan suara berkarakter kasar, seperti orang dengan tampang seram. Ia sedikit lebih tinggi dari Nirvana.
Tak begitu tinggi namun fisiknya kekar, atletis.
Itu seperti penampilan seorang preman pada umumnya.
Mau apa dia?
~Bersambung~