Jack Frost memegangi pundak dan juga punggung Satella. Membantu agar yang tadinya menyender lunglai dimeja, kini duduk dengan tegap. Menaruh botol kecil minyak angin aromatherapy di hidungnya.
"Cepat sadar, nyonya Stella."
Jack menunggu beberapa saat hingga keadaan Satella membaik. Semula lunglai seperti orang setengah struk, kini pulih.
"Jack?"
"Sudah sadar, nyonya Stella?"
Tingkat kesadarannya masih sedikit.
"Kenapa, bukannya kamu ku suruh untuk menunggu dikastil?" Ceracau Satella yang meninggalkan kesadarannya di loop yang keempat. Satella membuat Jack melongo.
"Apa yang anda bicarakan sih? Kenapa melantur, apa semua ini baik-baik saja?" Sementara itu Jack semakin khawatir.
Satella telah setengah sadar.
"Apa, aku berada dikementerian sihir?" Iris mata Satella seolah membesar dengan wajahnya menegang. Seperti tanpa tulang punggung, lehernya menengadah kearah belakang dengan mata mengarah ke sudut empat puluh derajat apabila pandangan kedepan dihitung nol derajat. Lehernya seolah-olah tidak ada tenaga tuk tegak.
"Kenapa nyonya stella, kenapa anda kelihatan lemah sekali. Kenapa anda lesu dan lelah. Seseorang melakukan sesuatu pada anda?" Jack Frost khawatir.
Perlahan kondisi Satella mulai pulih.
"Jam berapa ini Jack?" Satella bertanya dengan nada lesu dan lunglai.
Jack frost memberi gestur seolah sedang menunjuk kearah jam kayu klasik.
"A-- apa, EMPAT JAM SEBELUM TIME-RIFT!" Satella berseru kaget.
"Empat jam sebelum apa? Apa anda punya janji dengan seseorang, iya, nyonya Stella?" Jack bertanya-tanya.
"Berisik, dasar mister save point!" Satella memberi nada jutek pada asistennya.
Jack Frost tersentak mundur ketika Satella mulai berdiri seolah orang sakit yang mendadak sembuh. Iris mata membesar, wajah menegang. Satella mengacak-acak rambut peraknya, lalu berseru marah.
"Hua.... Janji yang sudah kita buat, SAAT INI TERULANG KEMBALI!"
Melihat atasannya, Jack frost cemas.
"Kalau ada janji dengan seseorang, anda harusnya berdandan bukan."
"Kamu benar."
Jack Frost memberi usulan, lalu Satella menoleh dan setuju. Setelah itu ia segera mengedutkan alisnya.
"Sebenarnya masalahnya bukan itu, makin lama aku jadi semakin takut mati." Satella dengan nada bisik-bisik.
Disisi lain, Jack frost pun bisik-bisik.
"Bos ku adalah seorang arc mage. Walau begitu, bos ku orangnya agak aneh." Bisik Jack Frost, menoleh kearah lain.
"A-- ahah, aku memutuskan!" Satella menunjuk kearah Jack Frost, dengan nada lantang.
Jack frost tersentak kaget.
"Aku akan buatkan daftar tugasmu! Ayo kita bergegas, oy, anak mudah." Tunjuk Satella, menampakkan raut wajah bangga.
"Anak muda? Seolah nonya adalah seorang nenek elves berusia empat ratus tahun saja." Pikir Jack Frost.
**************
Las Castella.
Waktu telah maju sebanyak empat jam. Keretakan dimensi yang berada di ibu kota sudah terbuka. Satella berada dipinggir jalanan ibu kota kerajaan. Di depan mata adalah lubang hitam penghubung dimensi.
"Kalian tunggu sini?"
"Baik, nyonya arc mage."
Satella menyapu tangannya, dibalas oleh sekumpulan mage itu. Satella memasuki keretakan dimensi. Dalam sekejap lenyap ditelan lubang hitam misterius itu.
*************
Mal plaza.
Mulai saat ini, perspektif akan dikembalikan kepada Nirvana.
"Kopi tester...." Seru seorang mbak SPG menawarkan produk promosi.
"Boleh juga." Nirvana mengambil secangkir super kecil. Menaruhnya kembali ke nampan yang dibawa mbak-mbak SPG itu.
"Kalau suka kopinya datanglah ke gerai kopi kami. Baru buka sehari yang lalu," kata mbak SPG.
"Baiklah, aku akan minum kopi ini." Nirvana melangkah kesebuah gerai kopi yang baru saja buka di plaza.
Duduk di meja yang tersedia diluar ruangan. Telah memesan kopi yang dingin, porsinya 1/4 liter. Ia duduk sambil menikmati WiFi an untuk mendownload banyak permainan.
"WiFi nya kencang sekali." Nirvana bernada puas sambil menikmati kopinya. Tanpa terasa sudah cukup banyak game didownload, terutama game yang offline.
Tiba-tiba terlintas didalam pikiran Nirvana.
"Tadi pagi aku amat senang karena bermimpi indah. Lantas tadi pagi diriku bermimpi apa, aku kok jadi tidak ingat?" Pikir Nirvana.
Entah bagaimana Nirvana telah melupakan mimpinya yang baru dialaminya semalam.
"Permisi...."
Seseorang menyapa.
Nirvana menoleh kearahnya dan melihat seorang wanita berambut silver dengan kuping lancip yang panjangnya masih sama seperti kupingnya manusia normal. Tidak memakai blazer atau baju normal yang biasa dipakai warga modern. Yang dikenakan olehnya adalah setelan gaun hitam tradisional ala jaman kerajaan. Kulitnya seputih boneka porselen, paras yang tak pernah dilihat Nirvana sebelumnya.
"Tidak mungkin, apakah seorang cosplayer?" Pikir Nirvana.
Siapakah yang ada dihadapan Nirvana? Nirvana bertanya-tanya dalam hati. Lalu menjadi aneh kala seorang gadis imut misterius yang belum pernah dikenalnya tiba-tiba datang menemuinya.
"Kamu Nirvana bukan?"
"Iya benar, bagaimana kamu bisa tahu--"
Ditengah kalimat, ia dipotong oleh gadis imut itu.
Menyapa saat sedang santainya meminum kopi es. Gadis imut itu tau-tau mengulurkan tangannya.
"Cepat ikut aku, aku sudah tak ada waktu!"
"Kenapa tiba-tiba? Kamu ini siapa? Kamu ingin membawa ku kemana?"
Gadis imut itu datang hanya untuk memaksa. Sementara itu Nirvana masih bertanya-tanya. Walau otak menerka rasa curiga, betapa imut wajahnya membuat Nirvana merasa aneh kalau sampai curiga dengan gadis ini.
Masa sih gadis seimut dan polos ini punya niat jahat?
Begitulah pikir Nirvana.
"Mau aku paksa ya!" Gadis imut itu memberi paksaan dengan nada galak.
"Kenapa maksa?" Nirvana bertanya.
"Karena aku tidak punya waktu!" gadis itu memberi nada galak.
"Aku bilang, Kenapa harus maksa?" Nirvana bertanya lagi.
"...." gadis imut menatap sebal.
"Dasar tukang maksa." Nirvana menyanggah.
Gadis itu tersedak ludah. Merasa ubun-ubun seperti tersengat setrum.
Akhirnya gadis kecil imut duduk dimeja sambil membanting pantat pada kursi cafe. Kemudian seorang pelayan kafe datang menawarkan. Pelayan menawarkan pada gadis tersebut untuk memesan kopi.
"Apa kamu mau pesan kopi?"
"Kopi? Tapi aku tidak minum kopi. Aku tidak terbiasa minum kopi."
Satella menolak saran pelayannya untuk memesan kopi.
"Tidak suka kopi, bagaimana kalau cokelat?"
"Kalau bisa sih, aku mau tea?"
"Oh begitu, bagaimana kalau thai tea?"
Akhirnya tensi gadis itu menurun. Pelayan membuat topik utamanya teralihkan. Pelayan mengantarkan sebuah kertas berisikan menu teh tarik aneka rasa.
"Ternyata ada teh yang seperti ini, uniknya." Gadis kecil duduk manis. Menimbang-nimbang, kemudian memutuskan pilihannya.
"Matcha."
"Baiklah, segera datang."
Akhirnya gadis kecil itu memesan. Pelayan pergi untuk mengerjakan pesanan.
"Ngomong-ngomong, kamu ini siapa, dik--" Tanya Nirvana.
"Dik?" Gadis itu cemberut.
"Dilihat dari wajahmu, aku tafsir kamu ini berusia enam belas tahun. Atau malahan masih lima belas?" Pikir Nirvana.
"Sok tau deh!" gadis membentak.
"Lalu yang benar berapa? Siapa juga namamu?" Nirvana menghela napas.
"Namaku Satella Shiela Charlotte, usiaku sudah dua puluh tahun loh." Satella dengan ekspresi cemberut.
"Kalau waktu terulang kembali, aku gak pernah mau memberi namaku lagi!" Satella marah-marah.
"Dia ini kenapa?" Nirvana terdiam.
****************
Tau-tau teh matcha dingin sudah tersaji. Satella menyeruput tehnya yang dingin lalu menjelaskan.
Setelah penjelasan....
"Apa, sebuah janji?" Nirvana jadi bingung.
"Sudah aku jelaskan, kamu tidak nyimak?" Satella cemberut lagi.
"Tapi aku gak pernah buat janji seperti itu." Nirvana makin pusing.
"Tapi kita pernah buat janji yang seperti tadi loh." Satella bersikeras.
"Kamu mengada-ada," balas Nirvana.
"Kalau tidak mau, aku paksa loh!" Satella bersikeras.
Akhirnya terjadi pertengkaran kecil.
"Dasar tukang maksa."
"Biarin aja!"
"Yasudah, aku pergi."
Nirvana meninggalkan Satella dan berjalan keluar area plaza.
**************
Di area jalan belakang plaza.
"Loh kok kamu?"
"Kamu gak boleh melawan! Mulai dari sini kamu bakal aku paksa!"
Nirvana menaiki sepeda motor, kala ia baru keluar area parkir dan tiba di jalan belakang plaza ia dicegat. Entah apa yang terjadi, tapi ban motornya tidak bisa menyentuh aspal.
Telekinesis !!
Alhasil Nirvana melompat dari sepeda motornya.
"Apa yang terjadi ini mistis sekali. Kamu seperti mahluk ghaib ya? Berarti kamu ini setan ya? Kamu setan!" Nirvana resah, tak sekalipun pernah melihat sihir didalam kehidupannya.
"Kenapa sih kamu mengikuti aku?" Nirvana tak habis pikir. Bisa-bisanya ia dipaksa untuk memenuhi janji yang tidak pernah ia buat.
"Karena kamu sudah janji, kamu harus menepatinya. Bukan, maksud aku, kita akan menepatinya!" Satella bersikeras.
"Sudah kubilang, aku tak pernah membuat sebuah janji denganmu sebelumnya. Bagaimana mungkin, kita saja baru kenal barusan kan."
"Kalau tidak mau, akan aku paksa!" Satella terus bersikeras.
"Aku menolak!" Nirvana balik arah, berlari kearah yang berlawanan.
Walau bagaimana juga, Nirvana percaya bahwa kecepatan larinya tidak mungkin dikalahkan oleh anak kecil seperti itu. Masih saja mengira yang dilihatnya hanya seorang anak kecil. Setidaknya ia memiliki postur 165 cm, tapi wajahnya kelihatan seperti usia 15 tahun kebawah.
Lima tahun lebih muda dari usia aslinya.
Nirvana berlari sangat cepat untuk ukuran manusia biasa. sudah berlari sejauh yang dapat ditempuhnya. Itu dua ratus meter lebih, untuk ukuran manusia biasa itu memakan energi yang cukup banyak. Larinya mulai melambat, hingga ia terhenti. Baru saja mengambil napas sebentar. Sesuatu yang dihindarinya sudah berada didepan mata.
"Percuma saja! Terus kamu juga sudah membuang waktuku tau!" Satella memberi nada protes.
"Apa!" Nirvana terkejut.
Padahal yang Nirvana lihat tidak ada siapapun, kecuali seekor merpati hitam.
"Sekarang lihat aku!"
Sugesti diberikan.
Hipnosis !!
"Ikuti langakah ku!"
****************
Las Castella.
"Sekarang kamu boleh sadar!"
Nirvana menyadari hari sudah siang. Bukan hanya itu, kota metropolitan abad milenial sudah berganti jadi kota bergaya klasik di pertengahan. Kota yang bergaya seperti abad ke 18 akhir. Kendaraan adalah kereta yang ditarik dua naga kadal. Adalah naga darat kelas Kirin. Panjang dari naga darat kelas Kirin adalah dua meter lebih.
Menyadari Nirvana sudah tersadar dengan ekspresi ketakutan, Satella menahan tawa dari bibirnya, "Ku ... ku ... ku...."
"Sudah terlambat, mereka sudah menutup time-rift nya." Satella tersenyum penuh arti.
"Dimana ini? Apa pula, time-rift itu? Kenapa aku bisa ada disini?" Nirvana bernada kurang tenang, terus saja bertanya-tanya.
"Kikikik, hua ... hahaha." Satella tertawa puas.
"Kenapa ini?" Nirvana mengangkat bahu.
"Kan sudah aku bilang, bahwa aku memaksamu!" Balas Satella dengan sisa-sisa tawanya. Membuang napas panjang kala berhenti tertawa.
"Maksudku, kok aku berada disini dalam sekejap?" Nirvana bingung, bertanya dalam nada keras yang panik.
"Hipnosis!" Jawab Satella dengan ekspresi wajah usilnya.
"Apa.... Aku dihipnotis?" Nirvana terkejut.
Sebuah hipnotis.
~Bersambung~