Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 13 - Mediasi dengan roh

Chapter 13 - Mediasi dengan roh

Berdua di kursi panjang di taman kota. Nirvana duduk mendengar Satella. Di dalam visualisasinya ia menyimak tapi, dalam pikirannya sedang mencernanya dengan fokus.

Ditengah penjelasan, sambil jalan menuju sebuah tempat.

Nirvana POV.

Aku dihipnotis dan dibawa ke dunia lain. Lucunya, aku dibawa oleh anak kecil yang mengaku kalau dia berusia 20 tahun. Apakah anak kecil ini bisa dipercaya? Ia memiliki postur yang bukan loli tapi masih disebut sebagai mungil. Tingginya 165 dan postur tubuhnya sangat ramping.

Aku tidak bisa kembali, Satella sengaja melakukan ini.

Dunia paralel ini adalah era Victoria.  Inggris era 1890. Industri dengan teknologi mesin uap bahkan belum ditemukan. Mungkin ada alternatif untuk industri di dunia alternatif fantasi ala pedang dan sihir ini.

Kerajaan Vilenchia, satu-satunya kerajaan manusia di dataran Aluscia. Ibu kotanya adalah Las Castella, kebetulan sekarang kita berada di ibukota. Seratus enam puluh ribu kilometer adalah luas dataran ini, begitulah kata gadis kecil ini. Masih ada beberapa kota yang belum aku datangi selain ibu kota ini. Mungkin nanti, jadi perjalanan yang seru.

Yang menurutku aneh, ia berkata bahwa ini kedua kalinya bagiku menginjakkan kaki dikota. Dalam kesempatan yang sebelumnya, aku mencabut sebilah pedang dari baru. Ia begitulah katanya.

Aku berjalan dituntunnya. Seperti aku sedang berjalan dituntun oleh anak kecil saja.

Dia ini aneh, memang aneh. Meski begitu, anak ini sangat imut. Seperti aku bertemu karakter MOE dalam anime yang dulunya pernah aku tonton.

POV end....

"Sudah sampai," seru Satella.

"Sampai, apa ya?" balas Nirvana.

"Ini adalah alun-alun kota. Lalu disana ada monumen pedang batu. Pedang yang ada disana itu, kamu pernah menariknya. Ayo lakukan lagi!" Satella menunjuk kearah batu karang yang ada pedangnya. Satella minta agar Nirvana mencabutnya.

Mereka berjalan mendekatinya.

Masih berjalan....

Mereka berdiri tepat didepan batu karang dengan bilah pedang yang menancap.

"Pedang itu ditakdirkan untukmu!" Satella mengulangi pernyataannya.

"Baiklah." Nirvana menurut.

Singkat cerita, pedang tercabut dari batu karangnya.

"Ini ukiran yang cantik." Nirvana memberi kesannya kepada pedang.

"Kenapa, kenapa kali ini kamu gak berseru excalibur? Kenapa setelah perulangan, kamu tidak melakukan itu?" Satella bertanya-tanya.

"Aku tidak mengerti deh." Nirvana mengernyitkan dahinya.

"Baiklah, sekarang ikut aku! Aku berhutang penjelasan kepadamu." Satella mengarahkan Nirvana lagi, menuju suatu tempat.

Ditengah perjalanan, membuat lagi pernyataan baru.

"Aku berjanji ini adalah perulangan yang terakhir. Apabila aku gagal, aku gak akan membawamu kesini, lagi."

"Perulangan waktu? Seperti di genre film barat saja," ucap Nirvana.

Satella membuat janji untuk dirinya sendiri. Nirvana menanggapi dengan apa yang ia ketahui.

"Apa film? Maksudmu seperti teater drama yah." Satella menoleh, lalu menatap dengan raut wajah yang tenang dan polos.

"Tentang tokoh yang mengulangi waktu, mewarisi semua kenangan.  Karakter pendukung tidak memiliki ingatan didunia perulangan. Salah satu yang pernah aku saksikan itu judulnya adalah, kupu-kupu patah."

"Oh, yah.... Tolong ceritakan itu padaku dilain waktu."

Setelah sedikit berbincang-bincang, pada akhirnya mereka tiba di taman yang lainnya.

Terhenti disana.

"Sebelumnya kamu berjanji kita bakalan berkemah dan lainnya itu. Tapi nanti, setelah segala masalah selesai." Satella berdiri, merogoh isi kantung sihirnya. Mengeluarkan sebuah gulungan ajaib.

Gulir sihir yang dapat digunakan untuk menyegel bangunan lalu dimunculkan lagi. Satella menaruh gulungan diatas tanah kemudian huruf sihirnya bercahaya.

Lingkaran sihir muncul.

Lalu keluarlah sebuah tenda yang persis dengan di perulangan yang sebelumnya.

"Sebuah gulungan sihir memanggil sebuah bangunan?" Nirvana diam, tercengang.

"Aku tau kamu akan bilang begitu. Cepatlah masuk kedalam tenda ini!" Satella menyapu tangan, sebagai gestur mengajak Nirvana masuk.

Mereka didalam tenda. Duduk disofa yang berada disana.

Satella mengeluarkan sebuah buku tebal bersampul kulit hewan.

Buku itu ditaruh diatas meja.

"Ini kode mistik milikku. Namanya Restart, atau disebut Sage diary. Apa yang disebut kode mistik itu adalah harta pusaka untuk setiap penyihir. Setiap penyihir yang hebat, penyihir kelas atas memiliki benda tersebut. Dari sini, kamu sudah paham kan?"

Satella menjelaskan dengan rapih, juga santai.

"Jadi ini yang memiliki kekuatan mengulang waktu?"

"Iya, tebakan mu benar."

Nirvana memastikan, lalu dibenarkan oleh Satella.

"Ini bukan satu-satunya kode mistik yang kumiliki. Kalau orang-orang sampai tahu kalau aku punya kode mistik seperti restart, hidupku gak tenang. Kalau terbunuh saja, masih untung bagiku. Kalau aku ditangkap, dipaksa untuk melakukan kontrak untuk mewarisi hak milik restart. Apalagi itu dengan cara menyiksa diriku. aku bakalan menderita loh." Satella menyampaikan curhatnya.

Menghela napas. Saat Satella mulai lega, tiba-tiba menjadi resah.

"Kamu satu-satunya yang tahu tentang rahasia ini."

Masih tenang, mendadak resah.

"Apa, kenapa aku harus ceritakan rahasia ku?" Satella memberi nada menyesal.

"Sudah, jangan takut. Aku bukan orang jahat." Nirvana meyakinkan.

"Ba-- baiklah, aku akan melakukan psikometri segitiga. Bukan deh, itu salah maksudku Mediumship segi tiga." Satella memegang pedangnya beserta tangan Nirvana.

Lantas, apa itu Mediumship segitiga? Satella memejamkan mata. Nirvana mendapat efek hipnosis, membuat dirinya ikut memejamkan matanya.

Sebelum benar-benar terlelap, suara yang terdengar adalah.

"Psikometri hanya pemicu. Tujuan utama, mengaktifkan Mediumship!"

Memasuki alam bawah sadar....

"Lantas apa pula psikometri itu?" Suara hati Nirvana bertanya-tanya.

Maka muncullah mereka disebuah ruang hampa. Ruang hampa materi, biasanya ini tempat berbicara dengan roh orang mati. Nirvana terdiam, sementara itu Satella satu-satunya orang yang tahu harus apa.

"Apakah ada orang disini?" Satella berseru, mencari-cari kesegala arah.

Seruan dilakukan beberapa kali hingga ada suara yang membalas.

"Selamat datang nyonya kecil, dan satu lainnya."

"Ah, ada jawaban!"

Setelah Satella memanggil-manggil, suara jawaban datang.

Seorang pemuda berusia penghujung tiga puluh tahunan.

"Seorang, orang gede. bukan paruh baya. Lebih tepatnya, apa kamu seusia dengan kakak laki-lakiku?" Itulah hal yang pertama dikatakan Satella.

"Perkenalkan, aku Gandalf si putih. Akulah pencipta justice sword. Aku pemimpin dari rumah penyihir House of Centauri. Salam kenal ... Miss?" Kata-katanya pun terhenti seolah menagih nama.

Satella yang mengerti langsung menjawab dengan tenang.

"Namaku Satella, Satella Shiela Charlotte. Putri ketiga dari keluarga utama, bangsawan Charlotte."

"Siapa pemimpin rumah penyihir House of Charlotte, saat ini?" Tanya Gandalf.

"Aku tidak tahu," ucap Satella.

"Ayolah, ini penting." Gandalf seolah sedang merasa kecewa atas jawaban Satella.

"Aku ini sibuk dikementerian sihir sebagai seorang arc mage. Aku juga memiliki kursi di dewan penyihir kerajaan. Tidak sempat mengurusi rumah penyihir." Satella membalas pertanyaan Gandalf.

Mereka saling diam sejenak. Lalu Satella memulai pembahasan.

"Aku akan mengkonfirmasi diriku sebagai  pemilik kode mistik restart," kata Satella.

Spontan Gandalf tercengang.

"Bukankah sudah hilang, lantas caramu menemukannya?"

Gandalf tercengang, sementara itu Satella menampakkan raut wajah usilnya.

Gandalf ini pemuda Eropa dengan postur standarnya sekitar 183cm.  Rambutnya cokelat, panjangnya sebahu. Ia membawa tongkat sihir kayu berwarna putih.

"Aku melacaknya dengan psikometri. Aku melacak barang peninggalan orang-orang dulu. Barang di ruang perpustakaan Griffin quen akademi loh." Satella menjelaskan.

"Kenyataannya, aku menitipkan benda itu kepada kepala sekolahku loh." Gandalf membenarkan.

"Aku menemukan kode mistik nya setelah empat ratus tahun berlalu." Satella terkekeh.

"Jadi kamu generasi empat ratus tahun setelahku? Bagaimana kamu berkomunikasi denganku?" Tanya Gandalf.

Satella mengangkat tangannya.

"Mudah. Pertama, aku melakukan psikometri segitiga. Kedua, karena media merupakan benda berisikan fragmen jiwa maka aku melakukan mediasi dengan fragmen di dalam justice sword," ujar Satella.

Gandalf bergetar.

"Katakan, siapa yang mencabut pedang peninggalanku?" Tanya Gandalf.

"Orang ini, orang ini, orang ini, orang ini, orang inilah pelakunya!" Satella menunjuk-nunjuk kearah Nirvana seolah-olah sedang menuduh orang melakukan perbuatan yang usil. Nirvana mengerutkan keningnya, merasa sebal.

"Bocah setengah matang, katakan kamu berasal dari mana?" Tanya Gandalf.

Belum dijawab, Satella memberi protes.

"Kalau dia bocah setengah matang, lalu apakah aku? Anak kecil berusia sebelas tahun!" Satella membentak kesal.

"Aku bertanya!" Gandalf mengepal tangannya.

"Namanya Nirvana, ia datang dari dunia paralel yang bernama bumi. Nirvana dua tahun lebih muda dari aku loh. Dia bukan penyihir." Satella menjelaskan singkat.

"Kenapa malah kamu jadi juru bicaranya, bocah kecil!" Gandalf memprotes.

"Aku berusia dua puluh tahun loh, dasar orang mati!" Satella balas mengomel.

"Anak kecil gak boleh membentak orang dewasa!" Sentak Gandalf, dengan raut wajah galak.

"Ayo, kita pergi!" Satella menekan Gandalf. Mengabaikan sebagai cara balasnya. Satella sudah memegang lengan Nirvana.

"Tunggu!" Gandalf menatap kearah Nirvana seolah akan memberikan wasiat.

"Justice sword, terdapat rune sihir yang dituliskan dengan aksara kuno era Norse. Tulisannya mengandung arti begini kurang lebih, Sword of karma. Sihir yang ada didalamnya adalah execute. Sihir true damage yang menembus pertahanan fisik maupun sihir. Adalah burst tingkat C. Lalu aksara kuno sword of karma mengandung kekuatan pasif. Makin jahat nilai karma lawan mu, semakin besar bomus damage yang kamu peroleh. Sword of karma, berlaku untuk segala serangan yang kamu miliki diluar sihir bawaan pedang. Jika memakai pedang ini, paham."

Nirvana memberi anggukan, setelah itu pencipta pedang pun mengakhiri dengan.

"Sekarang kalian boleh pergi, hush, hush, sana pergi." Canda Gandalf, ia terkekeh.

Satella bergetar, menunjuk-nunjuk kearah arwah penyihir itu.

"Aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk, aku kutuk!"

Satella mengumpat kesal. Dibalas dengan suara canda tawa Gandalf. Hingga wajah Satella sedikit tenang, ia mengatakan satu patah kata yang penting.

"Oh iya, aku pernah bermediasi dengan roh wanita jahat. Tapi dia mirip denganku, tapi kamu tidak mengira bahwa aku adalah dia. Karena namamu Gandalf, berarti kamu itu mengenal Bellatrix. Ia adalah orang yang menyinggung namamu." Satella memberi pesan penting.

"Tentu aku yakin kamu bukan dia, kuping kalian beda." Tawa Gandalf pecah.

"Eh?" Dengan wajah sebal Satella langsung memegangi kupingnya. Satella kelihatan seperti sedang dikata-katain.

"Bellatrix adalah istriku."

"Kami pamit, nyebelin!"

Satella pun memutuskan jaringan mediasi secara sepihak.

~Bersambung~