Chereads / Marrying My CEO / Chapter 13 - HoneyMoon(4)

Chapter 13 - HoneyMoon(4)

Monika membuka matanya, menyadari bahwa tubuh telanjangnya tengah dipeluk erat dari belakang oleh Alfando dengan kondisi sama seperti dirinya, telanjang.

Sebelah tangan kokoh suaminya itu melingkar pada pinggang Monika dan satunya lagi menyanggah kepalanya.

Shit!!!!

Monika dapat dengan jelas merasakan milik suaminya menempel pada bokongnya, bulu-bulu halus pada dada bidang pria itu juga menempel pada punggungnya.

Tunggu,  Suara apa itu ?

Ya Tuhan ternyata itu suara dengkuran suaminya.

Dengkuran Alfando memang tidak keras tapi tetap saja mengangggu pendengaran, posisi kepala Alfando tepat di atas kepalanya.

Perlahan Monika mencoba untuk melepaskan tangan suaminya yang tengah melingkar pada perut rampingnya, berhasil.

Ia bangun dari ranjang dengan sedikit tertatih karena perih yang dirasakan pada bagian kewanitaan serta lubang anus.

Monika memungut dress tidurnya lalu berjalan ke kamar mandi.

Tiga puluh menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kimono serta handuk yang melingkar di kepala.

Astaga ini sudah jam delapan pagi tapi suaminya itu masih belum bangun?

Jadi ini alasannya kenapa pria tampan itu selalu saja telat datang ke kantor ,padahal jarak antara apartemennya ke kantor hanya 20 menit menggunakan kendaraan.

Karena letak apartemen Alfando memang di belakang kantor.

Monika melangkah ke ranjang , duduk di sisi ranjang.

Menggoyang-goyangkan tubuh atletis sang suami,  "Bangun, tuan pemarah..bangun."

Alfando menggeliat tapi masih enggan untuk bangun,  ia malah mengganti posisi membelakangi Monika.

Monika menarik nafas, ia kembali menggoyang-goyangkan tubuh atletis suaminya tapi kali ini lebih keras.

Jangan salahkan ia karena telah mengganggu tidur pria itu toh Alfando sendiri yang memintanya untuk dibangunkan setiap pagi.

Jika cara lembut tidak berhasil maka cara kasar.

"HEI.. TUAN PEMALAS, CEPAT BANGUN." Bentak kesal Monika sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh sang suami tapi lebih keras.

Tapi tetap tidak berhasil membuat suaminya itu bangun, ia hanya menggeliat.

Tidak begitu lama suara alarm dari handphone milik suaminya berbunyi keras dan ajaibnya pria itu langsung terbangun.

Dengan santai pria tampan itu merentangkan kedua tangannya, merenggangkan seluruh otot-ototnya.

Melihat fenomena seperti itu Monika hanya bisa membelalakan matanya dan menggelengkan kepala.

Melempar pandangan kesal sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Kau kenapa?"  Alfando menguap disertai raut bingung lalu menggaruk rambutnya yang  tidak gatal.

Monika berkacak pinggang disertai mimik kesal,  "Lain kali aku tidak  mau membangunkanmu, apa kau tahu? Betapa sulitnya membangunkanmu, bahkan aku sampai meninggikan suara tapi kau tidak juga bangun.

Dan apa ini?" Monika mengambil ponsel suaminya dan kembali meletakkan ke tempat semula.

melanjutkan kalimatnya dengan penuh emosi.

"Hanya dengan suara alarm dari ponselmu dengan mudah membangunkanmu.  Pantas kau selalu telat datang ke kantor, apa kau tahu? saat kau tidur sudah seperti orang pingsan."

Alfando masih bingung, "Hei kenapa kau marah?"

"Kau masih bertanya seperti itu?! Dasar pria menyebalkan!!  Aku akan ganti baju dan makan."   

Monika beranjak dari ranjang, berjalan ke almari mengganti baju kimono handuknya dengan pakaian dress cantik terusan selutut dan menggunakan make-up natural.

Sekarang ia memang tidak akan mau bersikap malu-malu lagi jika harus telanjang di hadapan sang suami.

Toh mereka sudah melihat tubuh masing-masing dalam keadaan telanjang terlebih semalam mereka sudah benar-benar puas memandang dan menikmati tubuh telanjang masing-masing.

Dan satu hal membuat Monika merasa marah dan menyadari bahwa tidak perlu lagi menggunakan perasaan pada suaminya ini.

Karena sampai kapanpun mungkin Alfando tidak akan pernah memiliki rasa cinta atau tertarik padanya.

Tanpa Alfando sadari saat tertidur lelap karena kelelahan akibat percintaan mereka, ia mengingau memanggil Radit lalu berkata.

"I love you, Radit."

Sakit hati?

Sudah pasti, perempuan mana tidak merasa sakit ketika mengetahui pasangannya menyebutkan nama orang lain usai mereka bercinta.

Monika beranjak dari meja rias dan menarik knop pintu . "Aku makan duluan."

Monika berlalu tanpa menoleh pada Alfando.

+++++

Dua pria tampan tengah tidur terlelap saling berpelukan dalam kondisi telanjang, mereka tampak tidur pulas karena percintaan panjang mereka semalam.

Mereka adalah Radit dan Sammy, yaitu pacar Evalina.

Iya sudah satu bulan belakangan  Radit memiliki affair dengan Sammy, pria berwajah ganteng berkedudukan sebagai manager keuangan di kantor Alfando.

Radit membuka mata, mengelus sebelah pipi Sammy.  "Good morning." sapa Radit mesra.

Sammy mencium sekilas bibir Radit, "Morning."

Sammy memeluk erat tubuh atletis pria tampan itu dengan manja,  " Ya Tuhan semalam itu sungguh hebat."

Mendengar pujian pria yang berada dipelukannnya Radit tersenyum, "Aku memang hebat, Sam."

"Iya, kau terbaik." sebelah tangan Sammy mulai kembali nakal mengelus batang kejantanan milik Radit.

"Kau Ingin morning sexs ,huh? " suara Radit mulai mendesah.

Tanpa membalas ucapan Radit ,pria bepostur tubuh atletis itu langsung menindih tubuh Radit.

Menggesek-gesekkan batang kejantanannya Sammy dengan milik Radit sehingga membuat mereka mendesah karena sensasi kenikmatan luar biasa.

"Ooooh.... SHIT, KAU MENANTANG KU HUH. ..SIAPA TAKUT,SAYANG."

Mereka pun kembali bercinta.

-

-

-

Monika tengah menggendong anak bungsu Berto yang berusia dua tahun bersama Lia yang tak lain salah satu pelayan di Villa.

Berbedaan usia Berto dan Lia berjarak 12 tahun, iya Berto lebih tua dari sang istri.

Sekarang usia berto 40 tahun sementara Lia 28 tahun, anak pertama mereka laki-laki dan sudah berusia sembilan tahun bernama Nino.

"Jadi kau menikah saat usiamu masih 18 tahun ,Lia?" Monika membelalak matanya.

Lia tersenyum,  "Benar, nyonya dan saat itu akang Berto teh berumur 30 tahun."

"Aku iri padamu, kelak saat anak lelakimu berada di masa remaja kau akan terlihat seperti seorang kakak dibandingkan ibu."

"Hehe.. Ngapain iri atuh nyonya, jodoh mah sudah Allah swt yang mengatur. Harusnnya mah saya atuh yang iri,Nyonya Monika teh sudah geulis ,pintar dan memiliki suami mani kasep pisan deui."

Lia tertawa kecil sambil sibuk mengaduk bubur untuk Putri bungsunya yang tengah digendong majikannya ini.

"Geulis sama mani kasep pisan apa artinya?" dengan polosnya Monika melontarkan pertanyaan sambil terus bercanda dengan Deon, balita lucu itu.

Sesekali Monika memasang mimik lucu hingga konyol membuat Deon tertawa geli.

Tawa kembali menghiasi wajah Ayu Lia,  "artinya cantik dan ganteng banget,nyonya."

Tiba-tiba suara Alfando memanggil nama Monika, mengejutkan keduanya yang tengah asik mengobrol dan tertawa.

Alfando menarik tubuh mungil Deon dari pangkuan istrinya. Memberikan bocah lucu itu pada ibunya.

Alfando menarik jemari sang istri , "Ikut aku."

" Kita mau pergi ke mana?"

Alfando mengacak rambut sang istri dengan gemas,membuat rambut panjang Monika jadi sedikit berantakan.  "Kita jalan keluar ,aku akan mengajakmu keliling komplek villa dengan kuda."

"Kuda, maksudmu kita akan naik kuda seperti koboi?"

"Iya, sudah lama aku tidak mengajak Boy jalan-jalan."

"Boy? Siapa itu?apa temanmu? "

Alfando terkekeh ,  "Dia kudaku, dia yang akan kita tunggangin untuk berkeliling puncak."

"Hihi.. nama kudamu bagus sekali,  tapi aku belum pernah naik kuda sebelumnya."

"Aku tahu, kita akan naik kuda bersama. Jadi kau tidak perlu khawatir."

"Hhhhmmm....baiklah, Kalau begitu."

****

Monika dan Alfando sudah rapih dengan pakain khas berkuda, siapapun yang melihat mereka pasti akan setuju bahwa mereka pasangan serasi.

Dengan memakai pakaian khas berkuda Alfando terlihat semakin keren, terlebih postur tubuh atletis miliknya begitu menunjang penampilannya sekarang .

Sedangkan Monika, ia benar-benar terlihat seksi dan cantik, mungkin karena pakaian yang dikenakan olehnya pas sekali dengan tubuhnya hingga leguk Indah miliknya dapat terekspos.

Seekor kuda jantan berwarna coklat berukuran besar, berjalan melangkah menuju mereka.

Monika tidak tahu jenis kuda apa itu?

Kuda tersebut tampak gagah ,kuat dan terawat.

Berto yang menunggangi kuda tersebut berhenti di depan mereka, turun dari kuda kemudian mengelus lembut kepala kuda tersebut.

Sang kuda tampak senang dengan prilaku yang di dapatnya, terlihat Boy dengan anteng diam saat Berto mengelus kepalanya.

"Berto, kau pergilah."

"Baik, tuan." pria berwajah seram itu pergi meninggalkan kuda itu bersama Alfando dan Monika.

Dengan santai Alfando berjalan ke arah samping Boy, tak lain kuda tersayangnya.

Kemudian Alfando membuat suara "klak-klak" lalu menyebutkan namanya sang kuda sebanyak dua kali.

Reaksi kuda tersebut terlihat tenang,ia menaruh tangannya di depan hidung Boy sekitar 5 cm, memberikan waktu untuk sang kuda mencium baunya sehingga bisa mengenalinya,bagaimanapun sudah lama Alfando tidak bertemu hewan peliharaan itu.

Tidak begitu lama Boy  mengedus tangan majikannya ,berarti kuda tersebut  sudah mengenal/menerima jabatan tangan Alfando.

Alfando tersenyum , "Kau sudah mengingatku rupanya , Good boy. Merindukanku kawan? Maaf karena baru mengunjungimu, kau semakin gagah, Boy."

Kuda itu mengelus-elus kepalanya pada wajah Alfando dengan lembut, kemudian menatap sendu seolah mengatakan bahwa dia juga merindukan majikannya tersebut.

"Monika, kemarilah tapi berjalan lewat samping agar Boy tidak kaget, bagaimanapun kau orang asing baginya."

Monika mengikuti apa yang dikatakan Alfando, Alfando mengenggam telapak tangan sang istri.

Kembali mengelus lembut kepala Boy, perlahan telapak tangan Monika di taruh di depan hidung Boy dengan jarak sekitar 5 cm.

Awalnya tidak ada respon yang istimewa dari Boy, kuda itu hanya diam.

Tapi tidak begitu lama Boy mengendus tangan Monika dengan lembut.

Alfando tersenyum puas lalu menatap serius ke arah Monika yang tengah bingung dengan apa yang tengah dilakukan Alfando,  "Saat aku meletakan tanganmu pada jarak sekitar 5 cm dari hidung Boy, artinya aku sedang mengajaknya berkenalan denganmu jika ia mengendus tanganmu dengan lembut artinya jabatan tanganmu diterima."

Monika mengangguk mengerti, lalu tersenyum ,  "Terimakasih Boy, mau berteman denganku."

Boy kembali mengendus tangan Monika dengan lembut.

Alfando menginjak tali pelana dan naik ke punggung Boy, kemudian menarik sang istri agar naik dan duduk di depannya.

Mereka berduapun pergi meninggalkan Villa dengan perlahan-lahan menikmati nuansa puncak.

Dan dalam hati mereka berdua sungguh merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama.