Arul mulai gelisah Dia nggak bisa membuang-buang waktu terlalu lama dengan Bela. Risya nggak bisa bertahan lebih lama lagi. Dia harus segera memperoleh kesepakatan dengan Bela. apapun itu. Bela mengerti kegelisahan yang Arul rasakan saat ini. Dia sengaja bermain-main dengan emosi Arul saat ini.
Anto yang melihat dari balik kaca di ruang keamanan juga merasa geram. Tinggal 3 Jam lagi waktunya. Dia menjadi ikut gelisah.
"Apa maumu Bel?" tanya Arul tampak sangat gusar.
Bela menyunggingkan senyum. namun tak berkata-kata. sengaja agar Arul semakin terpojok dan memohon padanya.
" Ok Bel, aku nyerah, aku akan turuti semua maumu. tapi tolong sumbangkan darahmu untuk Risya. Aku mohon Bel. " kata Arul sambil menangkupkan kedua tangannya.
Bela tertawa penuh kemenangan. Sekarang Dia bisa memanfaatkan Arul sesuka hatinya.
" kamu yakin akan melakukan semua yang aku mau?"
Arul menggigit bibir bawahnya menahan emosinya kepada gadis ular dihadapannya namun saat ini dia tidak punya pilihan lain Selain menurutinya.
" Apapun yang kamu mau Bel. "
" Janji. "
" Ya aku janji. Ayoo sekarang kita ke rumah sakit Bel. " Arul menarik tangan Bela agar mengikutinya ke Rumah sakit tapi Bela menghempaskan tangan Arul dengan kasar.
" kau pikir Aku orang yang bodoh Rul? bahkan aku belum menyebutkan apa syaratku padamu. dan seenaknya kamu mau menyeretku ke Rumah Sakit?"
" Tapi Bel, waktunya nggak banyak lagi. kita harus segera melakukan transfusi darah Bel. tolong Bel, kita bisa melakukan apapun syaratmu setelah kau selesai melakukan transfusi darah itu.."
" Tidak...tidak akan. aku tidak akan mempercayaimu begitu saja Rul. kamu sudah mengkhianatiku satu kali dan itu tidak akan terulang lagi. "
" ok..apapun yang kau mau, lakukan dengan cepat. "
" oke. suruh masuk temanmu itu dan biarkan dia mencatat semua perjanjian antara kita. aku juga butuh saksi supaya kamu tidak mengkhianatiku lagi"
Arul lalu memanggil bang Anto.
" Bang maafin gue ngrepotin lo lagi bang. Tolong bantu gue mencatat perjanjian antara gue dengan Bela, bang."
" nggak papa Rul, lo yang sabar ya. "
" ya bang."
Tolong catat perjanjian antara aku dan Arul, bang !!!
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Pihak Pertama : Arul Safta Aji
Pihak Kedua. : Belinda Shakira
bahwa Pihak Pertama menginginkan agar Pihak Kedua menyumbangkan 1 kantong Darah untuk pacar Pihak Pertama yang bernama : Risya Adlina putri. Adapun sebelum Pihak Kedua menyumbangkan darahnya, Pihak pertama harus melakukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Pihak Pertama harus memohon dengan cara bersujud agar Pihak kedua mau menyumbangkan darahnya.
" Apa-apaan ini ?" bang Anto merasa begitu kesal dengan syarat yang diajukan Bela. Dia menjadi emosi dan berhenti mencatat. Dasar wanita nggak berperasaan. seenaknya aja bermain-main dengan nyawa orang.
" ya...itu sih terserah Arul mau apa nggak melakukan itu. " kata Bela dengan sombong
Arul menggigit bibirnya menahan amarah dalam hatinya. tangannya gemetar sambil mengepalkan tinjunya. Tapi yang terpenting adalah keselamatan Risya.
" Oke. aku setuju."
" Rul...." bang Anto menatap Arul dengan kepedihan dimatanya.
" ga papa bang."
2. Kamu tidak boleh menuntut Aku dan mengatakan bahwa semua hanya kecelakaan bukan faktor kesengajaan
" Oke akan kulakukan."
3. Arul harus memutuskan hubungan dengan Risya dalam waktu 1 minggu. dan berjanji tidak akan menikah dengannya sampe kapanpun.
" Apa ??? kamu gila Ris, aku nggak bakal mutusin dia sampe kapanpun." dan aku sudah berjanji untuk menikah dengannya. aku tidak mungkin mengingkari janji yang aku buat sendiri. Tolong jangan larang aku untuk menikah dengannya." Airmata Arul mulai menetes dipipinya. bagaimana bisa dia tidak boleh menikah dengan Risya. satu-satunya wanita yang ingin dinikahinya.
" Ya itu derita lo. Rul. kalo nggak setuju nggak papa. kamu hanya bisa melihatnya menjadi mayat. Aku dipenjara nggak masalah. aku sudah puas bikin kamu dan Risya menderita."
" Rul, jangan lakukan ini. aku sudah lumayan sehat kok. kamu bisa ambil darahku lagi. daripada kamu terjebak pada perjanjian bodoh seperti ini. "
" Tapi itu nggak mungkin bang. aku juga nggak bisa ngorbanin kamu bang. mereka juga nggak mau bang ambil darah kamu lagi. " ucap Arul dengan berat hati.
Hatinya hancur berkeping-keping. hari-hari yang begitu bahagia bersama Risya muncul di otaknya silih berganti bagaikan rekaman Film. Dan Dia harus kehilangan itu semua. janji yang dia ucapkan untuk hidup bersama dan membuat Risya bahagia. kini hanya akan menjadi mimpi baginya. Apa Dia akan sanggup hidup tanpa Risya. membayangkan hari-hari yang akan dia lalui tanpa gadis yang di cintainya membuat dia begitu lemah.
Lalu bisakah Dia nantinya menyakiti gadis itu?
Risya. apakah Dia bisa menerimanya?
Dia tidak pernah menyangka Bela akan mengajukan syarat seperti ini. kalo syarat 1 dan 2 dia masih bisa melaksanakannya. walaupun begitu dirasa keterlaluan tapi Arul masih bisa menjalankan asalkan Dia bisa selamat. Dan dia akan mendampinginya saat masa penyembuhan akan menjaganya selalu disisinya. Tapi point ke 3 itu begitu berat dirasakannya. Tapi yang terpenting adalah keselamatan Risya yang akan terjadi besok tidak lagi dipedulikannya.
" ba...ba..baiklah aku setuju. "Ucap Arul terbata-bata.
" Nah gitu dong. " ucap Risya penuh kemenangan. kemudian tulis lagi
Bahwa perjanjian ini dilakukan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Hormat kami
Pihak Pertama
Arul Safta Aji
Lalu Risya mengeluarkan sebuah materai dan di tempelkan di kertas perjanjian dan menyuruh Arul menandatanganinya. Arul masih memegang penanya. Dia masih sedikit ragu ingin menandatangani perjanjian itu.
" Bismillahirohmanirohim." Arul mengucapkan Bismillah sebelum menandatangani surat perjanjian tersebut..