" Darah O negatif dok." tanya mas Darma pada Dokter. butuh berapa kantong dok?
" Iyaa. O negatif paling tidak 2 kantong lagi. "
" Saya akan cari dok sampai dapat." kata Arul
Tak lama tampak Risya ya keluar dari ruang operasi dengan masih tidak sadarkan didorong oleh 2 orang perawat menuju Ambulance.
Arul segera berlari mengikuti Risya menuju Ambulance.
" Risya...Risya...bangun sayang. " teriang Arul di tepi ranjang Risya dan ikut mendorong ranjang dengan tergopoh-gopoh.
Risya masih tak sadarkan diri karena pengaruh anastesi yang diberikan Dr. Radith. wajahnya begitu pucat seperti tak memiliki darah dalam tubuhnya. hati Arul begitu perih melihatnya seperti itu. ternyata cintanya membuat gadis itu menjadi seperti ini. Airmata mengalir kembali dimatanya.
Saat akan masuk ke ambulance tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh mas dan dilempar ke belakang. tubuh Arul yang lemah tersungkur di lantai. walaupun Arul lebih tinggi dari mas Darma namun saat ini tubuhnya begitu lemas seperti tanpa tulang apalagi mas Darma saat itu sedang sangat marah sehingga tenaganya menjadi sangat kuat. Arul terlempar jauh ke lantai dan kepalanya terbentur Meja pendaftaran yang terletak tidak jauh darinya.
Darah mengalir dari pelipis matanya, sesaat pandangannya kabur. tapi dia tetap berusaha bangkit dan mengejar Risya namun dihadang lagi oleh mas Darma.
" Jangan pernah dekati adikku lagi. kmau hanya membuatnya dalam bahaya. " teriak mas Darma dengan geram sambil mencengkeram kerah baju Arul.
" Tapi mas... semua ini kecelakaan. Aku nggak tau kalo Bela tiba-tiba menusuknya dari belakang. kalo aku tau, aku tidak akan membiarkan ini terjadi. aku pasti akan melindunginya mas. "
" Aku tidak percaya lagi kata-kata manismu itu.pergi dari sini !!! " bentak mas Darma sambil mendorong Arul ke belakang. Tubuh Arul tersungkur kembali. secara fisik dan psikis kondisinya sangat lemah.
Mas Darma langsung masuk ke salam Ambulance diikuti mba Andri yang masih berusaha menenangkannya. Arul bangkit kembali untuk mengejar ambulance yang mulai berjalan meninggalkan Klinik dengan cepat.
" Risyaaaa..." Arul berteriak karena tak mampu mengejar ambulance itu. Mang Ali mengejar Arul dan mencoba menenangkannya. Dia sangat memahami perasaan Arul saat ini. namun Dia hanya mampu terdiam tanpa mampu berkata apa-apa di dekat Arul.
" Mang ali...cepat Antar aku mengejar ambulance itu..." teriak Arul seolah sadar dari keterpurukannya.
Dia bergegas menuju tempat parkir dan langsung mengejar Ambulance yang membawa Risya.
" kerumah sakit mana ini Rul?" tanya mang Ali karena tidak lagi melihat Ambulance tadi.
" Duh...aku juga nggak tau mang. kemana mereka membawa Risya." Arul menjadi panik dan tidak bisa berpikir lagi.
" Kita cari ke Rumah sakit yang terdekat dulu aja mang. "
Rumah Sakit Cahaya Medika. mereka sampai disana beruntung Arul melihat ambulance yang membawa Risya terparkir disana. Dia langsung berlari ke arah resepsionis.
" Sus, pasien atas nama Risya ada dikamar berapa?"
" ohh...pasien korban penusukan itu? masih ada di ruang IGD Pak. karena masih diobservasi oleh Dokter. "
"Dimana Ruang IGD nya?"
" Dari sini bapak lurus aja, nanti bapak Belok kanan diaitu ruang IGD nya pak"
"Terima kasih Sus."
Arul langsung berlari ke ruang UGD. tiba disana dia meliht mas Darma dan yang lain di luar ruangan dengan sangat cemas. Tidak lama Dr. Arnold temannya Dr. Radith keluar.
" Dimana keluarga pasien?"
" Sa...saya dok. Saya kakaknya. " jawab Mas Darma.
" Begini pak, pasien saat ini dalam kondisi kritis karena Dia kehilangan banyak Darah san kami butuh darah secepatnya. Golongan darahnya O negatif pak dan itu termasuk langka. dan kami tidak memilikinya di rumah sakit ini. kalo mungkin ada dari saudara atau kerabat pasien bisa segera menghubungi suster pak. Dan kami membutuhkannya dalam waktu 6 jam saja. Karena jika tisak segera dilakukan transfusi darah saya takut..."
Dr. Arnold tidak melanjutkan kata-katanya.
" takut apa dok... apa yang akan terjadi sama adik saya dok?" teriak mas Darma sambil menggoyang-goyang kedua tangan dokter Arnold.
" saya takut adik anda tidak akan tertolong lagi pak. " jawab Dr. Arnold dengan wajah sangat menyesal.
Mas Darma menjadi lemas, tubuhnya ambruk dan bersimpuh dilantai. mba Andri hanya bisa menangis memeluk mas Darma.
Arul yang melihat dari jauh, kakinya tiba-tiba menjadi terasa tidak bertulang. tak mampu berdiri lagi dia bersandar ke dinding. dadanya terasa sesak dan sulit untuk bernafas. namun pikirannya terus terngiang kata-kata Dr. Arnold
Dia hanya punya waktu 6 jam untung mendapatkan darah bergolongan O negatif. otaknya berpikir dengan keras siapa diantara orang yang dia kenal memiliki golongan saeah O negatif. Dia terus berpikir, namun tidak juga menemukan apa yang dicarinya.
Adzan Subuh berkumandang menyadarkannya bahwa Dia tidak boleh terpuruk dan harsu tetap bertahan demi Risya. Dia merasa pikiran dan hatinya sangat lelah saat ini. langkah kakinya gontai menuju masjid Rumah sakit. hatinya benar-benar mati rasa. kondisinya saat ini mungkin tidak layak untuk menjalankan sholat. Bajunya begitu kotor dan berlumuran darah. tapi saat ini dia hanya ingin mengadu pada RobbNya
meminta padaNya agar menyelamatkan kekasih hatinya. Tiada kekuatan yang mampu melebihi kekuatan Tuhannya. hanya itu yang mampu menolong kekasihnya saat ini. Dia mengambil air wudhu. membersihkan bercak darah di bajunya hingga bajunya basah kuyup. tapi tetap tak diperdulikannya.
Saat Dia melangkahkan kakinya hendak memasuki masjid dengan baju yang basah seorang marbot yang daritadi memperhatikannya memberinya Baju koko pada Arul.
" Gantilah pakaianmu Nak, ini ada baju. tidak bagus tapi bersih dan layak untuk sholat." kata Pria separuh baya itu.
" Terima kasih pak. saya akan mengembalikannya nanti. "
" jangan kamu pikirkan itu. sholatlah. "
Arul mnegikuti sholat berjamaah di mushola rumah sakit itu. Dia menangis sejadi-jadinya pada Robbnya.
" Ya Allah aku kembali menengadahkan tangan kepadamu. Aku memohon padamu keselamatan untuk Risya ya Robb. tolong sembuhkan Dia. Hamba mohon padaMu, hamba rela menggantikan Dia menderita ya Robb yang penting dia bisa sembuh. Hamba rela melakukan apapun untuknya ya Allah termasuk meninggalkannya ya Allah asalkan dia tidak berada dalam bahaya. tolong tunjukan pada hamba dimana hamba bisa menemukan darah O negatif. " Arul kembali terisak dalam doanya.
Dia memikirkan kata-kata mas Darma. Dia tidak boleh egois, Dia tidak boleh membawa Risya dalam bahaya seperti ini lagi. Walaupun Dia sangat mencintai Risya.Tapi mas Darma benar semua yang terjadi pada Risya memang gara-gara dirinya. Coba saat itu dia mengantarkan kembali Risya ke kamarnya dan memastikannya aman pasti semua tidak akan terjadi seperti ini.
Semua memang karena kecerobohannya. harusnya Dia menyadari bahwa Bela memang sakit jiwa.
Harusnya Dia yang lebih mengenal Bela bisa melindungi Risya dan menjauhkan Risya dari Bela.
Harusnya Dia tidak membuat Bela cemburu buta hingga mengancam keselamatan Risya. Arul terus meruntuki dirinya sendiri. perasaannya begitu hancur saat itu.