Justice sword adalah pedang pusaka tingkat C. Masih menjadi rahasia tentang kekuatan yang asli. Semua tentang kekuatan asli pedang akan keluar di part mendatang.
Realitas marmer adalah skill yang terdapat di universe ini. Hanya ada ahli sihir tertentu yang mampu menghadirkan realitas marmer.
Satella memiliki realitas marmer. Namanya adalah dunia es.
___________________________________________________
Keluar dari dunia hampa yang ada karena mediasi dengan roh. Mereka masih berada didalam kemah besar berisi aneka barang ala furniture rumahan. Tempatnya malah mirip rumah daripada kemah. Mereka terduduk disofa yang panjang. Suara dari luar seolah terdengar jelas dan tajam. Sementara suara yang ada didalam dibuat senyap bagi yang berada diluar tenda. Inilah fitur didalam dunia sihir. Dengan fungsi anti pengintaian.
"Arwah yang nyebelin! Orang itu nyebelin! Bahkan dia tidak mau menyediakan realitas semu yang mewah untuk tamunya. Benci sekali dengan orang itu." Satella merajuk, menatap kearah lain, wajahnya cemberut.
"Sabar deh." Nirvana membujuk.
Satella menoleh lagi kearah Nirvana. Awalnya masih cemberut, perlahan normal kembali mimiknya.
"Oh, iya, apa kamu tahu caranya melakukan mana burst?" Tanya Satella.
"Tidak," balas Nirvana, dengan santainya.
"Baiklah, ayo ikut." Satella pun mengukir senyuman penuh arti.
***********
Geffenia.
Singkat cerita, waktu pun berlanjut. Ketika celah time-rift telah ditutup oleh regu penyihir kementerian. Mereka adalah mage yang memiliki spesialisasi sebagai white mage.
Nirvana meletakkan sebuah Totem yang didominasi warna biru. Kala batang bawah menyentuh ke tanah, secara ajaib Totem mengeluarkan serat akar yang amat kuat mengakar ditanah. Menembus cobblestone pondasi jalan. Satella tahu bahwa Diablo bakalan lewat jalur itu, makanya totem nya dipasang disana.
Yang mengejutkan adalah.
"Apa ini!" Nirvana merasa ngeri karena totem nya mengeluarkan mata.
"Kok jadi ada matanya?" Nirvana segera memalingkan wajah, seolah kulitnya gatal-gatal karena melihat banyak mata.
Singkat cerita, semuanya terpasang. Nirvana menemui gadis kecil itu lagi. Lalu Nirvana disuruh bersembunyi. Sementara Satella kembali berada di atap gedung.
Waktu berlalu....
*************
Asap kota sedikit mengepul dampak dari pertempuran pasukan kesatria kota dengan iblis inferior. Bidak itu lumayan merepotkan.
Nirvana masih bersembunyi dibalik gerobak kayu tanpa naga. Nirvana sedang melihat seorang laki-laki berperawakan berotot, amat tinggi sedang berjalan. Memiliki sepasang tanduk yang cukup menonjol dari penampilannya. Tau-tau menembak bola api kearah gerobak tanpa naga darat seolah sudah tahu keberadaan Nirvana. Maka ada tindak balasan.
Satella membalas....
Belasan pedang es menghantam manusia bertanduk itu.
Nirvana belum tahu kalau ia adalah ras demon.
Seperti biasa, meski memberikan luka-luka fisik yang nyata, ia tidak kelihatan kesakitan.
"Keluarlah, KEPARAT!" Diablo amat kesal.
Tau-tau terbang lagi belasan pedang es. Dimentahkan dengan tornado api sebagai defensif barrier. Hanya satu bilah saja yang lolos dan menusuknya lagi.
"TUNJUKKAN DIRIMU!"
Diablo semakin kesal, Nirvana tetap diam diposisi persembunyian.
Dari lokasinya, Nirvana Menonton seorang gadis kecil yang ia kenal sebagai Stella sudah keluar untuk memperkenalkan diri. Terjadilah percekcokan kecil yang kurang penting. Meskipun begitu, Nirvana sulit mendengar dari posisinya.
Munculah lingkaran sihir. Satella sedang melakukan sihir sumoned.
Dalam perspektif Nirvana, terlihat seorang pemuda dengan perawakan standar orang Eropa. Pakaiannya jelas-jelas seperti kesatria ala dunia fantasi. Pedang yang lebar bilah nya besar, pasti pedang suci. Rambutnya merah. Almamater seperti jas yang dikenakan adalah atribut kesatria elite, disebut royal guard.
Bagi Nirvana, sesuatu seperti sang pedang suci dengan senjata pedang keramat adalah hal yang sering ia lihat dalam video game atau komik.
"Seorang gadis penyihir anak-anak memanggil pedang suci pakai sihir sumoned." Nirvana berbisik.
Nirvana menyaksikan, adu pukul antara pedang dan tongkat sihir. Tongkat kayu bersuara dentuman logam. Pedang keramat yang tidak ditarik sarung pedangnya. Kesatria pedang suci menendang telak si manusia tanduk itu. Ia terpental dengan jarak yang gak ngotak.
"Kekuatan yang ada di universe ini, beneran gak ngotak!" Bisik Nirvana.
Alih-alih kalah, kesakitan, manusia tanduk tidak terlihat demikian. Ia mampu berdiri dengan singkatnya.
"Tidak sakit?" Nirvana heran.
Pikir Nirvana, siapapun yang dapat tendangan manusia super seperti itu, pasti langsung masuk rumah sakit.
Adu pukul antara tongkat dengan pedang masih berlanjut.
Lingkaran sihir muncul.
"Tenang, aku beri backingan kok." Tiba-tiba ada suara Satella masuk kedalam. Itu tidak diucapkan tapi sepertinya masuk kedalam kepala.
"Apa ini telepati?" Tanya Nirvana.
"Iya benar, aku terkejut seorang bukan ahli sihir dapat menyadari secepat ini," balas Satella.
"Backingan seperti gimana?" Tanya Nirvana.
"Lihatlah ada yang datang," ucap Satella.
Yang Nirvana lihat hanya sosok kunang-kunang bercahaya warna biru muda. Kunang-kunang tadi, hingga di baju Nirvana lalu hilang.
"Apa ini yang dimaksud elemental spirit?" Tanya Nirvana.
"Iya benar, wow, ini great! Kamu menebaknya dengan benar, lagi." Satella bernada riang seperti gadis kecil saja.
"Lihat, bintang jatuh, bukan ... itu meteor!" Satella memutus jaringan telepatinya.
Menatap ke langit, adalah meteorit raksasa menuju ke kota. Lintasan meteor jelas mengarah kepada pria kesatria berambut merah itu.
Batu meteorit hampir dekat.
Tau-tau batu meteorit terbelah jadi tiga bagian.
Menubruk kota, terjadi tiga ledakan tingkat tinggi dalam satu waktu.
"KAGET, COPOT!"
Nirvana tak siap mendengar suara menggelegar itu.
Serpihan proyektil batu meteorit sebesar genggaman tangan terbang kearah Nirvana. Menutupi kepala dengan kedua tangannya. Pastinya akan memberi luka serius bukan.
Hampir kena, tau-tau perisai es muncul.
Mungkin perisai es ini asalnya dari elemental spirit itu?
Perisai es pecah, batu meteorit itu gagal menghantam Nirvana.
Pesan telepati muncul kembali.
"Sekarang kamu boleh bergerak kedepan! Aku pinjamkan kamu elemental spirit. Dengan itu kamu bisa menggunakan sihir es tingkat rendah, tanpa harus belajar dulu." Itulah yang Satella sampaikan.
"Tapi jangan pake sihir, si tanduk dapat membalikkan sihir. Kamu gunakan perisai es nya aja. Pakai pedang yang kamu tarik dari batu di alun-alun tadi," kata Satella.
Mengeluarkan justice sword dari magic bag. Nirvana berlari sambil menenteng sebuah pedang.
Masih berlari.
Terus berlari.
Dari kejauhan Nirvana menonton pertarungan tangan kosong. Cukup seimbang. Dalam perspektif Satella, Ray telah memakai self buff untuk keahlian beladiri tangan kosong.
Dalam universe ini, mungkin ada sejenis job class petarung dengan mengandalkan teknik bertempur tangan kosong. Setidaknya job ini memakai sarung tangan sihir atau sejenis iron fist.
Terus berlari, tanpa lelah.
Pada akhirnya Nirvana melihat kesatria rambut merah lah yang menang. Ia menang tipis dalam pertarungan tangan kosong.
"Sembunyi dulu!" Perintah Satella. Memberi tahu lewat telepatinya.
"Apa, Kenapa?" Nirvana terhenti.
"Dia akan mengaktifkan time stop!" Suara telepati Satella, jadi resah.
"Apa, ada skill semacam itu dalam universe ini?" Nirvana terkejut.
"CEPAT!" Telepati terputus.
Akhirnya Nirvana mengambil satu tempat untuk bersembunyi.
Movement speed manusia biasa, memang lambat.
Nirvana sembunyi dibalik dinding bangunan. Sebuah akses menuju ke jalan gang sempit. Tau-tau seberkas cahaya emas menyilaukan muncul.
Mengedipkan mata karena silau.
Ketika membuka mata, semuannya menjadi dunia es.
Seisi kota membeku, tapi anehnya Nirvana tidak merasa dingin. Lalu masuklah pesan telepati. Nirvana sedang berlari ketitik yang awalnya akan ia tuju. Titik pertempuran.
"Sebelum kamu tanya, aku akan jelasin. Ini namanya realitas semu. Realitas marmer yang aku miliki adalah dunia es, semua beku. Lebih parah dinginnya dari musim salju normal didunia manapun. Bahkan, ekstremnya seperti kutub utara. Kehendak ku dapat menaikan suhu dingin kapanpun aku mau. Udara pembekuan, lebih tepatnya."
Nirvana terus berlari saat Satella terus bercerita dalam telepatinya.
"Kenapa kamu gak merasa dingin. Pasti kamu mau tanya itu, soalnya kamu aku jagain lewat elemental spirit yang aku kirim barusan loh."
Entah bagaimana, pusaran angin lebat terbelah kala Nirvana berlari menuju lokasi.
Mungkin efek buff elemental spirit.
Nirvana terus berlari, realitas marmernya menghilang.
Kota kembali seperti semula, ini setengah porak poranda. Kerusakan tidak merata di seluruh bagiannya. Hanya titik pertempuran saja yang mengalami rusak parah. Itupun karena ledakan dari sihir meteor.
"Menghilang?" Nirvana terhenti sejenak. Selang empat detik, terus melanjutkan larinya.
Hampir sampai.
Jaraknya terlampau dekat untuk mendengar apa yang dikatakan.
"Magic caster di universe baru ini emang gak ada ahlak! Bisa-bisanya mementahkan time stop. Di dunia lain, ini adalah skill yang tidak bisa dimentahkan." Diablo frustasi.
"Satu kesalahanmu! Realitas semu milikku, membuat siapa saja yang di transmogrifikasi menjadi patung es terlindungi. Tentu kamu tidak bisa melukai siapapun yang dirubah menjadi patung es. Itu adalah yang menyelamatkanku saat aku kecil. Perlindungan sihir dunia es," ucap Satella, mengangkat tangannya dan bersiap menyebutkan.
"Freezing!" Satella bernada bangga.
"Bedebah!" Diablo sangat jengkel.
"Mulut anda kotor!" Balas Satella.
"Seorang raja iblis dipermalukan terkuat, dipermalukan oleh mage anak-anak," ucap Diablo, kesal.
"Aku bukan anak-anak!" Satella memproyeksikan banyak pedang es.
Dalam time loop kali ini, Ray belum menggunakan perlindungan ilahi kelahiran Phoenix. Ia masih punya nyawa cadangan. Atas perang urat syaraf yang Diablo katakan, Satella memberi balasan dengan.
"Pedang suci dalam dunia ini beda, kamu tahu. Kalau mati bisa hidup kembali. Tidak peduli betapa rusak tubuhnya. Akan muncul tubuh yang baru, disampingnya." Satella telah membalas perang urat syaraf.
Sementara Ray Valerious terkejut.
"Bagaimana mungkin?" Pedang suci heran tentang identitas kekuatan pedang naga suci yang terbongkar.
Kini tiga orang telah mengerubungi raja iblis dari dunia lain.
"Orang ketiga itu siapa? Menurut analisis ku, kekuatannya dibawah kesatria biasa. Untuk apa datang kemari?" Diablo memotong. Lalu dengan panik Satella menoleh.
"Menurut analisis ku, ia sebanding dengan penduduk non combatan." Pedang suci Ray, mengiyakan.
Baik Diablo maupun Ray Valerious, sama-sama memiliki skill analisis. Adalah sihir untuk membaca stat lawannya.
"Kalian tahu, didunia ku ada sihir memakan jiwa. Setelah membunuh, health point dan mana point akan terisi kembali. Kekuatanku sedikit bertambah sih. Ada semacam buff yang ku dapat dari memakan jiwa."
Setelah menjelaskan, Diablo pun menyeringai. Berlari dengan cepat. Melewati Satella dan Ray. Ternyata menuju kearah Nirvana.
"Hentikan!" Satella resah.
Membentuk pedang es untuk ia lesatkan kearah Diablo.
~Bersambung~