Alfando berjalan memasuki restoran mewah bernuansa jepang,penampilannya malam ini memang santai.
Hanya mengenakan kaos polo hitam dengan jaket kulit dipadu padankan blue jean, membuat tubuh atletisnya terlihat jelas dari balik kaos.
Terlebih rangkaian otot disekitar kedua tangannya, membuat penampilan semakin keren.
Tidak heran banyak gadis remaja sampai wanita dewasa dalam restoran,melempar pandangan tertarik padanya.
Tapi Alfando tetap bersikap dingin bahkan cenderung tidak peduli.
Alfando terus mengikuti langkah pria muda bertubuh besar dan berpakaian formal layaknya seorang bodyguard.
Pria muda tersebut berjalan didepannya tanpa menoleh sedikitpun kebelakang.
Pria ini memang diberikan tugas oleh bos sekaligus the Owner tempat ini, siapa lagi kalau bukan Yamada untuk menggantarkan Alfando ke ruang kerja bosnya itu.
Mereka berdua berhenti di depan sebuah ruangan berukuran luas yang terletak dekat taman.
Dengan sikap sopan pria tersebut mempersilakan Alfando agar masuk dan memintanya menunggu,karena Yamada sedang mengadakan meeting.
Dalam ruangan ini tersedia meja makan kayu jati persegi panjang,terdapat aneka jenis makanan jepang serta beberapa botol sake.
Alfando memutuskan untuk menunggu Yamada sambil membaca majalah bisnis yang terdapat di tempat ini,menyandarkan tubuhnya pada sofa besar.
Tanpa terasa setengah jam dia menunggu Yamada,awalnya Alfando tidak menyadari bahwa dibelakangnya sudah berdiri seseorang.
Sampai...
Suara deheman seseorang menyadarkannya dari aktivitasnya, Alfando menoleh kebelakang di mana suara itu berasal. "Maaf karena sudah dua kali membuat orang penting sepertimu menunggu."
Seru Yamada sambil tersenyum ramah.
Alfando membalas senyuman Yamada lalu berjalan menghampiri Yamada.
"Menunggu adalah hal paling aku benci,tapi menunggu patner kerja berpotensi sepertimu. Aku rasa itu bukan masalah."
Keduanya tertawa lalu berjabat tangan.
"Haha..bisa saja kau,duduklah."
Yamada mempersilakan Alfando duduk,di kursi bantal ciri khas masyarakat jepang.
Yamada mempersilakan Alfando untuk menyantap hidangan yang sudah tersedia,mereka berdua dinner sekaligus membicarakan proyek pembangunan hotel bintang lima mereka yang akan dibangun di pulau bali.
Bagaimana konsep,anggaran, sampai apa saja isi kesepakatan kontrak kerja sama hotel mereka nanti.
Sesekali tawa menghias pembicaraan mereka,entah sudah berapa lama mereka membahas proyek ratusan miliar mereka ini.
"Oh iya,hari sabtu ini aku akan menikah dengan Monika. Jadi aku harap kau bisa meluangkan waktu untuk datang." Kata Alfando mengawali topik baru pembicaraan mereka.
Wajah Yamada sedikit terkejut mendengar berita tak terduga dari rekan bisninya tersebut.
"Jadi kau akan menikahi sekretaris cantikmu,aku ucapkan selamat." Menepuk bahu Alfando disertai senyum bahagia.
"Terima kasih,Pokoknya kau harus datang bersama pacarmu ke pesta pernikahanku nanti."
Alfando mengeluarkan surat undangan pernikahannya dari balik jaket kulitnya,menyerahkan pada Yamada.
Yamada mengambil surat undangan tersebut dari tangan Alfando lalu membukanya,membaca isi undangan.
"Baiklah,Aku pasti datang bersama istriku." Timbal Yamada.
Perkataan rekan bisnisnya itu berhasil membuat Alfando terkejut,mengerutkan dahinya.
"istri?Astaga rupanya kau sudah menikah kawan.
Apa kalian sudah memiliki anak? bawa anakmu juga kalau begitu."
Yamada terkekeh geli. "Aku tidak memiliki anak,bahkan istriku tidak mungkin memberikan aku anak." Lanjutnya dengan nada suara santai.
"Kenapa?" Wajah Alfando menunjukkan raut kebingungan sekaligus aneh.
Yamada tersenyum simpul,mengeluarkan iPhone 11 pro miliknya kemudian menunjukkan beberapa photo.
Banyak terdapat photo Yamada bersama seorang pria dengan berbagai pose dari mulai yang mesra sampai pose mengemaskan bersama seorang pria berwajah cantik layaknya seorang perempuan.
Perawakan tubuh pria cantik itu biasa saja dan pria berwajah cantik memiliki gaya berpakaian layaknya seorang model atau artis. Pria cantik di dalam photo tersebut memiliki tinggi lebih pendek dari Yamada.Penampilannya sungguh fashionnable,Seandainya Alfando belum memiliki Radit dan dia bukan istri Yamada. Dipastikan Alfando akan mengencani pria cantik ini dan menjadikannya sebagai kekasih.
Terakhir Yamada menunjukkan sebuah photo terdapat pria berwajah tampan dan cantik berciuman diatas altar gereja diantara para tamu undangan.
Alfando meruncingkan matanya. "Jadi pria cantik ini istrimu?" Alfando terkejut dengan fakta yang baru di dapatnya ini.
Yamada mengangguk lalu tersenyum. "Apa kau keberatan memiliki patner bisnis gay?"
Alfando tidak menduka bahwa Yamada ternyata sama seperti dirinya, seorang homoseksual.
Alfando menggelangkan kepala lalu menyerahkan kembali handphone ditangannya kepada pemiliknya. "Tentu saja tidak,aku hanya sedikit terkejut."
Pengakuan Yamada mengejutkan baginya, tidak sedikitpun Alfando menaru curiga bahwa pria itu sama seperti dirinya.
Biasanya Alfando paling jago menebak,jika ada seorang pria atau remaja lelaki yang memiliki penyimpangan seksual seperti dirinya sekalipun mereka bersikap dan berpenampilan layaknya pria normal.
karena sebagai kaum homoseksual dia memiliki RADAR.
"Syukurlah." Yamada terlihat lega.
"Siapa nama istrimu?sudah berapa lama kalian menikah?sepertinya dia bukan orang jepang."
"Namanya Park Joon jin berasal dari Korea selatan,Kami berpacaran selama empat tahun dan menikah selama setahun lebih."
Alfando mengangkat gelas sakenya mengajak bersulang Yamada. "Kalau begitu bawalah istrimu ke pesta pernikahanku."
*****
# Apartemen Evalina.
Monika terdiam membisu menundukkan kepala,membuat ketiga sahabatnya jadi dongkol dengan tingkah anehnya.
Tidak biasanya Monika bertingkah seperti ini, meskipun bukan perempuan cerewet Monika bukan perempuan pendiam.
"Mau sampai kapan lo diem kayak gini sih Mo? Cerita donk kalau ada masalah." Seru Citra mencoba merayu Monika untuk berbicara.
"Benar kata sih miss.body lotion,masa lu minta kita kumpul di apartemen gue cuma buat ngeliat lo bengong. Tahu gini mending gue jalan sama bebeb Sammy." Cerocos Evalina.
"Waduh,songong banget tuh bacot lo yah." Protes Citra, melayangkan cubitan ke pipi kanan Evalina dengan gemas
"Aauuuuhh,sakit dodol!!! Lagian emang nama lo tuh kaya merk produk body lotion." Evalina menarik jemari Citra dari pipinya lalu mengulurkan lidah.
"Ciih...mulut lu yach benar-benar kudu dijahit." Sewot Citra tidak terima namanya diledek.
Tania langsung merelaikan pertengkaran kecil kedua perempuan disampingnya. "Udah donk kayak anak kecil aja lo berdua,umur udah tua juga. Sadar....sadar euy...sadar."
Citra dan Evalina akhirnya menghentikan pertengkaran kecil mereka.
"Dan lo Mo,kalau masih nggak mau ngomong gue cabut nih?" Ancaman Tania berhasil membuat Monika mengangkat kepala.
"Sorry bukan maksud gue bikin kalian dongkol,gue cuma bingung memulai cerita dari mana?" Monika mengajak rambutnya,wajahnya terlihat kusut. Bibir merah tipisnya mengerucut.
"Sumpah gue bingung plus galauuu." Lanjut Monika.
"Lo kenapa sih? hamil? siapa bapaknya? bukannya lo jones ya?" Ucap Evalina asbun seperti biasa.
Plukkk....
Satu pukulan mendarat di bahu Evalina dan itu berasal dari Monika,wajah Monika memacarkan mimik kesal. "Lo tuh yah,kalau ngomong asal bunyi aja. Gimana gue bisa hamil ?gue kan udah lama nggak pernah gituan." Bentak Monika kesal.
"Hehe..sorry deh,"
"Gini ya,hari sabtu ini gue bakal nikah jadi gue mau kalian jadi bridemaid gue." Akhirnya Monika mengungkapkan maksud tujuannya mengajak bertemu.
"APA!!LO MAU NIKAH?"
Teriak Citra,Evalina dan Tania bersamaan.
Mereka benar-benar tidak menduga berita yang Monika sampaikan adalah mengenai pernikahan.
"Gimana ceritanya lo mau nikah sedangkan lo berstatus jomblo?" Tania menatap bingung pada Monika,menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Emangnya lo mau nikah sama siapa sih?" Tanya Citra penasaran disertai anggukan Evalina.
"Kok jadwal nikah lo bisa sama kayak pak.Alfando sih? Elu mau saingan sama bos killer kita tuh?wah cari mati nih anak. " Kata Evalina.
Monika tidak menjawab pertanyaan ketiga sahabatnya itu,dengan sikap malas dia mengeluarkan tiga buah kartu undangan dari dalam tas.
Diletakkannya tiga buah undangan ditengah-tengah mereka.
Citra mengambil undangan milikknya kemudian membuka undangan Gold bernuansa bantik tersebut disusul oleh Tania lalu Evalina.
Mata mereka bertiga terbelalak begitu melihat nama pengganti di sudut kartu undangan.
Alfando Mahezza Dan Monika Syabilla.
"Jadi lo itu bride nya pak. Alfando." Seru Citra tak percaya dengan fakta yang baru didapatkan dari sahabatnya ini,tapi bukti undangan pernikahan di genggaman tangannya.
"Kok bisa lo nikah sama bos killer kita?sedangkan kalian sama sekali nggak pernah pacaran." Tania merasa aneh cambur heran.
Evalina mengangguk setuju dengan perkataan Tania. "Emangnya ada aturan kalau nikah itu harus pacaran dulu?nggak ada kan. Pokoknya kenyataan sekarang gue bakal jadi istri bos killer kita tuh." Cerocos Monika dengan wajah sendu udah kaya siti nurbaya dipaksa kawin.
"Lo beruntung banget sih sayanggg,ngiri gue." Evalina dengan polosnya membalas perkataan Monika,memang di antara mereka berempat bisa dikatakan Evalina itu paling abstrak.
Sampai-sampai sammy pacarnya sering dibuat kesal plus pusing dengan tingkah aneh Evalina.
"Terus lo kok bisa nikah sama bos kita tuh?" Tanya Tania masih syok.
"Dia maksa gue, kalau gue nolak gue bakal dipecat. SADIIIISKAN...apalagi gue diancam bakal nggak dapat kerjaan dari perusahaan manapun jadi terpaksa gue setuju nikah sama dia."
Mendengar pengakuan jujur Monika ketiga perempuan cantik itu hanya bisa menggelangkan kepala lalu menelan saliva.
"Seandainya yang diancam itu gue,dengan senang hati gue bakal jadi istri dia hehe."
"Terus sammy mau lu kemanain?" Sambar Tania sambil melotot.
"Buang ke lautlah,"
Citra memasang wajah kesal sambil berkacak pinggang. "Wah jahat banget,harusnya lo bersyukur manager seksi kita tuh mau pacaran sama lo.
Kalau dia mau bisa aja dia ninggalin lo setelah puas nidurin lu."
"Yaelah gue bercanda kali, bebeb Sammy tuh kesayangan gue mana mungkin gue sanggup meninggalkan pujaan hati gue tuh."
"Lagipula gue kan bukan player kayak lo miss.body lotion," sambung Evalina.
"Ngiri aja lo,bukan salah gue kalau banyak yang naksir."
"Ya deh atur sama yang punya hajat."
"Lo berdua diem,ada aja yang dipermasalahin. Bikin gue tambah dongkol." Protes Monika.
Mereka berduapun diam lalu mengangguk secara bersama.
"Ya udah kita bertiga bakal jadi bridemaid lo,bagaimana pun gue senang kalau lo jadi istri dari bos killer kita itu." Tania merangkul bahu Monika,melempar senyuman manis.
Raut wajah Monika berubah menjadi bingung. "Kenapa?"
"Karena kalau lo jadi istrinya, kita bertiga akan bangga jadi sobat istri CEO.
Siapa tahu aja kita bisa naik jabatan atau dapat kenaikkan gaji hehe." Tania mengakhiri ucapannya dengan mengedipkan sebelah matanya disertai senyuman sok imut.
"Haha..Benar juga ya,ntar lo bisa bilang sama suami lo untuk naikkin gaji kita." Kata Evalina kembali asbun.
Citra mengangkat kedua jempol tanda setuju dengan ucapan kedua sahabatnya itu. "Setujuuuu,"
Monika melempar kasar beberapa tumpukan bantal pada ketiga sahabatnya membuat Citra,Tania dan Evalina tertawa geli karena melihat reaksi marahnya,Monika terkadang saat marah malah terlihat lucu.
Karena itu mereka senang menggoda perempuan pengemar bakso itu.
Dengan wajah kesal plus berkacak pinggang Monika menatap marah ketiga sahabatnya itu.
"DASAR KALIAN SAHABAT ZAHANAM!!"