Monika berdiri di depan cermin besar, menatap kagum pada gaun pengatin indah bergaya modern klasik rancangan Celine yang tengah dikenakannya sekarang.
Dia masih tidak percaya bahwa bayangan perempuan begitu cantik dan anggun yang terpantul dalam cermin adalah dirinya sendiri.
seumur hidupnya Monika tidak pernah merasa secantik ini. Dia merasa benar-benar beruntung karena Celine bukan hanya merancang gaun pengatinnya dengan begitu indah tapi juga merias wajahnya sehingga terlihat begitu cantik.
Make-up natural,penataan rambut sanggul curly dihiasi mahkota rangkaian bunga kecil plus gaun pengantin klasik modern indah yang melekat ditubuhnya membuat dirinya tampak anggun.
Gaun pengantin rancangan Celine memang sungguh indah serta elegan,Monika tersenyum puas.
"Kau tahu Celine,aku sungguh berterima kasih padamu karena telah merubah aku si itik buruk rupa menjadi angsa cantik di hari pernikahanku." Monika menoleh ke arah Celine lalu terkekeh geli kemudian kembali menatap kagum dirinya dicermin.
Celine tertawa mendengar perkataan polos istri teman karibnya ini, "Siapa bilang kau itik buruk rupa?kau ini itik yang mengemaskan dan berubah menjadi angsa mengagumkan. Kau sudah cantik Monika,aku hanya membantu menonjolkan kecantikanmu agar lebih terlihat."
"Senang sekali mendapatkan pujian dari disainer dan model top sepertimu." Monika tersipu malu.
"Aku juga senang karena temanku si robot bisa menikah dengan perempuan menyenangkan sepertimu hehe."
"Kenapa kau memanggilnya robot?"Monika terlihat bingung.
Celine melirik ke kanan-kiri memastikan orang mereka bicarakan tidak ada,Aman.
"Karena menurutku suamimu itu tidak memiliki perasaan hangat layaknya manusia umumnya,selalu saja bersikap kaku, terorganisir dan dingin layaknya robot haha."
Monika ikut tertawa bersama Celine.
Brrrukkk....
Tiba-tiba pintu kamar terbuka secara kasar sehingga membuat Monika dan Celine terkejut,mereka menoleh bersamaan ke arah pintu.
Berdirilah Alfando yang terlihat semakin tampan dan menawan dengan tuxedo rancangan Celine disertai wajah dingin ciri khasnya.
Tanpa senyuman sedikitpun menatap kedua perempuan cantik dihadapnnya dengan tatapan mencekam.
"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dulu,Al!!!" Bentak Celine kesal.
"Ini kamarku pengantinku untuk apa aku harus mengetuk pintu?" Ucap Alfando santai membalas gerutuan teman karibnya sejak di bangku SMP.
Celine melotot, "Kau sungguh menyebalkan,aku harap istrimu memiliki ekstra kesabaran dalam menghadapimu,dasar Robot!!!"
Alfando terkekeh geli mendengar ocehan Celine,berjalan santai menuju ranjang pengantinnya yang berukuran king size tanpa menghiraukan gerutuan Celine.
Membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
Meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan menyilangkan kedua kaki.
Alfando menoleh ke arah Celine,mengedipkan sebelah mata. "Kau tenang saja,istriku pasti memiliki ekstra kesabaran dalam menghadapi suami super hot nya ini."
"Aku sudah tiga tahun menjadi sekretaris pribadinya,sedikit banyak aku sudah tahu sifatnya. Jadi aku pasti memiliki ekstra kesabaran menghadapi suamiku ini." Monika tersenyum simpul.
Celine tersenyum lega mendengarkan perkataan Monika, melirik jam tangan merk Gucci dipergelangan tangannya. Sekarang menunjukkan pukul 19:00.
"Tiga puluh menit lagi resepsi pernikahan kalian akan di mulai, jadi bersiaplah untuk menyambut para tamu undangan." Celine mengingatkan sepasang pengantin baru ini.
Sehingga mereka berdua segera bersiap-siap menyambut para tamu undangan.
"Baiklah sekarang aku akan pergi untuk menemui kakek-nenekmu, Al." Celine berjalan santai menuju pintu, memutar knop pintu kemudian memberikan senyuman indahnya pada sang penggantin sebelum beranjak pergi.
"See you in the party," Celinep melambaikan sebelah tangannya dan keluar dari kamar mereka sambil kembali menutup pintu.
Alfando segera beranjak dari ranjang begitu Celine keluar, menghampiri Monika yang masih asik menatap dirinya di depan cermin tanpa mempedulikan Alfando.
Tubuh atletisnya bersandar pada lemari pakaian yang berada di sebelah cermin besar tempat Monika Berdiri lalu Alfando melipat kedua tangannya di dada.
"Tadi di lobi hotel aku bertemu 3 sahabatmu. Mereka tengah asik berselfi sampai tidak menyadari keberadaanku di belakang mereka. Mereka sungguh terkejut begitu mengetahui aku berdiri dibelakang mereka.
Dan kau tahu apa hal paling lucu saat itu? mereka menunduk hormat padaku lalu kabur dengan cepat sampai-sampai mereka terjatuh haha."
Monika cemberut karena tidak suka Alfando menertawai ketiga sahabatnya. "Setidaknya mereka tidak menjadi bahan tertawaan penghulu dan para tamu undangan karena gagal mengucapkan ijab kabul sebanyak dua kali.
Dan satu lagi mereka tidak mendapatkan amukan dari kakekmu gara-gara merasa malu melihat perbuatan cucu tersayangnya pada acara ijab kabul tadi pagi."
Alfando memutar bola matanya,menatap marah pada Monika. "Kau sedang meledekku?ckck...baru sehari menjadi istriku sudah berani meledek."
"Kau juga meledek sahabat-sahabatku," Monika memasang wajah kesal.
Alfando berdehem. "Waktu akad nikah aku merasa gugup sekali. Lagipula kau juga tahu bahwa aku selalu melakukan pekerjaanku dengan sempurna tapi entah kenapa tadi pagi mulutku begitu keluh? aku rasa itu hal normal karena ini merupakan pernikahan pertamaku. Wajarlah saja aku grogi." Alfando membela dirinya tanpa sadar bersikap salah tingkah dihadapan Monika sehingga membuat Monika geli.
"Perasaan itu pula yang dirasakan oleh ketiga sahabatku ketika bertemu denganmu tadi di lobbi,tolong jangan meledek mereka."
Alfando enggan membalas perkataan istrinya tersebut,langsung menarik jemari Monika agar keluar kamar.
Berjalan menuju ruang resepsi pernikahan mereka.
Pemandangan pertama kali mereka lihat masuk ke dalam ballroom pernikahan mewah mereka adalah ketiga sahabat Monika.
Ketiga sahabatnya sedang asik bergaya layaknya models profesional saat di foto oleh Sammy.
Beruntungnya acara pernikahan mereka belum dimulai dan para tamu undangan belum hadir.
"Ya Tuhan, ketiga sahabat anehmu kembali membuatku muak. Tolong kau urus mereka,aku tidak ingin mereka mengacaukan pesta pernikahan kita.
Mereka berada di sini sebagai bridemaids tapi kenapa bertingkah bagaikan tamu kehormatan."
Alfando menarik nafas dalam-dalam menghembuskannya lalu pergi ke atas pelaminan bersiap menyambut para undangan.
"Apa yang kalian sedang lakukan?" Gerutu Monika kesal.
Evalina,Citra,Tania dan Sammy menoleh bersamaan pada Monika.
"Wow Cantik banget Mo," puji Evalina memandang takjub pada sahabatnya ini yang tengah berdiri dihadapan mereka.
Sammy mengangguk setuju dengan perkataan kekasihnya. "Kau sungguh cantik Monika, aku rasa bos kita tidak salah memilihmu menjadi istrinya. Selamat ya."
Monika tersenyum. "Terima kasih,Sam. Sekarang aku perlu berbicara dengan ketiga sahabatku ini sebentar."
"Baiklah," Sammy tersenyum lalu berjalan meninggalkan ke empat perempuan cantik itu.
"Malam ini lo benar-benar cantik,Celine emang top habis. Udah hebat merancang pakaian juga jago make-up." Kata Tania sambil menatap kagum pada Monika.
"Jadi mau nikah gue," Timpal Citra mupeng.
"Dengarin gue, Lo semua berhenti ngambil foto dan pergi ke meja penerima tamu sekarang karena sebentar lagi acara pernikahan gue bakal dimulai."
"Baiklah nyonya CEO," seru mereka bertiga secara serentak.
*****
Resepsi pernikahan Alfando dan Monika dimulai tepat pukul 19:30,menggunakan konsep modern klasik.
Para tamu undangan mulai dari pejabat sampai pengusaha top mulai memenuhi ball rooom pesta pernikahan mereka.
Evalina,Citra dan Tania sibuk menyimpan hadiah dari para tamu undangan kemudian memberikan sovenir sebagai tanda terima kasih.
Alfando dan Monika sama saja tidak kalah sibuk. Mereka sibuk menyalami para tamu undangan semakin lama semakin banyak.
Bahkan sekedar duduk sebentar saja tidak bisa mereka lakukan. Benar-benar situasi melelahkan bagi keduanya.
"Selamat atas pernikahanmu,aku berharap kalian berdua bahagia dan segera memiliki Alfando Junior." Kata Yamada tulus sambil lalu melirik seorang pria berwajah cantik yang berdiri sampingnya.
"Sayang, Kau harus mengucapkan selamat untuk mereka." pinta Yamada lembut pada pria bersatus "istrinya".
Monika menelan saliva begitu mengetahui Yamada ternyata seorang gay seperti suaminya.
Tapi Monika tetap bersikap biasa saja karena dia tidak ingin menyinggung perasaan tamunya terlebih Yamada adalah rekan bisnis penting Alfando.
"Selamat atas pernikahan kalian dan semoga kalian menjadi keluarga bahagia." Ucap Joon jin tulus.
"Terima kasih, kau bisa berbahasa indonesia seperti Yamada rupanya." Balas Alfando terkagum.
Joon jin tertawa kecil, "Aku dan suamiku memang bisa berbahasa indonesia dengan lancar karena kami memiliki darah keturunan Indonesia,aku dari nenekku sedangkan Yamada dari kakeknya." Joon jin dengan ramah memberikan penjelasan pada Alfando.
"Jadi kau istrinya?maaf maksudku aku kira kalian masih berpacaran,kalian terlihat mesra layaknya sepasang kekasih.
Biasanya bila sudah menikahkan tidak akan semesra ini." Monika mencoba memberikan penjelasan agar tidak membuat tamunya ini tersinggung.
Yamada dan Joon jin tersipu. "Tidak apa-apa,kami malah merasa tersanjung." ujar Joon jin tersenyum ramah.
"Silakan menikmati hidangan,semoga kalian suka dan terima kasih telah datang." timpal Alfando mencairkan suasana dengan sikap tidak kalah ramah.
Yamada dan Joon jin segera pergi meninggalkan panggung pelaminan,beruntungnya tidak ada satupun dari mereka merasa tersinggung.
"Kau hampir saja mengacaukan suasana,"
Cicit Alfando sambil terus tersenyum,menyalami para tamu undangan.
Monika melirik Alfando. "Aku tidak bermaksud begitu,maaf."
Monika tampak menyesal,kembali tersenyum pada setiap tamu undangan yang mengucapkan selamat.
"Sudahlah,aku yakin Yamada pasti mengerti jika kau memang tidak bermaksud jelek." Perkataan Alfando cukup bisa membuat hati Monika menjadi lebih baik.
Alfando mengelus punggung Monika dengan lembut, "aku lapar sekali,mari kita makan."
Kini Alfando mengelus-ngelus perutnya.
"Tapi tamunya masih banyak,"
"Tidak apa-apa,kita istirahat sebentar untuk makan. Aku rasa para tamu undangan akan mengerti."
Alfando menarik jemari Monika turun dari pelaminan dan berjalan menuju meja khusus yang disediakan untuk mereka.
Alfando menyuruh beberapa pelayan membawakan beberapa jenis makanan serta minimum ke meja mereka.
Tidak begitu lama para pelayan membawakan pesanan mereka,menata dengan rapih makanan untuk kedua pengatin.
Tanpa buang waktu Alfando menyantap makanan di atas meja,ada hal yang dari dulu Monika kagum dari Alfando yaitu cara makannya.
Alfando selalu mengunyah makanannya dengan cukup lama sampai halus setelah itu baru menelannya benar-benar cara makan yang baik.
Tidak peduli seberapa laparnya pria tampan yang sekarang menjadi suaminya ini,pasti akan mengunyah makanannya sampai halus sebelum di telan.
Karena alasan itulah Alfando membutuhkan waktu cukup lama hanya untuk menghabiskan satu porsi makanan.
Tapi anehnya jika dia makan bersama rekan-rekan bisnisnya Alfando pasti mengunyah makanannya dengan cepat,sungguh membuat Monika bingung.
"Akhirnya aku bisa terbebas dari demo cacing sialan diperutku ini,aku rasa aku sudah siap kembali untuk memyalami para tamu." Cerocos Alfando memasang wajah bahagia setelah menghabiskan dua porsi makanannya.
Monika terus mengunyah salad sayur miliknya,sesekali diselingi dengan meminum orange juice miliknya.
"Kau duluan saja kembali ke pelaminan,setelah selesai makan aku akan menyusulmu." Pinta Monika.
"Tidak aku akan menunggumu ,cepatlah kau habiskan saladmu. Tidak etis jika hanya aku yang kembali ke pelaminan tanpa ditemani oleh mu." Alfando menolak tegas permintaan Monika.
Monika memutar bola matanya, "Terserah kau saja," dengan santai Monika kembali menyantap salad sayurnya tanpa mempedulikan Alfando yang tengah sibuk bermain dengan handphone nya.
"Selamat atas pernikahan kalian,aku doakan semoga pernikahan kalian langgeng." Kata Radit yang tiba-tiba sudah berdiri di depan mereka dengan tampilan sungguh mempesona.
"Terima kasih,silakan duduk." Balas Monika sopan,hampir saja dia tersedak makananan jika tidak segera ditelan.
Radit segera duduk di samping Alfando.
"Kau cantik sekali,Monika. Pantas saja sahabatku ini memilihmu menjadi istrinya. Oh ya ini kado dariku,semoga kau suka." Radit menyerahkan sebuah kotak hitam persegi empat berukuran cukup besar.
"Bukalah,"
Monika membuka hadiah dari Radit,betapa terkejutnya saat dia tahu isi dari
hadiah Radit adalah sebuah lingerie merah seksi.
"Kau suka?pakailah pada malam pertama kalian."
Monika menelan saliva,dia kembali menutup hadiah dari Radit.
Dia hanya tersenyum tanpa mau menjawab pertanyaan Radit.
Alfando melirik tajam ke arah Radit, "Apa maksudmu dengan memberikan hadiah sialan itu pada Monika?"
Radit terkekeh, " Aku hanya mau memberikan hadiah spesial,apa tidak boleh?lagi pula harusnya kau senang jika istrimu memakainya pada malam pertama kalian."
"Permisi,aku harus kembali ke pelaminan sekarang." Pamit Monika sopan kemudian menggegam hadiah dari Radit dan meninggalkan kedua pria tampan itu dengan perasaan dongkol di hati.
"Kau puas membuat Monika salah tingkah seperti itu huh?" Ucap Alfando kesal tidak lama setelah Monika pergi lalu menyesap wine miliknya.
Radit mengubah posisi kursinya sehingga semakin dekat dengan kekasihnya ini.
"istrimu itu sungguh lucu,pantas kau betah bila bersama dengannya." Radit terkekeh geli.
Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Alfando. "Ayolah sayang aku hanya ingin membantumu agar lebih bergairah,melakukan seks bersama istrimu nanti malam.
Meskipun aku ragu kau mampu melakukannya." Senyuman ejekan tergambar disudut bibir Radit.
"Aku pergi dulu,oh iya aku sudah memesan satu kamar di sebelah kamarmu jika kau membutuhkan aku.
Kau tahu dimana mencariku sayang." Radit mengedipkan sebelah matanya,pergi meninggalkan Alfando sendiri tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
Alfando meremas gemas serbet ditanganya. "Sial,Kenapa aku bisa mencintai bajingan seperti dia!"
*****
"Ternyata menikah itu sungguh melelahkan."
Keluh Monika sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang masih mengenakan gaun pengatin.
"Aku sungguh ngantuk sekali,"
"Apa kau akan tidur dengan masih menggunakan gaun pengatin ?tidak mau berganti pakaian dulu?dasar pemalas." Suara bariton Alfando berhasil membuat Monika terkejut.
Monika menoleh ke asal suara,ternyata Alfando sudah duduk manis disisi ranjang sambil sibuk mencopot satu persatu atribut yang dikenakannya.
"Kau membuat aku kaget,tiba-tiba datang tanpa aku sadari sudah seperti hantu." Gerutu Monika sambil mengelus dada.
"Kau sedang apa?aaaahh jangan katakan kau akan telanjang."
Teriak Monika sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan.
"Bisakah kau diam!" Bentak Alfando dengan nada suara tinggi membuat Monika tak berkutik dan diam.
"Aku mau mandi,apa salah jika aku melepaskan pakaianku sebelum mandi hah?kau ini membuatku kesal."
Hanya menggunakan boxer Alfando pergi masuk ke kemar mandi,kesempatan ini digunakan Monika berganti pakaian dengan piyama serta menghapus make-up.
Sudah satu jam Alfando masih belum keluar dari dalam kamar mandi,jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam.
Monika akhirnya tertidur sambil memeluk guling serta selimut yang menutupi sebagian tubunya. Membiarkan tv menyala.
Monika merasakan seperti ada seseorang mengecup lehernya, dia merasa geli sekaligus terangsang secara bersamaan.
Perlahan Monika membuka kedua matanya,betapa syok mendapatkan Alfando tengah mengecup tengkuk lehernya dengan lembut.
Mendekap tubuh Monika dengan kedua tangan kekarnya begitu erat seolah tidak akan membiarkan dirinya untuk kabur.
"Aaappa...yyang sedang kau kkkauu...lakukan?" Tanya Monika gugup sekaligus kaget,mencoba melepaskan diri dari dekapan suaminya itu tapi gagal karena tenaga Alfando jauh lebih kuat dari dirinya.
Alfando menyeringai, "membangunkan istriku supaya bersama membuat cicit untuk kakek-nenekku."
'Oh My Goodness'