Chereads / Marrying My CEO / Chapter 12 - HoneyMoon (3)

Chapter 12 - HoneyMoon (3)

Tanpa Alfando dan Monika sadari ada dua orang yang inten mengikuti dan mematau kegiatan keseharian mereka sejak hari pertama berada di Villa l, secara diam-diam, kemudian melaporkan hasil kerja mereka berdua pada sang bos.

"Gue masih nggak ngerti ,kenapa si bos nyuruh kita mantau tuh pasutri? Nggak ada yang istimewa dari kegiatan mereka selama 3 hari belakangan ini." Kata Bondan bingung, mengambil ponselnya dari kantong jaket lalu bersiap memberikan laporan pada sang bos.

Edo menepuk pundak Bondan, "Benar banget,tuh pasangan datar-datar banget kegiatannya tapi yang terpenting bos kasih uang banyak buat kerjaan ini.

Jadi kita bisa gunain duitnya buat senang-senang booking cewek2 cantik,ya

nggak?Haha."

"Haha....setuju, udah lama kita nggak main." sekarang Bondan menekan angka 1 pada layar ponsel miliknya.

Beberapa detik kemudian telepon terhubung dengan sang bos.

Seperti biasa Bondan dengan rinci memberikan informasi yang mereka perolehan.

-

-

-

Monika tengah asik bbm group dengan ketiga sahabatnya.

Tania : Somse banget si Momo, nggak pernah kasih kabar ke kita bertiga

Citra : Iya, Dia lupa sama ketiga sahabatnya yang super cantik ini.

Evalina : yuk kita pukul rame-rame pas dia pulang dari bulan madu.

Monika : Sorry deh, masa gitu aja lo semua pada marah. Nggak asikk nih.

Citra : iya si yang asik itu serangan dari pak .Alfando apalagi kalau serangannya pakai senjata super ya ga?wkwkwk

Monika : Dasar miss. Mesum

Evalina : Haha....Gue setuju sama lo Miss. body lotion.

Pengen dong ngerasain ditembak pak.Alfandon,pasti mantap surantap.

Tania : Gue juga mauuu kalau gitu mah

Monika :Wei.. Lo semua kira suami gue apaan? Seenak jidat lo pada ngomong gitu

Citra :Cieee... Ada yang marah nih, peace

Evalina : Haha....galak banget si ,nyonya Alfando.

Monika : Lagian lo semua kepo banget si.. Itu tuh rahasia perusahaan tahu

Tania : Bocorin sedikit rahasia doang mah nggak bakal bikin rugi perusahaankan wkwkwk

Monika : Okay deh kalau sedikit mah gak apa-apa.

Citra :asikkkk

Evalina : yuhuuuu...

Tania :Horeeee...

Monika : Senjata suami gue itu pokok nya T.O.P habis

Citra : aaahhh... Gue udah duga pasti mantap, beruntung lo.

Evalina: ih... Gue pengen nyamar jadi lo aja rasanya biar ngerasain dahsyatnya tembakan bos ganteng kita itu haha.

Tania : Gue si dari dulu juga yakin senjata doski pasti MANTAP haha.

Monika : udah ah, gue tidur dulu ya. Suami gue bakal marah tahu gue belum tidur. Good night girls

Monika segera keluar dari percakan dan meletakan handphone nya di atas nakas.

Monika sebenarnya belum merasa kantuk sama sekali, ia memutuskan untuk menonton film barat melalui channel berlangganan.

Menyetel volume kecil agar Alfando tidak terganggu dan terbangun.

Beruntungnya letak TV tepat di depan ranjang mereka ,hingga ia tidak perlu repot beranjak dari ranjang berukuran king size tersebut.

Sesekali tawa kecil keluar dari mulutnya saat film berada pada adegan lucu.

Tapi tetap menahan tawanya agar tidak terlalu keras dengan cara mendekap mulut dengan telapak tangan.

Bahkan jika ada adegan mesra antar pemain utama ia hanya bisa menelan saliva.

Monika terkejut begitu merasa ada sepasang tangan kokoh melingkar pada pinggang rampingnya.

Perlahan menoleh kebelakang ,ternyata Alfando.

Alfando menenggelamkan wajahnya pada leher Monika, menghirup aroma harum pada rambut sang istri.

"Kenapa belum tidur?" Suara Alfando terdengar begitu perhatian.

Monika menoleh pada ke arah jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul satu pagi.

Apa dia telah tanpa sengaja membangunkan suaminya itu?

Tapi ia sudah mencoba menahan gerakan mulut atau badan agar tidak membangunkan pria itu.

Masa tawa kecil dan sedikit pergerakan dari tubuhnya saat menutup bantal pada wajah ketika melihat adegan mesra atau menengangkan dalam film bisa membangunkan Alfando?

"Belum ngantuk, Kenapa kau bangun?" Monika merasa pelukan sang suami semakin erat, sekarang bahkan Monika bisa merasakan bibir Alfando mengecup basah lehernya.

Celaka...

Jangan katakan suaminya itu..

Akan meminta haknya...

Kembali.

"Kau berisik." seru Alfando masih sibuk mengecup-ngecup leher sang istri meskipun dengan kondisi setengah sadar.

Bahkan Monika bisa merasakan jelas Alfando menghisap lehernya dalam-dalam dan mulai menciptakan beberapa tanda.

"Monika." Bisik Alfando

Monika berdeham, "iya ?"

"Butuh berapa banyak seks agar kau hamil? " Tanpa risih Alfando melontarkan pertanyaan konyol seperti itu, Monika melting.

Apa suaminya tidak mempunyai pertanyaan lain? Mana dia tahu.

Memangnya ia dokter ahli kandungan?

Ya Tuhan , pria tampan di belakangnya ini berhasil membuatnya membeku berkat pertanyaan konyol tersebut.

"Aku tidak tahu, yang aku tahu untuk hamil bukan masalah kuantitas seks tapi kualitas seks."

Alfando tertawa kecil. "Aku rasa mulai sekarang kita harus lebih sering melakukannya,kau setuju kan?"

Sebelum Monika menjawab, bibir Alfando sudah menempel pada bibir merahnya.

Alfando sengaja tidak menggerakkan bibirnya, ia ingin istrinya berinisiatif untuk memulai ciuman mereka kali ini.

Monika mengerti kemudian ia langsung menggerakan bibir, sebuah senyuman kemenangan tergambar jelas pada bibir Alfando ditengah ciuman mereka.

Desahanpun mulai keluar dari bibir mereka di sela-sela ciuman panas keduanya, perlahan Alfando merebahkan tubuh Monika.

Tapi mereka masih saling mentautkan bibir mereka bahkan keduanya sekarang sudah memainkan lidah mereka berdua keluar masuk dalam rongga mulut.

Keduanya masih memejamkan mata , menikmati setiap gerakan-gerakan sensual bibir mereka satu sama lain.

Menyesap ludah mereka di sela-sela ciuman.

Entah sejak kapan keduanya sudah dalam keadaan telanjang, tubuh atletis cokelat Alfndo sudah menindih tubuh putih Monika.

Alfando melepaskan ciuman mereka, mulutnya mulai turun ke payudara istrinya tersebut.

Mengecup ,melilin dan akhirnya menghisap lembut puting kanan Monika lalu ke puting kiri merah milik Monika.

Menciptakan banyak tanda pada sekitar payudarah sang istri, Monika sungguh merasakan sensasi luar biasa.

Dia mengelus rambut suaminya, mendesah setiap kali dirasakan mulut suaminya tersebut menghisap kuat putingnya.

Puas dengan kedua payudarah istrinya, mulut Alfando kembali turun menyerang bagian kewanitaan Monika.

Memainkan lidahnya pada vagina basah Monika, menghisap kuat klitoris sang istri.

Saat mereka melakukan malam permata dulu,Alfando melakukan foreplay hanya sebentar lalu ia langsung menyerang kewanitaan Monika dengan miliknya.

Dan mereka hanya melakuan satu ronde.

Tapi kali ini Alfando bertekat harus melakukan percintaan lebih dari satu ronde, dia telah membaca artikel di internet bahwa semakin sering pasangan melakukan hubungan intim maka peluang untuk hamil semakin besar.

terlebih jika melakukan hal tersebut saat massa subur sang istri yaitu seminggu setelah menstruasi, dan hari ini tepat seminggu Monika menstruasi.

Kali ini Alfando ingin percintaan mereka lebih intim juga lama.

Sehingga ia bisa segera mendapatkan anak setelan itu mengajukan gugatan perceraian pada Monika.

Dia tidak peduli jika Monika akan terluka dengan perebuatannya, Alfando hanya ingin istrinya itu cepat hamil dan bercerai.

Toh nanti setelah perceraian Monika akan memiliki satu perusahaan milik Alfando dan uang yang banyak.

Sejujurnya Alfando ingin merasakan seks bebas tanpa tekanan dan kecanggungan seperti malam pertama mereka.

Dan berhasil

Keduanya dapat saling melepaskan hasrat seksual mereka tanpa ada rasa canggung, mengalami beberapa kali orgasme dalam lima ronde berturut-turut .

Dan Alfando juga berhasil mengajak Monika melakukan anal seks.

Iyah, bahkan ia sudah tidak tahan ingin melakukannya.

Sudah lama sekali rasanya ia tidak melakukan hal itu.

Lagipula apa salahnya mencoba kegiatan seks tersebut pada istri sendiri? Awalnya perempuan cantik itu menolak karena ia takut akan merasa sangat kesakitan nanti.

Tapi berkat kepintaran Alfando meyakinkan bahwa ia memang butuh melakukan hal itu dan tidak akan semenakutkan seperti pikiran istrinya, alhasil Monika mau melakukannya.

Tanpa Monika tahu saat melakukan anal seks, Alfando membayangkan Radit dalam benaknya.

Pada kenyataannya dia memang tengah merindukan pacarnya tersebut.

+++++

Diwaktu sama di tempat berbeda seorang pria, tengah asik menembakan pelurunya pada papan fokus berbentuk Alfando.

Pria tampan itu terus menembakkan isi peluru dalam pistol miliknya ke papan tembak yang terletak jauh dari tempatnya berdiri, ia sampai meninggalkan banyak bekas lubang peluru tertinggal disana.

Pria itu menyeringai puas setelah menembakan peluru terakhirnya tepat pada bagian kepala, "Alfando, you must be die in my hands."