Tanpa terasa bulan madu Alfando dan Monika telah berakhir, hari ini mereka telah kembali ke apartemen mereka.
Alfando merebahkan diri pada sofa besar ,sambil sibuk memainkan smartphone milikknya.
Monika sendiri memutuskan untuk membuat makanan, perutnya sudah protes untuk diisi.
ia membuka pintu kulkas, membelalakan kedua matanya mengetahui isi kulkas berukuran besar dihadapannya ini hanya beberapa botol air mineral.
Astaga apa yang harus dimakan?
Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Aku harus berbelanja." Gumam Monika ,menutup kembali pintu kulkas.
Mengambil note dalam laci kerja sang suami kemudian duduk santai, menulis apa saja yang harus dibeli.
"Kau sedang apa?" seperti biasa tanpa terduga suaminya itu sudah berada di hadapannya sambil asik menguyah apel dalam mulut, disertai mimik bingung sambil bersandar pada dinding.
Monika menarik nafas untuk beberapa waktu, "Aku sedang menulis semua barang belajaan yang akan ku beli, apa kau mau menitip sesuatu?" Monika menoleh pada Alfando yang tampak lelah akibat perjalanan mereka.
Alfando merengangkan seluruh otot, meletakan sisa apel di atas meja.
Menarik bangku agar duduk disamping sang istri.
Mengambil Note berwarna putih dari genggaman istrinya.
Melihat serius deretan barang belajaan yang di tulis Monika. "Baiklah , aku akan menemanimu berbelanja."
" tidak usah, biar aku sendiri saja." tolak Monika lembut, memasang mimik santai tanpa beban karena sudah berani menolak permintaan Alfando.
Sekarang Alfando melempar pandangan marah. "Aku bilang aku menemanimu, tidak ada penolakan!"
Monika mengambil kembali Note lalau memasukkan ke dalam tas. " Ayo kita pergi."
***
Monika tengah serius mengecek semua barang belanjaannya dalam troli lalu disesuaikan dengan note di tangannya. Alfando memegang troli , memasang raut kesal.
Monika memandingkan antara barang satu dengan lainnya, padahal bagi Alfando semua barang tampak sama ukurannya.
untuk apa Monika harus repot-repot menimbang dalam membeli belanjaan? Toh uang yang akan digunakan untuk membayar ini semua dipastikan Alfando yang membayarnya.
Dia yang membayar uang belajaan mereka saja tidak ambil pusing soal harga.
Monika malah bagaikan ibu-ibu yang sedang belanjaan dipasar tradisional, penuh pertimbangan dan perhitungan.
"Tinggal beli daging sapi tanpa lemak setelah itu semua lengkap." Seru Monika disertai raut senang.
"Kalau begitu cepat beli dagingnya dan kita pulang, aku akan tunggu dikasir."
"Kau tidak mau ikut?" tanya Monika polos, Sejujur wajah Monika tampak lucu saat bingung.
Tiga tahun mejadi sekretaris pribadinya, Alfando baru menyadari ternyata banyak sisi menarik dari istrinya ini.
Salah satunya untuk ukuran perempuan dewasa Monika bisa dikatakan sedikit naif.
Alfando melempar pandangan dingin,
"Tidak, kau saja. "
"Baiklah kalau itu maumu." Monika membalikkan badan kemudian berjalan menjauhi Alfando.
Monika membeli 2 kilo daging sapi tanpa lemak.
Setelah ditimbang lalu ditempel barcode harga oleh sang pegawai supermall,dimasukkan ke dalam keranjang
Handphone Monika berdering tanda ada panggilan masuk,dilihat pada layar ponsel ternyata itu dari Celine.
"Iya,Celine."
" Berbaliklah, Monika." suara Celine terdengar bersemangat, meskipun masih bingung dengan perkataan sahabat suaminya tersebut.
Monika segera mengikuti perkataan Celine , mendapatkan perempuan sangat cantik itu tengah melambaikan tangan kepadanya.
jika harus jujur Monika merasa kecantikan yang dimilikinya tidak sebanding dengan Celine.
Celine secara penampilan merupakan tipe idaman pria straight manapun.
melambaikan tangan ke arah Monika disertai senyuman.
Monika membalas lambaian tersebut kemudian menghampiri Celine.
"Astaga.. Kau berada di sini juga, aku merindukanmu Celine. Kau sendiri ke sini?" Seru Monika senang bercampur bingung, setelah mereka selesai berpelukan.
Celine mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum bahagia. "Aku juga senang bertemu denganmu, tidak aku bersama tunanganku. Sekarang ia berada di toilet, btw mana Al?"
"Dia sedang menungguku di sana." Monika menunjuk ke arah kasir.
"Telpon suruh dia datang ke sini." Usul Celine bersemangat. "Dan aku akan mengirim pesan pada tunanganku agar ia segera kembali. "
Monika mengangguk setuju lalu mengeluarkan handphonenya di dalam tas, menekan angka 1 pada panggilan cepat.
"Al, aku bersama Celine sekarang? Dia sedang bersama tunangannya."
"Celine bersama pria brengsek itu,aku malas. Bilang padanya aku malas."
"Jangan seperti itu, ayolah ke sini."
"Aku tidak mau, Monika." nada suara Alfando mulai emosi.
"Okay kalau begitu kau pulang duluan, aku akan menyusul."
"Tidak, kau harus pulang bersamaku, posisimu di mana? "
"Aku sedang berada dibagian buah, kesinilah."
Telponpun tertutup.
"Al pasti menolak permintaammu kan?" Tebak Celine tepat, wajahnya terlihat agak sedih tapi segera kembali ceria.
"Sebenarnya kenapa Al tidak menyukai tunanganmu?Celine."
Celine terlihat bingung untuk dari mana ia harus memulai cerita. "Aku akan menceritakannya nanti, okay."
Monika tersenyum, "Baiklah."
****
Monika hanya terdiam membeku saat Celine memperkenalkan pria tampan yang sudah menjadi tunangannya dengan begitu bangga,senyuman bahagia bahkan tidakk pernah lepas dari wajah cantiknya.
Pria bernama lengkap Dimas Adipura itu tidak lain adalah mantan pacarnya yang sudah dua tahun belakangan ini tidak pernah bertemu.
Pria yang sudah mencampakan dirinya untuk perempuan lain, ternyata perempuan itu Celine.
Dengan santainya Celine bercerita mengenai hubungan mereka yang sudah terjalin selama dua setengah tahun, artinya Dimas sudah menjalin hubungan selama enam bulan bersama Celine sebelum mereka putus.
Sumpah demi apapun ingin rasanya Monika membunuh pria itu saat ini dengan kedua tangannya.
pantas sebelum pria itu memutuskan hubungan mereka, Dia bersikap berbeda menjadi lebih dingin, cuek dan sering mencari alasan untuk menunda rencana kencan mereka.
waktu kebersamaan mereka semakin berkurang.
Sedangkan komunikasi jika bukan Monika yang memulai pasti Dimas tidak akan menelepon atau mengirim chat.
"Sayang ,perkenalkan ini Monika, istri Al."
Kata Celine ceriah sambil melingkarkan kedua tangan pada tangan kekar Dimas, kemudian menyandarkan kepala pada bahu tegap sang pacar dengan manja.
Dimas yang dalam kondisi shocked sama seperti Monika perlahan mengulurkan tangan,tersenyum kaku. "Dimas."
"Monika ." Seru Perempuan cantik ini berusaha bersikap sesantai mungkin , seolah ia memang baru mengenal pria tampan dihadapannya tersebut.
Suara deheman keras tiba-tiba menganggu mereka dan siapa lagi kalau bukan Alfando pelakunya.
"Apa sudah selesai sesi perkenalannya?"Ujar Alfando yang tanpa mereka sadari sudah berdiri di antara mereka sambil memegang troli disertai raut dingin ciri khasnya.
Monika menoleh pada sang suami lalu melepaskan uluran tangannya, berjalan mendekati sang suami.
"Aku kira kalian sudah putus karena sudah lama sekali aku tidak pernah melihat kalian bersama."
Ledek Alfando telak, Dimas terlihat jelas tidak suka dengan ocehan ngaco sahabat kekasihnya itu tapi diam-diam pria itu terus mencuri pandang pada Monika.
Sejujur Dimas tidak menyangka bahwa bertemu Monika membuat hatinya merasa sebahagia ini, dua tahun berlalu tapi Sejujur ia bahkan belum sepenuhnya melupakan perempuan cantik itu.
Dua setengah tahun berpisah tidak sebanding dengan lima tahun kebersamaannya bersama Monika.
Pikirannya kembali melayang ke masa-masa indah saat mereka masih bersama untuk beberapa saat.
Dengan raut sedikit kesal, Celine menatap tajam sahabatnya itu. "Sayang sekali perkiraanmu salah, tuan sok tahu. Kami memang sudah setengah tahun ini menjalani LDR karena Dimas sedang mengurus pekerjaannya di Hongkong."
Dimas mengangguk, "Istrimu sangat cantik, kau beruntung."
Puji Dimas penuh makna tersembunyi juga disertai senyuman maut miliknya, tatapan mata pria tampan yang berprofesi sebagai CEO salah satu merk mobil mewah terkenal di dunia ini masih tertuju pada Monika,tatapan mata mesum seolah ingin menelanjangi Monika.
Sementara yang dilakukan Monika hanya berpura-pura tidak menyadari.
ia memilih bersembunyi dibalik punggung Alfando,sambil terus menggerutu dalam hati karena harus bertemu kembali bajingan yang dulu pernah begitu dicintai olehnya.
tapi sekarang tidak lagi...
cinta sudah berubah menjadi benci.
Benci? tapi kenapa hatinya masih berdetak tak menentu saat ini, ketika melihat pria itu kembali?sama seperti ketika ia pertama kali bertemu Dimas dan jatuh cinta pada pandangan pertama.