Alfando membawa semua barang belanjaan mereka dengan memakai troller lalu memasukan ke dalam bakasi mobil, diam-diam memperhatikan sikap sang istri yang berubah menjadi lebih pendiam.
Alfando menyusul masuk ke dalam mobil, mencuri pandang pada sang istri yang tengah asik melamum sambil memandang ke luar jendela tanpa sedikitpun berniat menoleh ke arahnya.
Monika terus memandang keluar jalan selama perjalanan mereka pulang ke apartemen.
Tidak ada percakapan terjadi di antara mereka, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Beruntung ada latunan lagu.
Hp Monika Bergetar kuat tanda ada panggilan masuk, ternyata nomor baru.
Monika tadinya enggan untuk mengangkat, dari dulu ia tidak akan mau mengangkat telpon dari nomer tidak dikenal.
Tapi kali ini ia ingin mengangkatnya.
"Halo." seru Monika dengan ragu.
"Hei Darling." jawab suara yang begitu sangat dikenalinya, siapa lagi kalo bukan Dimas.
Monika terkejut, Alfando masih fokus menyetir.
"Aku mohon jangan di tutup, please." Lanjut Dimas bernada memohon.
Monika ingin sekali berteriak dan bertanya bagaimana bajingan itu bisa mendapatkan nomernya.
Tapi ia tidak ingin Alfando curiga, segera menahan emosi terus bersikap seolah dia memang tengah berbincang dengan teman.
"Ada apa? "
"Besok malam kita bertemu, ada yang harus aku katakan padamu."
"Aku tidak bisa." Tolak Monika langsung.
"Aku mohon, aku janji tidak akan macam-macam" Dimas mencoba membujuk Monika dengan suara nada lembut.
Dimas sangat tahu kalo Monika paling tidak bisa menolak permintaannya jika dia sudah memelas seperti saat ini.
"Aku tidak mau." Tolak Monika kembali, Benar-benar diluar dugaan Dimas.
"Kau yang datang ke apartemenku atau aku akan mengatakan tentang hubungan kita dulu pada Celine dan suami sialanmu itu?!"
Dimas sudah mulai kehilangan kesabaran, tanpa sadar mengacam perempuan yang masih begitu ia cintai sampai sekarang.
"Aku serius, Darling." Lanjut Dimas.
Monika menelan saliva, "Baiklah, kita bertemu besok."
Dimas tersenyum penuh kemenangan dari balik telpon.
"Aku akan mengirimkan alamat apartemenku melalui pesan."
Telpon terputus...
Kurang dari satu menit Dimas sudah mengirim alamat apartemennya.
Alfando menatap sekilas pada perempuan cantik yang duduk di sampingnya.
"Malam ini aku ingin makan spageti dan ice coffe." seru Alfando, mencoba membuka perbincangan dengan istrinya.
Tapi Monika tampak acuh.
"Baiklah." Balas Monika singkat tanpa menoleh sedikitpun, Alfando jadi kesal.
Pria ini mencoba mencari topik lain, Dia bercerita saat tiga tahun lalu saat pertama kali mereka bertemu tapi tidak ada sambutan dari Monika, malah Monika jelas tengah sibuk dengan pikirannya sendiri dan jelas sekali ia mengabaikan Alfando.
Monika malah tidak mengubris percakapan sang suami, ia malah masih fokus melamun sambil memandang keluar jendela mobil.
"kau kenapa si?!" Bentak Alfando kesal,nada kerasnya membuat Monika terkejut.
Monika mengelus dada, dan membelokan tubuhnya ke arah sang suami lalu menatap kesal.
"Apa kau tidak bisa tidak Mengangetku?lagipula apa pedulimu hah?"
Tanya balik Monika kesal, Suaranya tidak kalah tinggi dengan suara Alfando.
Alfando semakin kesal.
"kau ! " Bentak Alfando, suasana diantara mereka terasa semakin panas. Bisa dibilang ini pertengkaran pertama mereka.
" Iya, Apa? Kau ingin menurunkanku dari mobil?aku tidak peduli." Tebak Monika asal, suaranya sekarang bahkan mengalahkan kerasnya suara Alfando.
Dan sikap Monika berhasil membuat Alfando terkejut, selama tiga tahun mengenal sekretaris sekaligus istrinya ini tidak pernah sekalipun Monika berteriak atau melawan Alfando.
Bahkan sikapnya selalu menurut dan tidak pernah protes.
Tapi lihat sekarang Monika bahkan dengan lantang membentak dan mengatai dirinya "Tuan Monster"
"Apa kau tahu?kau sungguh membuatku kesal ! bisahkah kau menghargai aku hah? Sekarang aku bukan hanya sekedar karyawanmu tapi istrimu dan kelak aku akan menjadi ibu dari anakmu, Tuan monster!" Protes Monika.
Alfando manarik sebelah alisnya, memasang raut marah. "Tuan Monster! Berani sekali kau memanggil suami sekaligus atasmu seperti itu? Apa kau mau cari masalah denganku? Jadi sekarang kau ingin menjadi istri yang suka memberontak?"
"Iya, aku ingin menjadi istri pemberontak. Karena menjadi istrimu adalah hal sulit, aku lelah selalu bersikap bodoh dihadapanmu. Mengikuti semua keinginan tanpa boleh protes." tidak ada lagi raut ketakutan pada Monika, Alfando menghentikan mobilnya dan memarkirkannya di pinggir jalan.
Alfando memukul dasbor, menjambak rambutnya dengan gemas. Menggigit bibir bawahnya.
Sedangkan Monika masih bersikap acuh.
"Sebenarnya kau kenapa?" Tanya Alfando bingung, masih dengan sikap kesal.
"Aku tidak apa-apa." Bohong Monika.
Tidak apa-apa merupakan kalimat paling dibenci semua pria termasuk Alfando, karena biasanya perempuan memiliki arti sebaliknya dalam kalimat tersebut.
Alfando memilih menghentikan perdebatan mereka, kemudian kembali menjalankan mobilnya.
****
Dimas tersenyum bahagia karena berhasil memaksa Monika bertemu dengannya.
Pria yang tidak kalah tampan dan kaya raya dengan Alfando ini, segera beranjak dari ranjang.
Dan mengambil album photo dalam laci kerjanya.
Membuka perlahan Album yang sudah lama tidak dibukan olahnya.
Banyak photo-photo Dimas dan Monika yang tersimpan di dalam.
Dimas mengusap lembut wajah Monika di salah satu photo, dimana mereka berpelukan mesra sambil berciuman.
"I'll make you be mine again, Monika"
***
Monika berjalan menuju apartemen Dimas dengan langkah malas.
Setelah tiba di muka pintu, Monika segera memencet tombol interkom pada samping pintu.
Tidak lama kemudian Dimas muncul lalu menarik tangan Monika.
Mengunci pintu.
Mencium bibir merah Monika tanpa terduga, dengan kasar.
Monika berusaha melepaskan ciuman Dimas tapi pria itu malah memperdalam ciumannya.
Mendorong tubuh Monika ke sofa, menindihnya sambil terus memperdalam lumatan bibirnya.
Lama kelamaan Monika tertawa suasana ia membalas ciuman Dimas, merangkulkan kedua tangan ke leher Dimas.
Keduanya pun hanyut dalam suasana.
Tapi tiba-tiba bell apartemen Dimas berbunyi.
Membuat Dimas dan Monika menghentikan kegiatan mereka.
Dimas baru ingat malam ini dia meminta Celine datang.
"Shit! Darling... It Mus be Celine."
Mata Monika terbelalak, "Celine." ulang Monika terkejut.
"Yap, aku sengaja mengundangnya ke sini ingin mengakhiri hubungan kami." Dengan santai Dimas mengungkapkan maksud sebenarnya pada Monika.kembali mengecup sekilas bibir Monika.
Monika mendorong tubuh Dimas agar menjauh darinya. "Apa kau gila? Jangan lakukan itu atau akan membencimu." Ancam Monika.
"Kau sudah membenciku kan." Balas Dimas santai lalu mengedipkan sebelah matanya.
Beranjak dari sofa, berjalan santai menuju pintu.
Monika segera bersembunyi dalam almari pakaian, beruntungnya Almari pakaian Dimas memiliki sela-sela sehingga dia bisa mengutip dari dalam.
Dimas tersenyum geli mengetahui sikap perempuan yang dicintainya itu.
Dimas membuka pintu dan di balik Almari Monika memantau keadaan di luar.
Monika Benar-benar merasa kesal pada dirinya sendiri, menyesali perbuatannya yang tadi dilakukan bersama Dimas.
Bagaimanapun Celine sahabat yang sangat baik dan tidak pantas mendapatkan pengkhianatan dari Monika dan Dimas, meskipun kenyataan Celinelah yang merebut Dimas darinya.