Monika mengintip keadaan di luar dari dalam Almari, untung saja gaya almari milik Dimas memiliki deretan lubang panjang sehingga memudahkan ia bernafas serta mengintip.
Monika merasa sungguh menyesal karena tanpa sengaja mengkhianati Celine.
Dimas begitu acuh, ia bahkan bertingkah seolah Celine adalah makhluk tak kasat mata.
Celine memasukan semua barang belajaaannya ke dalam kulkas, menata semua barang dengan teratur.
"Kau sudah makan,Honey?" aku bawainn sushi kesukaan kamu." Celine menghampiri Dimas yang tengah duduk bersandar, menonton pertandingan bola.
Tidak ada balasan apapun dari Dimas, pria itu masih terus asik menonton.
Celine duduk di samping Dimas, Membuka bungkus sushi lalu menyuapkan pada sang tunangan.
Dimas menepis sumpit ditangan Celine Sehingga sushi pun terjatuh.
"Aku nggak lapar, " Seru Dimas singkat , ia memalingkan pandangan pada Celine.
Menghembuskan nafas dalam-dalam, Celine mulai terlihat sedih.
"Kamu nggak lelah?"
"lelah? Apa maksudmu?" Ulang Celine berpura-pura tidak mengerti , padahal jelas ia sangat tahu maksud dari perkataan Dimas.
"Aku rasa hubungan kita sudah tidak bisa teruskan, lebih baik kita akhiri saja. Aku tidak mau menyakitimu lagi. Kau tahu kan, ada perempuan lain yang aku cintai."
Celine menatap Dimas dengan pandangan marah, akhirnya kegigihannya pun untuk menahan air mata yang sedari tadi mau terjatuh. Matanya mengeluarkan cairan bening tersebut, "Apa kebersamaan kita selama dua setengah tahun ini tidak ada artinya bagimu? Apa pengorbananku selama ini juga tidak ada artinya?" Celine menghapus air matanya.
Sejujurnya ia sangat benci terlihat lemah dihadap orang lain tapi bagi Celine saat ini tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menangis.
Dimas memeluk Celine, mengusap punggung perempuan cantik yang sering menjadi rebutan kaum pria tampan dan kaya.
"Maaf, tapi hubungan kita memang harus berakhir. Dan harusnya itu terjadi dua tahun lalu tapi kau memilih untuk bertahan dan memohon berulang kali agar kita mempertahankan hubungan dan aku rasa dua tahun sudah sangat cukup untuk kita."
"Kenapa kau jadi berubah? aku ingat di enam bulan awal hubungan kita semua terasa manis. Kau selalu membuat aku merasa bahagia, beruntung dan begitu dicintai. Sejujurnya aku belum pernah mendapatkan cinta seperti yang kau berikan."
Celine melepaskan pelukan Dimas, melemparkan padangan ke arah lain.
"Tapi setelah itu kau semakin menjauh , bahkan selama dua bulan tidak ada kabar apapun. Saat itu aku berfikir mungkin kau tengah mengalami kejenuhan atau sedang stress karena pekerjaan, sampai suatu malem kau datang ke rumahku mengatakan ingin putus. Kita Bertengkar hebat , aku bahkan hampir mati gara2 mengiris pergelangan tanganku dengan pisau. Aku tahu itu semakin membuatmu menjadi lebih kesal sekaligus bersalah. Akhirnya aku memohon padamu agar tetap disisiku dan kau menyetujui. Dua tahun belakangan ini hubungan kita sungguh hambar tapi aku tidak masalah, toh selama kau ada di sisiku itu sudah cukup. Dan sekarang kau kembali minta putus, kau sungguh kejam."
"Aku berselingkuh."
Dimas dengan suara bergetar memulai cerita sebenarnya, Celine tidak terkejut tapi hatinya terasa sesak.
Dimas beranjak dari sofa, mengambil softdrink dari kulkas dan menegaknya sampe habis.
Melempar kaleng softdrink ke tempat sampah, Pria tampan Membuka jendela yang berada di sisi ruang tamu, Angin sejuk kini menghiasi suasana mereka.
"Dengan siapa?" Kata Celine mencoba untuk tetap tenang. Celine menghampiri Dimas, berdiri tepat di depan Dimas.
Celine memukul-mukul dada bidang Dimas dengan kesal, "KAU BRENGSEK! BAJINGAN! APA KURANGNYA AKU SAMPE KAU MENGKHIANATI AKU?! KATAKAN SIAPA JALANG ITU?"
Dimas menghentikan pukulan sang tunangan, "Kau ,Aku berselingkuh denganmu Celine." jawabnya tegas, Celine terkejut.
"Kau selingkuhanku, aku mengkhianati pacarku denganmu saat kita menjalin hubungan. Aku bahkan lebih memilihmu dibanding dia yang sudah lima tahun bersamaku. Kau puasss?! "
"Tapi setelah aku mengakhir hubungan kami, aku merasa hampa dan menyesal sekali . Aku ingin kembali tapi dia bahkan sudah pergi jauh tanpa meninggalkan jejak, sekarang aku sudah menemukannya dan aku ingin kembali padanya." Dimas melanjutkan penjelasannya.
Plakkk...
Plakkkk
Plakkkkk
Plakkkkkm
Empat tamparan kencang mendarat pada sebelah pipi Dimas oleh Celine sehingga meninggalkan warna merah.
"Aku membencimu." Celine mengambil tas dan Pergi meninggalkan Dimas dengan perasaan hancur dan tangisan kesedihan.
****
Radit melumat bibir Alfando dengan kasar, mengecup dan meninggalkan tanda merah di sekitar leher Alfando.
Ini kali pertama untuk Alfando dan Radit bercinta setelah sekian lama.
Dua pria sama-sama telanjang dan memiliki tubuh sempurna karena rajin mengelolah tubuh di gym sekian tahun.
Alfando meremas milik Radit dengan tangannya, tentu saja sambil terus Berciuman.
Alfando mengambil bantal, meletakan benda tersebut agar menganjal bokong sang kekasih.
Mengambil minyak pelumas untuk dioles pada kejantanan miliknya.
Dan..
Dengan mudah Alfando bisa memasukan miliknya yang berukuran besar dan panjang ke dalam lubang bokong milik Radit.
Desahan keluar dari mulu mereka selama melakukan kegiatan yang sungguh menjijikkan bagi kaum pria normal manapun di dunia ini.
bagi pria normal lebih baik mereka memilih bercinta dengan perempuan jelek sekalian dibanding pria berotot menggoda.
Dengan berbagai macam gaya ,dan entah berapa kali keduanya mengalami orgasme selama dua jam non stop percintaan mereka.
Tentu saja keduanya saling menerjam kejantanan milik mereka bergantian satu sama lain.
Alfando mencium bibir Radit usai mengakhiri ronde terakhir percintaan mereka, "I missing you,Babe." bisik Alfando.
Radit membalas ciuman Alfando, "Missing you too, Honey. "
Alfando dan Radit saling melempar senyuman, kembali berciuman.
"Kenapa kau tidak menginap saja? bilang pada istri bodohmu itu kau tengah menginap di salah satu apartemen klien penting untuk membahas pekerjaaan." Protes Radit Kesal, ia lalu menyalahkan rokok menghisap kuat benda tersebut dengan lalu menghembuskannya.
Jam memang sudah menunjukan pukul sembilan malam.
Alfando tampak acuh terus melanjutkan memakai kembali pakaian kerjanya.
"Aku tidak bisa, babe. Next time ,ok? "
Radit yang masih dalam keadaan telanjang, memeluk Alfando dari belakang.
Menggesekan kejantanan ke bokong milik Alfando. "Apa kau tidak mau bermain lagi? ayolah Honey." Rayu Radit sambil mendesah.
Radit terus mencoba merayu agar Alfando tidak pulang tapi gagal.
Alfando tersenyum dan berbalik badan,
" Good night and see you."
Mencium lembut bibir Radit dan pergi.
>>>>>>>>>
"Kau sudah gila?" Bentak Monika kesal, Setelah Celine pergi.
Monika segera keluar dari Almari, melempar Dimas dengan beberapa bantal penghias sofa.
Dimas menggeleng kepala lalu terkekeh.
"Aku sangat waras, tapi jika kau ingin membuat aku gila. Tentu saja kau sudah berhasil melakukannya saat kau pergi tanpa jejak dua tahun lalu."
Sejujurnya Monika merasa jengkel, Bagaimanapun Celine tidak pantas mendapatkan sikap jahat Dimas.
Meskipun Celine adalah pihak ketiga dari hubungan mereka tetap saja dia juga termasuk korban dari pria dihadapan Monika ini.
"Bercerailah dan kembali padaku. Apa kau tidak jijik menikah dengan pria gay seperti suamimu? "
Perkataan tak terduga Dimas berhasil membuat Monika terkejut, Ia menelan saliva.
"Kau jangan asal menuduh orang, Dimas." Monika berpura-pura tidak tahu dan marah.
Dimas tertawa, "Aku tidak menuduh dan kau tahu faktanya, sweet heart." seru Dimas santai kemudian mengedipkan sebelah matanya.
"Apa maksudmu?" ujar Monika, Mimik kesal perempuan cantik ini malah terlihat menggemaskan di mata Dimas
Pria itu menarik pinggang Monika hingga memperdekat jarak antara mereka berdua lalu tersenyum, mencium bibir Monika tanpa terduga. " Kau dan aku tahu Alfando itu gay dan dia hanya ingin manfaatkanmu.
Dan aku tidak akan membiarkan pria menjijikkan seperti dia memanfaatkan perempuan yang paling aku cintai ini."