Apa yang terjadi dokter? bukankah dia sudah mendapatkan 2 kantong darah itu dokter. kenapa kondisinya belum membaik? "
Dr. Arnold tak mampu menjawab pertanyaan Arul. dia hanya terdiam tak mampu berkata-kata sambil terus memperhatikan layar monitor. Dia lalu memberikan kode kepada suster agar Arul keluar. suster segera mengerti situasinya
" Maaf pak, bapak harus keluar dulu. biar kami bisa bekerja dengan baik. " kata suster
" Tapi sus, ijinkan saya menemaninya. Dia membutuhkan saya suster. "
" Tapi maaf pak kami tidak akan dapat bekerja dengan baik jika bapak masih disini. percayakan pada kami pak. kami akan berikan yang terbaik untuk calon istri bapak. Biar kami yang menanganinya ya pak. bapak tolong bantu doa. " kata suster sambil mengantarkan Arul keluar dari ruang ICU.
*******
Di luar Ruang ICU berkumpul teman-teman Risya yang setia menunggunya. Mereka kaget melihat Arul keluar dari ruang ICU.
Mereka lalu mendekati Arul yang masih menatap ke Risya melalui kaca. mereka juga melihat Risya dari balik kaca yang sedang ditangani oleh dokter.
Layar monitor menunjukan garis lurus yang menandakan Risya telah tiada. denyut jantung Risya sudah tidak ada lagi. Arul tidak rela dengan apa yang dilihatnya. Dia memukul-mukul kaca dan berteriak-teriak.
" Bangun Risya...bangun....bertahanlah sayang. jangan pergi. kumohon Risya bangun. Risya kau ingat janji kita Risya, kita akan segera menikah Risya. kita akan memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan. kita akan menjalani hidup ini bersama-sama. tolong...tolong jangan tinggalkan aku. aku bisa mati tanpamu Risya." Arul berteriak histeris. ketika Widi dan Lili meeraih pundaknya menjauh dari ruang ICU
" Risya....Risya..."
*******
Sementara dokter berusaha menyelamatkan Risya dengan memberinya alat pacu jantung. Dokter terus memacu jantung Risya.
Risya yang melihat Arul begitu terpuruk melihat keadaannya seperti itu. Dia sangat sedih dan merasa tidak rela meninggalkannya sendiri.
" Kak, aku juga sangat mencintaimu.. aku juga nggak mau meninggalkanmu. aku ingin melalu bersamamu ka. aku ingin menikah denganmu memiliki anak2 yang lucu..aku nggak mau meninggalkanmu...aku nggak mau pergi ka. aku akan kembali untukmu, aku akan kembali padamu."
Tiba-tiba layar monitor menunjukan pergerakan grafiknya. denyut jantung Risya kembali.
" Dok denyut jantung pasien kembali dok." seru suster dengan gembira.
Dr. Arnold menghentikan memacu jantung Risya. Dia menggunakan stetoskopnya untuk memeriksa kondisi Risya. nafasnya mulai stabil. detak jantungnya juga mulai stabil.
" Ini sebuah keajaiban suster. pasien telah kembali. " kata Dr. Arnold yang tersenyum puas melihat kondisi Risya.
Risya perlahan-lahan mulai sadar.
" kak...Arul.." rintihnya.
" nona Risya Anda sudah sadar." tanya Dr. Arnold.
" kak...Arul. gumamnya lagi. tanpa merespon pertanyaan dari dokter.
*******
Widi dan Lili menyeret Arul untuk menjauh dari ruangan Risya. Mereka sangat marah pada Arul. apalagi mereka melihat Arul diusir suster dari ruang ICU. padahal dokter semalam bilang bahwa Risya tidak boleh dijenguk karena kondisinya belum stabil. Tentunya mereka menjadi sangat marah dengan Arul dan curiga Arullah yang membuat jantung Risya berhenti berdetak.
Arul tersungkur dilantai.
"aaaargh..." Arul berteriak kaget karena merasa dilempar dari tempatnya. tubuh dan hatinya memang sangat lemah saat ini apalagi melihat kekasih hatinya sudah pergi meninggalkannya.
Mereka lalu menghajar Arul bertubi-tubi. Arul tidak melawan, bahkan Dia membiarkan dirinya dipukuli oleh teman-teman Risya. Dia seolah tidak lagi merasakan sakit karena pukulan itu. Dia benar-benar putus asa, semua usahanya sia-sia sekarang. Untuk apa aku hidup jika cintaku sudah tidak ada lagi. Arul merasa pantas mendapatkan semua ini. bahkan kalo mereka membunuhnya sekarang mungkin Arul justru akn mengucapkan terima kasih, karena membawanya bertemu dengan kekasihnya. Otaknya seperti kosong dan tak mampu berpikir.
" pukul...pukul saja terus sampe aku mati. Aku akan berjumpa dengannya lagi jika aku mati." gumamnya lirih sambil menatap kosong.
Mereka akhirnya berhenti memukuli Arul karena melihat tatapan Arul yang kosong. bahkan darah yang mengalir di bibir dan pelipisnya tidak dipedulikannya. Arul sudah seperti mayat hidup. Widi mencengkeram baju Arul dan akan memukulnya lagi. ketika suster keluar.
" Ada yang bernama Arul?" tanya suster.
Semua mata memandang ke arah Arul. namun Arul seperti tidak mendengarkan sekelilingnya. tatapannya kosong dan sangat menyedihkan. akhirnya suster mendekati Arul karena melihat ekspresi semua orang.
" Anda bapak Arul? pasien sudah sadar dan ingin bertemu dengan Anda." kata suster menyadarkan Arul dari kekacauan hatinya.
" Apa suster Risya sudah sadar? Dia sadar suster? Dia mau bertemu denganku" tanya Arul sambil mengguncang tubuh suster dengan kedua tangannya.
" Ya pak pasien sudah sadar kembali dan kondisinya sudah stabil saat ini. " jawab suster
Arul langsung berlari ke ruang ICU tanpa memberikan jawaban pada suster. Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah sakit dan masuk menemui kekasihnya.
Risya masih terbaring lemah di ranjangnya. namun kali ini Dia mengulurkan tangannya ketika melihat Arul muncul dari balik pintu. Arul langsung menyambut tangan Risya. menciumnya berkali-kali dengan perasaan sangat bahagia dan penuh syukur. Diciumnya kening Risya, dengan sangat lama. lalu diciuminya semua wajah Risya dengan bahagia. Sampai Risya merasakan bau darah yang menyengat hidungnya.
Ditatap lekat-lekat wajah kekasihnya. dan betapa terkejutnya Risya saat melihat Darah di Pelipis dan mulut Arul.
" A...apa yang ter..ja..di? " tanya Risya penuh kekhawatiran sambil menyeka darah yang ada dimulut Arul.
" Aku baik...baik saja sayang. aku terbentur pintu karena kurang hati-hati tadi saking bahagiannya mendengar kamu sudah sadar. "
Risya tersenyum mendengarnya. Walaupun bibir Risya masih pucat. namun begitu menggoda bagi Arul. Apalagi dia begitu merindukannya. beberapa hari melelahkan baginya. Dia mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Risya hendak menciumnya. Bibir mereka sudah saling terpagut. dan sengatan listrik sudah mereka rasakan ketika mereka di kagetkan oleh suster.
" Hhm...Maaf pak, kondisi nona Risya sudah mulai stabil dan akan dipindahkan ke ruang perawatan sekarang." kata suster mengagetkan mereka berdua.
mereka berdua tersenyum malu-malu karena ketauan suster sedang berciuman.
" Oh...iya sus. " Kata Arul melepaskan tangan Risya.
*******