Chereads / Marrying My CEO / Chapter 4 - I Can't Say NO

Chapter 4 - I Can't Say NO

Kesal.

Marah.

Jengkel.

Tiga hal itu yang tengah Monika rasakan, ingin sekali berteriak kencang tapi tidak mungkin.

Bisa-bisa Alfando marah padanya lalu melemparnya keluar dari mobil kemudian meninggalkannya sendirian di jalan.

'HONEY LOVELY !! Ya Tuhan apa otak pria itu sudah rusak?'

Monika benar-benar tidak mengerti bagaimana pola pikir Ceo nya itu?

Bagaimana bisa Alfando menyuruhnya untuk memanggilnya dengan panggilan sekonyol itu?

'Dasar gay gila,' Protes Monika dalam hati.

Seperti biasa dia hanya sanggup protes dan mencaci maki bosnya tersebut dalam hati saja,setidaknya itu  membuatnya merasa sedikit lebih baik.

"Ngomong-ngomong kenapa sampai putus dengan pacar kamu?berapa lama kalian pacaran?"

Alfando membuka pembicaraan setelah beberapa saat mereka berdua saling diam.

"Lima tahun,dia mencintai perempuan lain." Suara Monika terdengar sedikit bergetar karena menahan kemarahan.

Alfando melirik Monika sekilas dan tersenyum tipis.

"Dasar pria bodoh," Ucap Alfando dengan suara datar lalu menyeringai.

"Jika aku jadi pacar kamu,aku nggak bakal selingkuh dan memilih perempuan lain." Suara Alfando terdengar serius.

'Tentu aja karena lu bakal selingkuh dan ninggalin gue demi pria lain.'

****

Alfando berjalan santai menuju ke dalam rumah kakek-neneknya sambil mengandeng jemari Monika.

Tubuh dan jemari Monika dirasakan gemetar oleh Alfando.

Dia menghentikan langkah kakinya,memutar tubuh Monika agar menghadapnya.

Alfando menatap tajam dan rahannya mengeras membuat wajahnya terlihat menakutkan di mata Monika.

Alfando mengangkat daku Monika dengan sebelah tanganya.

"Tidak perlu gugup,aku hanya mau memperkenalkanmu pada kakek-nenekku bukannya ingin menjadikanmu tumbal."

Seru Alfando dengan wajah kesal lalu melepaskan pegangan tangannya dari daku Monika dengan kasar.

Alfando membungkukkan punggungnya untuk mensejajarkan tingginya agar sama dengan Monika lalu berbisik.

"Tenanglah,kakek-nenekku bukan kanibal jadi kau tidak perlu takut."

****

Semua pelayan menyambut kedatangan mereka dengan sikap hormat dan santun.

Hangat.

Nyaman.

Kesan itu yang dirasakan oleh Monika ketika masuk pertama kalinya ke dalam rumah besar kakek-nenek Alfando,ada banyak photo keluarga terpajang di dinding dan di atas meja.

Diruang tamupun terdapat aquarium berukuran besar dengan berbagai macam ikan menghiasi kolam tersebut,sungguh indah.

Alfando menyuruh salah seorang pelayan membawa Monika keruang makan sementara dia naik ke lantai atas.

Tidak begitu lama Alfando datang bersama kakek-neneknya,yang masih sangat terlihat gagah dan cantik.

Monika segera beranjak dari kursi lalu menghampiri kakek-nenek Alfando,mencium punggung tangan mereka berdua kemudian tersenyum manis.

Kakek-nenek Alfando membalas senyuman Monika,kemudian meminta calon cucu menantunya tersebut untuk kembali ke kursi.

Mereka berempat kini sudah berkumpul di meja makan,menyantap makan malam tanpa ada percakapan yang terjadi.

Kakek Alfando paling benci bila makan sambil berbicara,menurutnya itu sungguh perbuatan tidak sopan.

"Sudah berapa lama kau berpacaran dengan cucuku, Monika?" Tanya kakek setelah menyelesaikan makanannya.

"Seminggu belakangan ini kek." Jawab Alfando berbohong dengan sikap begitu santai,lalu mengelap mulutnya dengan serbet.

Diiringi anggukan dan senyuman dari Monika.

"Aku tidak bertanya padamu  Al !!" Seru kakek dengan nada tegas kemudian mengebrak meja dengan kasar.

Hampir saja makanan yang ada dimulut Monika berhamburan keluar jika dia tidak segera menelannya.

Alfando melirik Monika,memberikan tanda agar dia segera menjawab pertanyaan kakeknya.

"Seminggu kek," jawab Monika ikut berbohong dengan sikap sedikit panik, karena masih syok melihat kemarahan kakek Alfando tadi.

Kakek tersenyum hangat pada Monika.

"Apa kau sungguh mencintai cucuku? bersedia menikah,menyayangi dan menemani Al?Apa kau siap untuk kapan saja bersanding dengan cucuku?" Tanya kakek kembali dengan wajah serius dan nada suara kembali tenang.

Monika mengangguk. "Tentu aku mencintainya dan bersedia menikah dengannya. "

Balas ucap Monika dengan berpura-pura menatap mesra pada Alfando dan memasang raut bahagia kemudian tersenyum manis pada kakek-nenek.

Kakek mengangguk kepala kemudian tersenyum bahagia. "Baguslah, kalau begitu kalian menikah dua minggu lagi".

"APAAAA!!!"

Seru Alfando dan Monika secara bersamaan, jangan tanyakan bagaimana wajah mereka.

Sudah seperti maling kena gerebek satpan,sangat pucat.

"Bukankah itu terlalu cepat kek?kami baru saja berpacaran seminggu dan kakek meminta kami untuk menikah. Astaga apa yang kakek pikirkan?menikah butuh proses dan persiapan matang."

Alfando mencoba memberikan penjelasan pada kakeknya agar mengubah ide gila itu

Suara Alfando terdengar kesal tapi tetap dalam volum normal serta sikap santun.

"Aku mohon kek,biarkan kami saling mengenal dulu dan lagipula mempersiapkan pernikahan butuh waktu lama." Lanjut penjelasan Alfando.

Mendengarkan penjelasan cucunya Kakek Alfando hanya menyeringai dan bersikap santai seolah tidak mempedulikan perkataan cucunya tersebut.

"Apa kau tahu pernikahanmu adalah hal sangat kakek inginkan,kalian bisa lebih saling mengenal setelah menikah nanti .bukankah kalian saling mencintai? apa bedanya menikah sekarang atau nanti?."

"Dan kau tidak perlu khawatir, kita akan menggunakan gedung juga ketering milik keluarga untuk pernikahan kalian nanti.

Soal undangan pernikahan kalian besok kakek akan menyuruh seseorang untuk memesannya pada kerabat kakek,satu hari pasti sudah selesai." Balas kakek santai.

"Tapi kek...." sebelum Alfando menyelesaikan kalimatnya,kakek langsung memotong kalimatnya dengan wajah marah.

"Tidak ada kata tapi Al,lakukan pernikahan itu dua minggu dari sekarang dan kakek ingin mendapat kabar kehamilan istrimu secepatnya,mengerti?"

Kakek meninggikan pita suaranya,wajah sudah benar-benar memancarkan raut marah.

Melihat situasi mulai memanas nenek Alfando segera membuka mulutnya untuk mencairkan suasana.

Nenek memegang tangan Alfando lalu tersenyum.

"Sayang,kami berdua sudah sangat tua sehingga kapanpun kami bisa meninggal.Apa kau bisa menjamin kami berdua masih bisa menyaksikan pernikahan kalian jika tidak dilakukan secepatnya?lagipula kami benar-benar sudah tidak sabar memiliki cicit seperti teman-teman kami Al." Ucap nenek lembut mencoba memberikan pengertian pada cucu tersayangnya.

Mendengarkan penjelasan neneknya,perasaannya jadi sedikit lebih tenang.

Alfando menarik napas dalam-dalam,melihat Monika yang duduk disampingnya.

wajahnya menunjukan ekspresi terkejut sama seperti dirinya lalu kembali menatap kakek-neneknya.

Digengggamnya jemari Monika dengan erat kemudian mencium punggung tangan Monika untuk beberapa saat.

Monika sedikit terkejut atas apa yang telah Alfando lakukan, Alfando menundukan kepala menarik nafas dalam-dalam kemudian menghebuskannya.

Mencoba menenangkan kondisi moodnya setelah dirasa moodnya mulai membaik.

Dia kembali menatap kakek-nenek tercintanya.

"Baiklah,kami akan menikah dan memberikan kabar baik secepat mungkin untuk kakek-nenek." Ucap Alfando dengan sikap tenang. 

Alfando menoleh ke arah Monika."Kau setujukan,sweet lovely?" tanya Alfando dengan tatapan tajam.

Monika segera mengangguk.

"Tentu,cepat atau lambat kita juga akan menikah.

Mari menikah dan memberikan cicit pada kakek dan nenek,honey lovely." Jawab Monika dengan sikap santai tapi jauh dalam lubuk hatinya,dia merasa panik.

Sangat panik.

Dia tidak setuju dengan ide pernikahan mendadak itu.

Sangat menolak ide gila kakek Alfando. 

Monika sudah tahu jika dia harus menjadi istri Alfando,bos killernya.

Tapi dia sama sekali tidak menyangka akan secepat ini.

Jujur Monika benar-benar belum siap mental sama sekali.

Somebody help me!!!!!