Chereads / Playboy juga punya hati / Chapter 41 - 41. Triple date ( Part 3 )

Chapter 41 - 41. Triple date ( Part 3 )

Jam 18.30 Darma, Andri, Ani dan Teguh sudah ada di loteng. Sementara Risya dan Arul harus ke kantin dulu membeli makanan buat mereka berenam.

" Beli apa lagi sayang? kayaknya masih belum cukup deh. Kita beli martabak lagi ya. " kata Arul dengan penuh semangat.

" Hah, martabak juga udah beli 3 kali kak. ntar siapa yang mau makan. kita kan udah beli makan malam juga, cemilan minuman dingin. udah nanti kebanyakan. "

" takut kurang. "

" kak...Stop!!! kata Risya merentangkan kedua tangannya mencoba menghalangi Arul yang mau beli makanan lagi.

" mereka udah nungguin kita, jadi stop beli makanan lagi. " kata Risya dengan galak.

Sebenarnya Arul begitu tegang karena mau minta restu dari mas Darma untuk hubungannya dengan Risya. apalagi ini pertama kali buat Arul. kecemasan terlihat jelas diwajahnya mengingat bagaimana pertemuan pertama Arul dan mas Darma dulu.

" beneran ini cukup?"

" iya udah cukup. yuk buruan nanti mereka bisa mati kelaparan nungguin kita." Risya menarik tangan Arul.

Mereka sampai di loteng dengan membawa begitu banyak makanan. Mas Darma dan lainnya sampe melongo melihat makanan yang mereka bawa.

" Assallamuallaikum semua. " kata Risya dan Arul bebarengan.

" waallaikumsalam." sahut mereka bebarengan.

" Yuk kita makan. " teriak Risya sambil duduk di tikar yang sudah mereka siapkan dan mengeluarkan semua makanan yang mereka beli di kantin.

" Banyak amat beli makanannya Ris?" tanya mba Andri

" iya Ris sapa yang mau makan makanan sebanyak ini. kamu kira perut kita karung. jangan mentang-mentang gaji kamu gede trus beli makanan berlebihan gini. boros kamu Ris. mubadir kalo sampe ga dimakan. " ceramah mas Darma panjang lebar.

" Udah ceramahnya??? sekarang biar Risya jelasin. ini semua kak Arul yang beli pake uang dia dan malah Dia tadi takut kalo makanan ini kurang dan mau beli lagi. kalo Risya nggak stop. mungkin 1 kantin bakalan dia beli semua. "

Aul hanya senyum-senyum sambil garuk-garuk kepala yang nggak gatal.

Teguh menyenggol perut Arul.

" wah...banyak duit lo sekarang. jangan-jangan besok lo puasa 1 bulan gara-gara beliin makanan ini. " Sindir Teguh.

" hahahaha.." mereka semua tertawa

" Sekali-sekali gapapalah. kan ga setiap hari, jarang-jarangkan kita bisa ngumpul bareng kaya gini. lagian uang bisa dicari, tapi momen seperti ini jarang terjadi. kebahagiaan tidak bisa dibandingkan dengan uang, Man " kata Arul pada Teguh sahabatnya

Mas Darma mulai kagum dengan pemikiran Arul. ternyata dia lebih menghargai kebahagiaan daripada uang yang berarti dia nggak tamak atau pelit sama uang.

Mereka menikmati makanan dengan nikmat sambil sesekali bersenda gurau. mereka duduk berpasang-pasangan. Mas Darma memeluk mesra mba Andri. Mba Andri dengan manja menempelkan kepalanya di dada mas Darma sambil sesekali menyuapinya makanan atau cemilan. bagitu juga Ani dan Teguh. Teguh tidur dipangkuan Ani sambil juga saling menyuapi makanan.

Hanya Risya dan Arul yang masih terlihat canggung. Arul dan Risya memilih duduk ditangga. Arul duduk dianak tangga diatas dan Risya duduk dianak tangga dibawahnya. Arul hanya melingkarkan tanganya di pundak Risya. dan sesekali mengecup kepala Risya yang bersandar di dadanya. Arul begitu terlihat canggung dengan situasi saat itu. Apalagi sesekali mas Darma selalu melirik mereka melalui sudut matanya.

Malam semakin larut, merekapun berkemas hendak pulang ke kamar masing-masing. Arul sedang melipat tikar dengan Teguh, mba Andri menyapu lantai yang kotor sementara Ani dan Risya mengumpulkan sisa makanan dan bungkus cemilan untuk di buang ke tempat sampah. dan membawa pulang makanan yang masih belum tersentuh.

" Rul, bisa kita bicara sebentar? " kata mas Darma pada Arul.

" iya mas.." Arul menghampiri mas Darma

Mereka akhirnya menjauh dari yang lain untuk bicara berdua.

" ada apa mas? " tanya Arul dengan hati berdebar-debar.

" Apa kamu benar-benar cinta sama Risya?"

" iya mas. saya benar-benar cinta sama Dia. saya ingin segera menghalalkannya menjadi milik saya mas. "

" kamu tau Rul, Risya itu adikku satu-satunya. kami bukan dari keluarga berada. kami cuma dari keluarga sederhana. Apa kamu tidak akan menyesal? kami harus berjuang jika kami ingin sesuatu. " pikiran mas Darma menerawang sambil menatap langit.

Malam itu langit terlihat sangat indah. bintang-bintang bertebaran dimana-mana. Arul menghela nafas panjang. Dia meletakkan kedua tangannya diatas tembok pembatas diatas loteng.

" Insha Allah saya tidak akan menyesal mas. Saya juga bukan dari keluarga berada. Saya mencintai Risya tanpa syarat. saya terima dia apa adanya. saya hanya ingin hidup bahagia dengan orang yang saya cintai mas. "

" Berjanjilah kamu tidak akan pernah meninggalkannya dan tidak akan menyakiti hatinya. Adik saya memang terlihat sangat tegar dan mungkin seperti lelaki dan tomboy. tapi jauh di dasar hatinya Dia tetaplah wanita yang rapuh dan butuh untuk dilindungi. Sayangilah dia dengan segenap jiwa dan ragamu. jangan pernah kamu sia-siakan Dia."

" Saya berjanji mas, saya nggak akan pernah menyakitinya, saya akan jaga dan lindungi dia melebihi diri saya sendiri mas. Karena buat saya Dia lebih berharga dari apapun. "

" Saya pegang janji kamu. kalo sampai kamu melukai hatinya. kamu akan saya hancurkan. "

" Saya mengerti mas."

" Hayoo lagi ngomong apa sih? serius amat? " teriak Risya sambil meletakkan kedua tangannya diatas pundak mereka berdua.

" nggak usah kepoo.. ini pembicaraan antar lelaki." kata kak Arul sambil menggenggam tangan Risya.

" yeee..peliit." Risya manyun.

" udah malem yuk pulang. " ajak mas Darma.

" Tapi mas...kamu belum bilang yang tadi kita omongin di kantin. " cegah Risya.

" Tanya aja sama Arul. " kata mas Darma sambil memeluk mba Andri lalu pergi diikuti Ani dan Teguh.

" eh...eh...kak? gimana? "tanya Risya penasaran.

" Arul malah tersenyum. udah ayuk pulang udah malem. " sambil menggandeng tangan Risya