# Panti Asuhan Pelangi nusantara
Monika melangkahkan kakinya masuk ke dalam panti asuhan tempatnya dirawat dan dibesarkan selama ini,Alfando berjalan di sampingnya sibuk menikmati pemandangan disekitar panti.
Sesekali pandang matanya tertuju pada sekumpulan anak-anak yang tengah asik bermain bersama para pengasuh.
Semuanya terlihat lucu juga mengemaskan,tanpa Alfando sadari senyuman tergambar disudut bibirnya ketika pria itu melihat anak-anak itu dengan aktif dan ceria bermain ditemani para pengasuh.
"Jadi kau dibesarkan ditempat seperti ini rupanya?" Melirik sekilas ke arah calon istrinya ,kemudian kembali melihat pemandangan sekitar panti.
Monika berdeham. "Yah,Dan aku merasa beruntung karena telah dibesarkan di tempat ini."
Alfando menghentikan langkahnya,menarik tangan Monika sehingga jarak mereka menjadi dekat.
"By the way,kau ingin punya anak berapa?satu?dua?atau mungkin sebelas?" Goda Alfando santai bahkan volume suara kecil tapi masih bisa terdengar jelas ditelinga Monika.
Pertanyaan dadakan Alfando berhasil membuat Perempuan cantik itu terkejut.
Monika menelan salivanya mencoba mengatur denyut jantung yang berdetak lebih kencang dari biasa. Bukan karena terpesona wajah tampan suaminya itu tapi bagi Monika pertanyaan Alfando bagaikan serangan bom atom secara tiba-tiba,berhasil membuatnya mati kutu.
"Sss...saatuuu,aku rasa satu sudah cukup." Ucap monika sedikit gugup, berusaha bersikap sesantai mungkin.
Alfando menyeringai lalu menggelengkan kepalanya. "Jika aku mau lebih dari satu?"
"Baiklah,terserah kau." Balas Monika lalu tersenyum.
"Bagus," Alfando menggandeng jemari Monika erat,kemudian melanjutkan kembali perjalanan mereka menuju ruang kepala panti.
*****
"Jadi kau akan menikah sabtu depan ? meminta ayah menjadi wali nikah." Seru pak Darwin sang kepala panti sekaligus ayah angkat Monika.
Istrinya ibu widia, sering dipanggil ibu oleh setiap anak panti adalah salah satu pengasuh anak di panti Pelangi Nusantara.
"Benar,ayah. Aku berharap ayah bisa menjadi wali nikahku nanti." Balas Monika bersemangat,menggenggam erat jemari pria berusia 50 tahun itu disertai mimik memohon.
Pak Darwin mengagukkan kepala,tersenyum bahagia lalu membelai penuh kasih rambut panjang Monika. "Baiklah,Apapun akan ayah lakukan untuk membahagiakanmu."
"Terima kasih,ayah."
Mereka berpelukan erat untuk beberapa saat,Monika menyerahkan sebuah surat undangan berwarna emas bernuansa batik disertai kedua photo calon pengganti.
Dengan wajah berseri pak Darwin berganti memandang pria tampan yang duduk disamping Monika. "Tolong jaga dan bahagiakan,Moni ya nak Alfando."
Pak Darwin dan istrinya memang memiliki panggilan sayang tersendiri untuk Monika.
Alfando tersenyum dan mengangguk. "Pasti ayah,saya pasti akan menjaga dan membahagiaka Monika. Terima kasih banyak telah merawat juga membesar calon istri saya ini dengan penuh kasih sayang selama ini."
"Sudah kewajiban orangtua untuk menjaga dan membesarkan anak mereka dengan penuh kasih sayang,tidak perlu berterima kasih nak Alfando." Balas pak Darwin ramah disertai senyuman hangat khas miliknya
"Sejujurnya Monika sudah menceritakan tentang nak Alfando dan ayah bahagia dia bisa memiliki suami hebat sepertimu." Lanjut Pak Darwin tulus.
"Saya pun bahagia karena akan memiliki istri yang bisa membuat saya nyaman. seperti Monika,ayah."
Took...took...
Tiba-tiba terdengar ketokan pintu kemudian disusul sapaan khas umat muslim.
Mereka bertigapun secara bersamaan menjawab sapaan tersebut.
Berdirri di dekat mereka seorang perempuan paruh bayah yang masih terlihat cantik diusianya yang tak muda lagi,balutan pakaian gamisnya semakin membuat dirinya semakin anggun.
Ternyata itu ibu Widia.
"Bundaaa,aku kangen banget sama bunda."
Monika segera beranjak dari sofa lalu menghampiri ibu Widia,Monika memeluk erat ibu Widia untuk beberapa saat.
"Kau semakin cantik saja,Moni. Ada apa?anak bunda yang cantik ini ke sini?"
Monika tersenyum lalu menyandarkan kepalanya pada bahu ibu Widia.
"Aku akan menikah sabtu depan,aku berharap ayah,bunda,Aldo dan Anna datang ke acara pernikahanku." Cicit Monika.
Wajah ibu Widia terlihat bahagia mendengarkan pengumuman anak angkatannya itu.
"Alhamdulillah,anak bunda yang cantik ini akhiranya akan menikah. Insha Allah kami pasti datang,sayang."
Dengan penuh cinta ibu Widia mengecup pipi kanan Monika.
Alfando menghampiri ibu Widia lalu menyalami puncuk tangan ibu Widia penuh sikap santun sama seperti yang dilakukannya saat pertama kali bertemu dengan pak Darwin tadi.
"Perkenalan nama saya Alfando,calon suami Monika bunda." Sapa Alfando sopan setelah selesai menyalami tangan ibu Widia.
"Oh iya,jadi ini toh bos sekaligus calon suami Moni,tampan sekali." Puji ibu Widia.
Ibu Widia mencubit gemas pipi Monika. "Anak bunda sungguh beruntung," lanjutnya.
"Bunda,sakit." Protes Monika manja sambil mengerutkan bibirnya.
Alfando,pak Darwin dan ibu Widia tertawa secara bersama melihat tingkah lucu Monika.
"Senang berkenalan dengan nak Alfando,saya ibu Widia yaitu bunda angkat Moni."
Sapa ibu Widia dengan sikap ramah.
"Saya tahu bun,senang berkenalan dengan bunda juga."
"Tolong jaga serta bahagiakan anak bunda ya,nak Alfando."
"Tentu saja,bun. Saya pasti akan melakukan hal tersebut karena saya begitu mencintai calon istri saya ini."
"Alhamdulillah kalau begitu,ibu sungguh bahagia jika Monika menikah dengan pria yang mencintai dan menjaga dia."
*****
"Besok malam,aku akan bertemu dengan Yamada di restoran untuk pertemuan bisnis sekaligus menyerahkan undangan pernikahan kita." Seru Alfando sibuk memindahkan channel dari satu channel ke channel lain,terdapat ratusan channel dimiliki Tv berlangganan Monika tapi tidak ada satupun acara menarik bagi pria tampan bagai dewa yunani itu yang tengah santai menyadarkan tubuhnya pada sofa.
Alfando dan Monika kini memang sudah berada dalam apartemen Monika,sudah setengah jam berlalu sejak mereka kembali dari panti.
Awalnya Monika menolak ketika Alfando ingin mengindap,tapi dia kembali kalah power.
Dengan alasan Alfando akan memotong gajinya sebesar 70 % selama dua bulan berturut-turut, akhirnya Monika mengizinkan bos killernya itu untuk menginap di apartemennya.
Toh Alfando tidak mungkin berbuat macam-macam,dia bahkan tidak tertarik pada perempuanbjadi Monika tidak perlu khawatirkan.
"Sampaikan salamku padanya." ucap Monika sambil sibuk membuat es teh manis untuk mereka di dapur, Serta menyiapkan beberapa cemilan menemani acara memonton mereka nanti.
"Kau harus ikut denganku Monika,"
Monika menghampiri Alfando lalu meletakkan nampan berisi dua buah gelas es teh manis bersama cemilan lalu memindahkan isinya ke atas meja. "Tapi besok aku sudah ada janji untuk bertemu dengan teman-temanku."
Monika memberikan penjelasan pada pria yang duduk manis disampingnya.
"Untuk apa?apa menemani calon suamimu tidak lebih penting dari sekedar berkumpul dengan teman-teman hebohmu itu hah?tidak puas kau selalu berkumpul dengan mereka setiap hari untuk makan siang dan setelah itu pulang kerja bersama."
"Bukan begitu,dua hari lagi kau akan memperkenalkan aku sebagai calon istrimu. Aku hanya ingin lebih awal mengatakan pada mereka. Apa tidak boleh?"
Melihat mimik sedih Monika saat menjelaskan maksudnya,membuat Alfando merasa bersalah karena terlalu egois. "Baiklah,kau boleh menemui mereka."
Seuntai senyuman bahagia kini menghiasi wajah cantik Monika. "Terima kasih,aku senang sekali."
Alfando membalas senyuman manis Monika dengan senyuman maut miliknya,hingga membuat Monika terpanah.
Membeku...
Iya tubuh Monika terasa membeku hanya dengan senyuman dan tatapan mata Alfando saat ini.
Entahla tidak biasanya dirinya seperti ini.
Perlahan Alfando mendekati wajah tampannya,alunan lagu barat romantis berasal dari tv membuat keadaan mereka semakin terasa aneh.
Monika mencoba untuk beranjak dari sofa tapi kedua tangan Alfando berhasil menahan pinggangnya,begitu erat.
"Kau cantik," bisik Alfando parau ditelinga Monika dan Monika hanya terdiam mendapatkan pujian tak terduga dari calon suaminya itu.
"Kau sungguh membuatku merasa bergairah ketika kita berdua ini sungguh aneh. Aku bahkan tidak pernah merasakan perasaan seperti ini pada perempuan manapun,kau benar-benar membuat aku..."
Alfando menghentikan ucapannya, kini bibir seksinya sudah berhasil mendarat pada bibir tipis Monika yang berwarna merah.
Melihat Monika tidak marah ataupun menghindar, membuat pria itu semakin berani meneruskan aksinya pada perempuan yang kini tengah dipelukkannya.
Ciuman Alfando terasa lembut, sehingga membuat Monika merasa tidak canggung atau takut.
Ini adalah ciuman kedua mereka, tapi kali ini mereka benar-benar berciuman bukan hanya sekadar menempelkan bibir seperti ciuman pertama mereka dalam mobil beberapa waktu lalu.
Perlahan ciuman merekansemakin dalam, keduanya mulai memainkan lidah mereka satu sama lain dalam rongga mulut mereka.
Kedua mata mereka terpejam sepanjang mereka berciuman.
Ciuman mereka berubah menjadi lumatan kasar,nafas mereka mulai habis.
Tapi tidak ada niat untuk menghentikan aktivitas mereka,keduanya sudah benar-benar terbuai gairah.
Posisi Monika kini ada di bawah Alfando,kedua tangannya melingkar di leher Alfando.
"Aaachh...."
Monika dan Alfando mendesah secara bersamaan,ketika bibir mereka mengakhiri ciuman mereka karena kelelahan.
"You are such a good kisser," puji Alfando menatap manik mata Monika.
Kedua pipi Monika memerah,mendengar pujian dari bibir seksi Alfando.
Dia hanya tersenyum malu lalu mengarahkan pandangan kesamping.
Alfando mengarah wajah Monika untuk kembali menatapnya,tanpa buang waktu dia kembali menyerang bibir tipis merah Monika.