Chereads / Playboy juga punya hati / Chapter 48 - 48. Cinta yang Hilang.

Chapter 48 - 48. Cinta yang Hilang.

" Oke. aku sudah penuhi semua keinginan kamu Bel. sekarang ayoo cepat kita ke rumah sakit. "

"Tunggu. syarat yang pertama belum kamu laksanakan Rul. Memohonlah padaku."

Arul mengerti maksud Bela. dengan segera Arul menjatuhkan dirinya dan bersimpuh di hadapan Bela sambil menakupkan kedua tangannya di dada. Bang Anto memalingkan mukanya karena tidak tahan melihat kejadian itu.

" aku mohon padamu Bel, sumbangkan darahmu untuk Risya. "

" hahahhaha....bagus Rul, itu yang aku mau darimu. sekarang bersujudlah.." perintah Bela dengan penuh kesombongan.

" Cukup Bel." teriak bang Anto yang tidak tahan melihat kejadian itu dan mentap Arul dengan begitu iba.

Arul memang tak berdaya dengan keadaan ini. Dia tak lagi menghiraukan harga dirinya demi wanita yang dicintainya, Arul bersujud dikaki Bela dan kembali memohon.

Bang Anto sampai menitikkan airmatanya melihat kejadian itu. Pak Yogi pun sama tidak tahan melihat penghinaan yang dilakukan Bela pada Arul. dan yang lebih menyakitkan adalah Bela merekam semua kejadian itu.

" Dia memang wanita ular, Dia memang sakiit jiwa, bagaimana mungkin dia menyebut bahwa Dia sangat mencintai Arul dengan tindakannya seperti ini. " pikir Anto dengan geram

*******

Di Rumah Sakit Cahaya Kasih. Risya masih terbaring lemah di ruang ICU. Berbagai peralatan medis dipasang di tubuhnya. tangan kanannya terpasang selang Infus. dan di tangan kirinya terpasang tranfusi darah. bang Anto yang tinggal sedikit lagi. Dilayar monitor terekam denyut jantung Risya yang semakin lemah. Tiba-tiba denyut jantungnya berdetak sangat cepat. dan nafasnya mulai tersengal-sengal. Suster yang menjaga di ruang ICU segera memencet tombol untuk memanggil dokter. namun ditunggu selama 5 menit. belum ada dokter yang datang.

Suster yang panik segera berlari ke ruang jaga dokter. dan berteriak memanggil dokter. membuat kaged mas Darma dan yang lainnya. mereka lalu bertanya pada suster

" Ada apa sus?" Tanya Somad

" pasien Anval mas. saya harus memanggil dokter segera. " jawab suster terburu-buru.

Arul yang baru mengantar Bela donor darah langsung berlari ke ruang ICU. Dia melihat bagaimana kekasihnya tersengal-sengal nafasnya. hatinya bak tersayat sembilu. Andai bisa biar Dia saja yang menggantikan rasa sakit yang Risya derita.

" Bertahanlah sayang...jangan pergi, aku disini. aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku..aku mohon." Arul meratap sambil mengulurkan tangannya di balik jendela kaca. seakan ingin memberikan kekuatan pada Risya. Dan ajaibnya Risya seolah tau kehadiran Arul dan mendengar kata-katanya sehingga nafasnya kembali stabil.

Dr. Arnold datang ke ruang ICU dengan setengah berlari.

" Sus, apakah pendonor yang 1 sudah datang?"

" Sudah dok. Dia sedang diambil darahnya oleh suster Amel. sebentar saya ambilkan dok. "

" oh ya sus, tolong sekalian ambilkan saya suntikan obat penenang untuk pasien."

" Baik Dok. "

Suster segera keluar dari ruang ICU. Diam-diam Arul masuk ke ruang ICU dengan menggunakan baju rumah sakit. Dia sengaja dari pintu belakang dan menutup tirai agar tidak ada yang tau kehadirannya. Arul memohon kepada Dr. Arnold agar diijinkan untuk menemani Risya calon Istrinya.

Awalnya Dr. Arnold tidak setuju. namun melihat reaksi Risya tidak menolak kehadiran Arul membuat Dr. Arnold menyetujuinya demi kesembuhan pasien. Setelah kondisi Risya stabil setelah mendapatkan tranfusi darah dan obat penenang yang Dia berikan. Dokter Arnold meninggalkan ruang ICU dan membiarkan Risya bersama Arul. Karena sebelumnya Arul sudah meminta tolong agar tidak mengijinkan siapapun masuk dengan alasan kesehatan Risya belum stabil.

Arul melihat Risya dengan tatapan kosong. Matanya sembab karena tidak tidur dan banyak menangis. bahkan hingga saat ini Arul belum makan sama sekali.

Setelah kejadian melelahkan ini, Dia merasa sangat letih. dan tertidur pulas di samping ranjang Risya sambil memeluk Risya yang belum tersadar.

Sementara Risya yang masih tak sadarkan. merasa ada yang memeluknya dengan nyaman. alam bawah sadarnya menyadari kehadiran Arul disisinya. Cintanya membuat perlahan-lahan matanya terbuka. Dilihatnya rambut Arul yang hitam legam bercahaya sangat indah. membuat tangannya reflek membelai rambut lelaki itu dengan lembut bahkan seperti melayang hingga tak dapat dirasakan oleh Arul yang masih tertidur lelap.

Seuntai senyuman tersungging di bibir Risya yang pucat. kesadarannya belum sepenuhnya kembali saat Arul terbangun dari tidurnya. Arul merasakan kepalanya sangat berat. dan lehernya terasa kaku, diusapnya cairan bening dimulutnya. dia baru menyadari dirinya berada di rumah sakit. ketika dia melihat tubuh kekasihnya berada disampingnya. dia lalu mengecek kondisi kekasihnya. memegang dahi kekasihnya dengan punggung tangannya

" sudah tidak demam." gumamnya. itu berarti infeksinya sudah sembuh. pikirnya.

Dia mencoba mengajak bicara kekasihnya, untuk menstimulasinya agar segera sadar.

Diraihnya tangan kekasihnya yang masih lemah. dan diletakkan dipipinya, merasakan tubuh gadis itu yang terasa dingin tidak seperti dulu yang terasa hangat.

" sayang, bangunlah. aku begitu merindukanmu. bangunlah untukku. jangan siksa aku seperti ini. aku mohon bangunlah. Aku akan mengajakmu..." Tiba-tiba Arul tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dia tidak mungkin membuat janji kosong lagi. walaupun Risya salam keadaan tidak sadarkan diri, tapi Dia tak ingin membohonginya.Tak tertahankan lagi airmatanya jatuh membasahi pipinya yang pucat. dia mulai terisak lagi sambil terus mencium tangan Risya.

Risya yang kesadarannya sedikit-sedikit mulai kembali tak tega melihat airmata kekasihnya. dengan lemah dia berusaha memanggil kekasihnya. Namun suaranya seolah tidak mau keluar sama sekali. Dia berusaha dengan keras memanggil kekasihnya. tapi sekuat apapun dia berusaha, Arul tak dapat mendengar suaranya. "Apakah aku sudah mati? " pikirnya. Bagaimana mungkin kak Arul tidak bisa mendengarku padahal aku sudah berteriak dengan sangat keras. Risya berusaha lagi memanggil Arul. Kali ini dia juga mencoba untuk menggenggam tangan Arul, lagi-lagi dia gagal melakukannya. Tubuhnya tetap Diam tak bergerak seperti mayat. bahkan dia bisa melihat tubuhnya terbaring dengan sangat lemah.

" A...apa...apa yang terjadi pada diriku ? bagaimana bisa aku melihat diriku sendiri disana.? apa aku sedang bermimpi ? kak Arul, aku disini..? lihatlah aku disini. " teriak Risya sambil menunjuk-nunjuk pada dirinya sendiri. tapi Arul mengabaikannya, dia bahkan tak bisa mendengar ataupun melihat Risya yang saat itu tengah berteriak memanggilnya.

Risya mendekati kak Arul, dia bahkan berjongkok di depan kak Arul tepat di wajahnya. dia menggoyang-goyangkan tanganya agar kak Arul bisa melihatnya. tapi tetap saja Arul mengabaikannya. penasaran Risya mencoba menyentuh wajah kekasihnya, namun gagal. Dia seolah sedang memegang hologram seperti di film X-Man. Dia tidak bisa menyentuh wajah kak Arul. Dia begitu sedih, airmatanya mengalir deras di pelupuk matanya. jadi...jadi benar aku sudah mati?? Risya sangat syok dengan keadaannya. Dia masih bisa melihat kekasihnya begitu lembut menciumnya, mengajaknya bicara tentang masa depan. tapi dia tidak mampu menyentuhnya. Risya berjalan gontai menuju pintu ruang ICU. dia ingin keluar dari ruangan yang menyesakkan dadanya. Dia ingin menyentuh handle pintu untuk membukanya. tapi apa yang terjadi, dia tidak bisa memegang handle pintu itu. bahkan sepertinya handle pintu itu bisa ditembusnya. Dia melihat kedua tangannya..mencoba berulangkali menggapai handle pintu dan lagi-lagi Dia gagal melakukannya.

Dia berbalik melihat dirinya lagi, menatap kembali pada kekasihnya lagi. menatap kelayar monitor yang bergerak dengan lebih cepat. Dia juga melihat dirinya yang tiba-tiba tersengal-sengal dan melihat ekspresi panik kekasihnya yang segera memencet tombol gawat darurat untuk memanggil dokter Dia juga bisa mendengar ketika Arul berteriak dengan keras memanggil dokter.

" Dokter....dokter....dokter..." teriak Arul

Dia juga bisa melihat pria berbaju putih dengan stetoskop di lehernya dan di ikuti 2 orang suster berlari kearahnya bahkan dia berusaha mundur dan menyilangkan kedua tangannya didepan mukanya saat para dokter dan suster itu menabraknya.

" Hah ??? bagaimana mungkin dia tidak jatuh saat ditabrak oleh dokter dan suster itu bahkan mereka bisa menembus tubuhnya ? itu berarti...aku...aku...aku sudah mati? benarkah aku mati ?

Dia menatap kembali pada jasadnya yang terlihat lemah. Dia melihat ketika suster mengusir Arul untuk pergi dari sisinya.