Chereads / Tomboyish Women / Chapter 3 - Menemukan setitik harapan

Chapter 3 - Menemukan setitik harapan

Tomboyish Women

Chapter 2

Sepertinya aku mulai mendekat dengan setitik cahaya yang ada di otaku, atau mungkin di hatiku. Aku mulai menemukan orang-orang yang menyayangiku dan orang yang mulai mau berteman denganku

"Mitsuko!"

Eh? Suara ini, jangan-jangan! Apa mungkin itu Chika? Aku kan tidak memberi tau alamat rumahku kepadanya

"Bangun! Kau pikir ini jam berapa!"

"Baik bu"

Ternyata itu hanya ibuku. Mana mungkin seseorang yang baru aku kenal kemarin sudah mau menjemputku ke sekolah dan berjalan bersama

Saat aku keluar rumah, aku benar-benar terkejut! Dia benar-benar ada di depan rumahku! Bagaimana dia tau kalau aku tinggal di sini!

"Ba-Bagaimana kau tau alamat rumahku!"

"Aku kemarin mengikutimu. Bukankah itu hal yang biasa?"

Heh? Apa orang-orang yang berteman di luar sana memang melakukan hal seperti itu? Sepertinya tidak, apa mungkin perkembangan zaman merumah segalanya?

"Apa kau yakin,Chika?"

"Tentu saja! Sudah, ayo kita berangkat!"

"Tu-Tunggu dulu, bekalku masih di dalam!"

Saat aku masuk untuk mengambil bekalku, sepertinya lagi-lagi ibuku tidak membuatkan bekal atau menaruh uang di meja

"Ayo, kita berangkat"

"Mana bekalmu? Bukankah kau bilang tertinggal di dalam?"

"Su-Sudah jangan banyak bicara, ayo"

Aku menarik tangan Chika agar dia tidak banyak bertanya. Dia benar-benar perhatian kepadaku, seperti ibuku saja. Tidak, andai saja ibuku memang seperti Chika

Sesampainya kami di sekolah, bu Kazumi sudah menungguku di depan gerbang. Seperti biasa, beliau membawa kantong pelastik yang berisikan onigiri dan minuman botol

"Apa tidak masalah, bu Kazumi?"

"Maksudmu?"

"Kau membawakanku makanan setiap hari?"

"Kenapa masalah?"

Dia memang guru yang sangat baik. Aku harap dia cepat mendapatkan seorang anak. Bu kazumi sudah menikah dengan suaminya selama 2 tahun, namun sampai sekarang belum memiliki seorang anak. Aku harap dia bisa menjadi ibu yang baik nantinya

"Terima kasih, bu Kazumi"

"Tidak seperti biasanya, kali ini kau datang bersama Chika"

"Mulai hari ini, kami adalah sahabat, sahabat sejati!"

"Ja-Jangan berteriak, Chika!"

Entah kenapa, Chika selalu berteriak jika membicarakan suatu hal yang menurut dia menarik. Kurasa memang cocok orang aneh bersahabat dengan orang aneh lainnya

"Kalau begitu, kami masuk kelas dulu. Sampai jumpa, Kazumi-chan!"

"Kau harus memanggilku sensei saat di sekolah!"

"Ah.."

Chika memanggil bu Kazumi dengan sebutan chan? Bukankah itu sebutan untuk perempuan yang lebih muda? Sebenarnya seberapa dekat hubungan bu Kazumi dengan Chika?

"Kau dekat sekali ya, dengan, bu Kazumi?"

"Tentu saja, aku kan adiknya!"

"Eh!? Tapi kalian tidak mirip sama sekali! Dan kenapa waktu itu sia memanggilmu Fukuda!?"

"Kazumi-chan mirip dengan ayahku, dan aku mirip dengan ibuku! Kalau itu, mungkin dia hanya iseng"

Mereka tidak ada miripnya sama sekali. Seperti bukan adik kakak saja. Andai saja aku mempunyai seorang kakak atau adik perempuan juga. Tapi setelah kupikir, sepertinya tidak. Aku tidak ingin mereka merasakan apa yang kurasakan di rumah

Pelajaran pertama hari ini adalah pak Ichiro. Dia merupakan guru paling tampan di sekolah ini. Dia selalu menggoda murid perempuan yang ada di kelas menggunakan bahasa inggris. Jadi pasti kalian sudah tau bukan bahwa dia ini mengajar bahasa inggris di kelas kami

"Good morning, semuanya!"

Begitulah dia menyapa semua anak-anak di kelas. Kalau kau ingin menyapa dengan bahasa inggris, tolong jangan setengah-setengah!

"Good morning, pak Ichiro"

"Mitsuko, I love you"

Meskipun dia tampan, tetap saja aku tidak menyukainya. Karena aku bukan tipe wanita yang melihat orang dari fisiknya saja. Tidak seperti wanita sekarang, melihat laki-laki hanya dari fisiknya, ketika di sakiti dia akan berkata 'Semua laki-laki itu sama saja' benar-benar konyol

"Kau selalu saja mengabaikanku. Aku merasa sangat tersakiti"

Saat dia berkata seperti itu, semua anak perempuan menatapku dengan mata yang buas. Tentu saja, pria yang mereka idam-idamkan mengatakan I love you kepadaku tepat didepan mata mereka dan aku menolaknya begitu saja

"Bisakah kita memulai pelajarannya, pak?"

Seperti yang aku harapkan dari Chika. Dia sepertinya ingin melindungiku dari guru hidung belang dan anak-anak perempuan yang melihatku dengan mata buasnya

"Okey, let's study!"

Meskipun dia guru yang suka menggoda, tapi ku akui kalau caranya mengajar itu sangatlah menarik dan mudah di mengerti

Akhirnya pelajaran pak Ichiro selesai dan waktunya istirahat. Seperti biasa, aku pergi ke atap dan membuka onigiri dari bu Kazumi. Hari ini sepertinya akan turun hujan, karena awan gelap sudah mulai menutupi matahari

Meskipun gelap, tapi tidak masalah, karena aku sudah terbiasa. Meskipun gelap, setidaknya aku masih bisa merasakan hembusan angin yang sejuk dan masih bisa bernapas dengan lega

"Mitsuko!"

Terlebih lagi, disini ada suara berisik yang aku sukai. Dialah yang pertama dan satu-satunya orang yang menemaniku disini

"Bukankah sudah aku bilang jangan berteriak"

"Ba-ba-baik!"

"Kau masih berteriak!"

Seperti biasa, aku marahi sedikit saja wajahnya memerah dan hanya menunduk seperti orang ingin menangis

"sudah cepat duduk dan makan bersamaku"

"Okay"

Saat aku sedang makan bersama Chika, tiba-tiba saja dia menanyakan hal yang membuatku terkejut

"Apa kau bahagia menjalani kehidupanmu, Mitsuko?"

"Uhuk…"

Aku sangat terkejut. Maksudku, apa mungkin dia tau masalah yang aku derita saat sedang berada di rumah?

"Ke-kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?"

"Hanya ingin bertanya"

"Itu…"

Apa aku harus jujur kepada Chika? Tapi aku baru kenal dengannya beberapa hari ini. Sepertinya aku tidak perlu menceritakan kehidupanku padanya. Aku tidak ingin dia menjauhiku karena kehidupanku

"Aku tidak bahagia di rumah"

Heh? Apa maksudnya tidak bahagia di rumah? Apa dia mengalami hal yang sama dengan diriku di rumah?

"Kalau boleh tau, kenapa kau tidak bahagia di rumah?"

"Aku selalu di beda-bedakan dengan kakak ku. Kakak perempuan pertamaku adalah seorang dokter, dan Kazumi-chan adalah seorang guru. Mereka adalah orang-orang yang hebat, tidak seperti aku yang tidak bisa melakukan apapun dengan benar"

Berbeda denganku, sepertinya masalah yang di alami Chika lebih menuju ke hati. Sedangkan aku lebih menuju ke fisik dan mental

"Aku pikir itu tidak benar! Kau itu orang yang hebat, Chika!"

"Benarkah?"

Tidak seperti biasanya, kali ini dia terlihat lebih pendiam saat ini. Dia terlihat cantik saat sedang diam begini, rambut panjangnya yang berwarna hitam terurai terkena hembusan angin kencang. Tapi aku tidak suka dia yang seperti ini, wajahnya terlihat murung dibandingkan dirinya yang biasanya

"Menurutku, kau ini sangat sangat sangat baik. Kau mau menerima berandalan sepertiku dan menganggapku sebagai sahabatku. Aku benar-benar menyayangimu, Chika!"

"Mi-tsu-ko…"

Dia menangis dan memeluku sekuat tenaga. Meskipun sesak, tapi kehangatan ini terasa nyaman. Sudah lama aku tidak merasakan pelukan sehangat ini

"Sudah.. sudah.. kau ini sangat cengeng"

Dia tidak bicara apa-apa dan terus memeluku dengan erat. Dia ini seperti anak kecil yang kekurangan kasih sayang, seperti diriku. Tapi aku tidak akan membiarkan Chika merasakan apa yang aku rasakan!

"A-Aku ingin ke kamar mandi dulu!"

"Baiklah"

Saat dia pergi ke kamar mandi, tidak lama kemudian bu Kazumi datang menghampiriku. Sepertinya dia mendengar semua pembicaraanku dengan Chika

"Kau ini memang hebat, Mitsuko"

"Apa ibu mendengar semuanya, bu Kazumi?"

"Kau tidak ingin Chika merasakan apa yang kau rasakan saat di rumah. Terima kasih, Mitsuko"

Tiba-tiba bu Kazumi memeluku. Kehangatannya sama seperti Chika, bahkan harumnyapun sama dengan Chika

"Aku juga berterima kasih kepada Chika dan bu Kazumi, karena kalian sudah mau menerimaku apa adanya"

"Itu adalah tugasku sebagai guru pembimbingmu"

Saat aku sedang berpelukan dengan bu Kazumi, Chika pun datang menghampiri kami. Dia terlihat sangat iri bu Kazumi memeluku

"Ayo kesini, Chika"

"Kazumi-chan!"

Chika langsung memeluk bu Kazumi. Akhirnya entah bagaimana kami bertiga malah berpeluka di atas atap sekolah

Bel berbunyi menandakan pelajaran akan di mulai. Dan kami bertiga masih berpelukan di atap gedung sekolah

"Ano… bukankah kita seharusnya kembali ke kelas?"

Setelah aku mengatakan itu, akhirnya mereka berdua melepaskanku. Sepertinya mereka menikmatinya!

"Baiklah. Ayo kembali ke kelas"

Sepertinya aku harus lebih banyak mengetahui tentang Chika. jujur saja, awalnya aku kira Chika itu memiliki kehidupan yang bahagia

Setelah pelajaran berakhir, seperti biasa, aku pulang bersama Chika

"Bagaimana kalau kau menginap di rumahku!"

"Aku tidak yakin dibolehkan oleh ibuku"

"Aku akan ikut bersamamu dan memintakan izin untukmu!"

"Ti-tidak perlu, aku akan izin sendiri"

Aku tidak ingin Chika melihat kelakuan ibuku padaku. karena aku pikir, Chika tidak perlu tau apa yang terjadi di rumahku

"Kalau begitu, aku akan mengirimi mu pesan nanti malam, Mitsuko"

"A-Aku tidak memiliki handphone"

"Heh? Serius!? Dijaman seperti ini!?"

Bagaimana aku ingin membeli Handphone, untuk makan sehari-hari saja aku tidak ada. Lagipula itu tidak penting untuku

"Baiklah, aku akan menunggumu di depan rumahmu, Oke!"

"Jangan, bukankah bahaya jika wanita keluar malam-malam"

"Tentu saja aku tidak pergi sendiri, aku akan pergi bersama Kazumi-chan!"

"Bukankah itu akan merepotkannya?"

Tanpa bicara apa-apa, Chika langsung pergi dengan kedua tangan membentang, apa dia bocah! Aku yakin ibuku tidak akan pernah mengijinkanku. Karena yang dia mau dariku hanyalah belajar dan terus belajar

"Aku pulang"

Saat aku masuk, seperti biasa, ibuku sedang bermesraan dengan pacarnya di ruang tamu. Rasanya aku ingin cepat-cepat dewasa dan pergi dari rumah busuk ini

"Ibu, aku akan menginap malam ini"

"Kau mau menginap kemana? Apa kau sudah tidak betah tinggal disini? Pergi sana!"

Apa dia serius mengusirku? Itu adalah kata-kata paling membahagiakan yang keluar dari mulut ibuku. Aku sudah menunggunya dari dulu

"Baiklah. Aku tidak akan kembali lagi ke rumah ini"

"Jangan tunjukan wajahmu di hadapanku lagi!"

Dia melemparkan botol minuman yang sedang ia minum bersama pacarnya itu. Sepertinya dia masih sangat dendam kepadaku atas apa yang terjadi saat aku kecil

Aku langsung membereskan pakaianku, buku pelajaranku, dan barang-barang berharga yang aku miliki. Meskipun hanya foto ayahku yang berharga

Saat aku keluar, Chika dan bu Kazumi sudah menunggu di luar. Sepertinya mereka kebingungan, aku hanya menginap sehari tapi membawa tas sebesar ini

"Kau ingin menginap atau camping, Mitsuko?"

Saat bu Kazumi membercandaiku, jujur saja aku tidak ingin tertawa sedikitpun. Tapi karena aku tidak ingin mereka tau, akhirnya aku tertawa dengan terpaksa

"Cepat naik, Mitsuko"

Saat aku masuk ke dalam mobil, Chika langsung memeluku. sepertinya dia menyadari kalau aku belum mandi

"Kau belum mandi, Mitsuko!?"

"Ba-Bagaimana kau tau?"

"Penciumanku ini sangat tajam loh!"

Aku tidak bisa mengelak saat Chika berkata seperti itu. Bu Kazumi yang biasanya banyak bicara kini menjadi diam tak bersuara sedikitpun

"Sudah sampai!"

Chika langsung menarik tanganku dan mengajaku ke dalam rumahnya. Rumahnya sangat besar! Bahkan dia memiliki halaman yang luas. Mungkin 5x lipat dari rumahku. Dia benar-benar anak orang kaya. Gerbangnyapun sangat tinggi

Dia masih menderita meskipun kehidupannya semewah ini. Memang benar, uang mungkin bisa membeli barang apapun, tapi tidak dengan kebahagiaan

Saat aku masuk ke dalam rumahnya, isinya benar-benar sangat mewah dan luas. Aku tidak pernah memasuki rumah sebesar ini

"Rumahmu benar-benar sangat luas!"

Saat aku masuk, datanglah seorang wanita yang sangat cantik. Dia mirip seperti Chika, apa mungkin dia ini ibunya?

"Apa kau Mitsuko?"

"I-Iya, apa ibu, ibunya Chika?"

"Benar, bagaimana kau tau?"

"Soalnya wajah ibu terlihat sangat mirip dengan Chika"

Sepertinya beliau merupakan ibu yang baik. Terlihat dari cara berbicaranya yang sangat lembut. Beliau benar-benar mirip dengan Chika, meskipun Chika selalu berteriak sih

"Terima kasih sudah mau berteman dengan Chika, dia ini anak yang sangat manja saat di rumah. Apa saat di sekolah juga seperti itu?"

"Aku ini tidak manja tau! Hmpp!"

Sepertinya dia memang benar-benar manja. Tapi, bukankah dia bilang kalau dia tidak bahagia di rumah? Apa dia hanya pura-pura ceria di depan ibunya?

Meskipun dia manja, sebenarnya hatinya Chika ini sangat kuat. Jika hatinya lemah, mungkin saja dia sudah frustasi. Aku pasti akan membuatnya selalu bahagia, meskipun aku tidak tau caranya!