Tomboyish Women
Chapter 8
Hari ini, aku akan menanyakan langsung kepada Chika, kenapa dia bisa di hakimi oleh wanita-wanita bodoh itu, sekaligus menanyakan Yuuto, kenapa dia bisa berteman dengan Yakuza semengerikan itu. Bukannya masalah, tapi aku hanya penasaran saja, Yuuto mendapatkan teman dari mana
"Mitsu, ayo berangkat"
"Iya, kami pergi, ibu"
"Hati-hati di jalan, kalian berdua"
Sepertinya Take juga kebingungan dengan masalah kemarin, buktinya, hari ini dia tidak banyak bicara dan terlihat sedang berpikir keras
"Kau sedang memikirkan apa, Take?"
"Apa kau tidak penasaran, dengan masalah kemarin?"
"Sudah kuduga, kau pasti memikirkan kejadian kemarin. Baiklah, hari ini kita akan menanyakannya langsung pada mereka berdua"
Sampailah kami di sekolah. Saat aku masuk kelas, sepertinya Chika tidak hadir hari ini, begitupun Yuuto. padahal kami sangat penasaran dengan mereka berdua, dan mereka malah tidak hadir hari ini
"Sepertinya kita tidak bisa menanyakannya hari ini, Take"
"Ya, padahal aku sangat penasaran dengan mereka"
Sepertinya hari ini aku dan Take tidak bisa melepaskan rasa penasaran kami, karena orang yang bersangkutannya tidak hadir. Saat pelajaran sedang berlangsung
"Permisi, maaf saya terlambat"
"Yuuto, karena kau terlambat, ambil ember dan berdiri di depan"
"Eh…"
Akhirnya Yuuto di hukum oleh pak guru berdiri sambil memegang ember. Aku akan balas dendam kepadanya karena waktu itu dia meledek aku dan Chika!
Setelah pelajaran selesai, aku langsung berlari kedepan pintu untuk meledek Yuuto yang sedang di hukum, tapi, setelah aku keluar dia tidak ada!
"Sial, padahal aku ingin balas dendam!"
Aku dan Take akhirnya mencari Yuuto, aku sudah mencarinya ke kantin, kelas, ke atap, dan dia tidak ada dimanapun!
"Sebenarnya kemana anak itu pergi!"
"Sabar, Mitsu, nanti juga dia akan masuk ke kelas setelah bel masuk"
"Baiklah, ayo kita tunggu Yuuto di kelas!"
Akhirnya aku dan Take memutuskan untuk menunggu Yuuto di kelas, bel berbunyi menandakan istirahat sudah berakhir, tapi Yuuto belum juga datang. Kami terus menunggu, pejaran ke tiga dan keempat berakhir dan bel pulang sekolah berbunyi tapi Yuuto tidak datang juga!
"Kenapa dia tidak masuk ke kelas!"
"Sepertinya hari ini kita tidak bisa menanyakannya, sebaiknya kita pulang"
"Apa kau tidak mengikuti eskul apapun?"
"Sepertinya aku akan ikut sepak bola, besok aku akan mendaftar ke sana"
Akhirnya aku dan Take pulang dengan rasa penasaran yang membelenggu di hati kami. Besok tidak akan ku biarkan Yuuto lolos!
"Mitsu, cepat bangun, waktunya sarapan"
Sudah beberapa hari aku sudah tinggal di sini. Aku tidak pernah menyangka akan merasakan kehangatan dan kebahagiaan keluarga seperti ini
"Ibu…"
"Ada apa, Mitsu?"
"Aku mencintaimu, ibu"
Ibu langsung memeluku dengan sangat erat. Aku tidak bisa seperti ini terus, atau aku akan menjadi anak manja nantinya
"Sekarang kau sarapan dan langsung mandi, Take sudah menunggumu"
"Baik, bu"
Aku langsung keluar dari kamarku dan benar kata ibu, Take sudah menungguku di meja makan
"Selamat pagi, Mitsu"
"Selamat pagi, Take"
Selesai sarapan dan mandi, aku dan Take menuju sekolah, dengan harapan bisa menghilangkan rasa penasaran yang membelenggu dihati kami
"Kita akan membongkar semuanya hari ini, apa kau siap?!"
"Yes, mam!"
"Baiklah, kita menuju medan perang sekrang!"
Sampailah kami di sekolah, hari ini, sepertinya Chika tidak datang lagi, biasanya dia sudah hadir sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai, dan lima menit lagi pelajaran akan dimulai. Apa dia masih takut dengan kejadian waktu itu
"Setidaknya, kita harus mengetahui tentang Yuuto, oke?"
"Baiklah, kalau itu kemauan Mitsu, aku akan selalu membantumu kapanpun dimanapun!"
Mengapa Take berkata seperti itu! Dia membuat jantungku berdetak sangat cepat saat ini. Ada apa denganku
"Kenapa wajahmu memerah, Mitsu?"
"Ti-Tidak ada apa-apa! Sudah cepat kita cari Yuuto"
"Mau mencarinya kemana? Kelas sebentar lagi akan di mulai, loh?"
"K-Kau benar, kalau begitu, kita tunggu saja dia!"
Kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini kepada Take! sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku ini. Hanya dengat kata-kata, dia bisa membuat ku seperti ini, apa karena dari dulu tidak ada orang yang mau dekat denganku, ya?
Saat aku dan Take sedang berdiskusi ingin mencarari Yuuto, tiba-tiba dia muncul di hadapan kami dan dengan santainya mengucapkan
"Selamat pagi"
"Yuuto! akhirnya kami menemukanmu. Kemana kau kemarin?"
"Bolos"
Dengan santainya dia bilang seperti itu! Sudahlah, yang penting sekarang aku bisa menanyakan masalah teman-teman samurainya
"Yuuto, aku ing-"
Baru saja aku ingin bertanya, bel sekolah sudah berbunyi saja. kalau begitu, aku akan menanyakannya nanti setelah jam istirahat
"Take, awasi Yuuto terus!"
"Yes, mam!"
"Tunggu, kenapa aku harus di awasi? Memangnya ada apa denganku?"
Tanpa berkata apa-apa, aku langsung masuk ke kelas, begitupun Take. Meskipun aku berkata seperti itu, tetap saja dia terlihat tidak peduli. Padahal dia akan di awasi, loh!
Saat ditengah pelajaran, Yuuto ijin ke kamar mandi, begitupun Take. Aku menyuruhnya mengwasi Yuuto kemanapun dia pergi, sekalipun ke kamar mandi
Saat kembali, Take membisikan sesuatu kepadaku, karena aku duduk di belakang dan Take duduk di depanku
"Mitsu, kau ingin mengetahui sesuatu tentang Yuuto?"
"Apa? Cepat katakan!"
"Ternyata ukuran Yuuto-"
Sebelum dia mengatakan lebih lanjut, aku langsung menghajarnya. Sebenarnya apa yang dia bicarakan. Lagi pula, kenapa dia bisa tau!?
"Take, aku penasaran"
"Tentang ukuran Yuuto?"
"Bukan, bodoh! Bagaimana kau tau tentang… ukurannya?"
"Aku mengawasinya tadi sesuai perintahmu!"
Aku tidak menyuruhnya sampai mengawasi seperti itu, dasar Take bodoh! Dan juga, mengapa dia berniat memberi taunya kepadaku!
"Apa Yuuto tidak merasa terganggu kau awasi seperti itu?"
"Dia sudah menganggap aku tidak ada, makanya aku bebas mengawasinya"
Sebegitu tidak pedulinya kah dia kepada orang lain, sampai-sampai dia tidak perduli dengan keadaan Take yang mengawasinya secara terang-terangan!
Akhirnya, bel istirahat berbunyi. Aku sudah menyuruh Take untuk menjaga di pintu depan, dan aku di pintu belakang. Dan benar saja, Yuuto orang yang pertama kali menuju pintu keluar belakang
"Eh... bisakah kau minggir? Aku ingin keluar"
"Kau mau kemana?"
"Ini kan jam istirahat, tentu saja aku ingin pulang"
Tidak-tidak, mana ada orang yang pulang saat jam istirahat! Kalau kau ingin ke kantin atau makan itu wajar, tapi kalau pulang sepertinya hanya kau seorang yang melakukannya!
"Kau harus ikut kami sebentar, dan kau tidak boleh pulang!"
"Tidak mau, aku ingin pulang"
"Tidak akan aku biarkan. Take, bawa Yuuto ke tempat biasa!"
"Yes, Mam!"
Aku dan Take membawa paksa Yuuto menuju atap sekolah. Dan tidak terduga, dia tidak melawan sama sekali. Baguslah, ini jadi lebih mudah
"Kami akan mulai introgasinya, Yuuto"
"Aku haus, belikan minum"
"Eh…? Baiklah, tunggu sebentar"
"Kau introgasi saja, biar aku yang membelikannya minum, Mitsu"
Akhirnya Take pergi membeli minum untuk Yuuto. karena ini untuk mengintrogasinya, tentu saja setidaknya aku membelikannya minum, kan?
"Mitsu, kau terlihat seperti perempuan sekarang, sangat cantik"
"Hah…?"
Apa yang baru saja Yuuto katakan! Disini hanya ada kami berdua, di atas atap dengan angin sepoy-sepoy. Dia seperti ingin menyatakan perasaannya kepadaku! Apa yang harus aku katakan kalau dia benar-benar menyatakan perasaannya. Take, cepatlak kembali!
"Waktu pertama kali kau masuk, kau terlihat sangat tomboy, di jauhi semua orang, bahkan tidak ada yang berani menatap dirimu, termasuk aku. Tapi sekarang kau sudah berubah, kau memiliki sahabat dan memiliki seorang pacar, aku harap kau bisa bahagia selamanya. Aku sangat sedih ketika melihat orang lain seperti diriku yang tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain"
Dia tersenyum, baru kali ini aku melihat senyumnya yang sangat manis. Aku ingin memakannya, terlihat sangat manis. Seperti kue coklat yang berlumur kemana-mana
"Ke-kenapa kau sangat senang, melihat aku bahagia?"
"Itu karena-"
Belum selesai mengucapkan kata-katanya, Take sudah terlebih dulu kembali. Yuuto langsung diam dan tidak melanjutkan kata-katanya
"Mitsu, apa kau sudah mengintrogasinya? Kenapa wajahmu memerah?"
"A-Aku baru saja mau bertanya, aku menunggumu, Take"
"Berikan minumnya, aku haus"
Aku benar-benar penasaran dengan apa yang ingin dia ucapkan. Tapi aku tidak bisa menyalahkannya, mungkin saja itu sesuatu yang memalukan untuk di ungkapkan di depan Take, seperti menyatakan perasaan, mungkin? Tidak-tidak, kenapa aku memikirkan hal seperti itu!
"Ada apa mitsu? Kenapa kau menampar kedua pipimu? Apa kau tidak apa-apa?"
"Baiklah, kita mulai introgasinya!"
"Hmm…"
Dia terlihat sangat santai, padahal dia ingin di introgasi. Seharusnya dia lebih tegang dan lebih merasa deg-degan, bukannya santai seperti ini!
"Kau ingin mengetahui masalah temanku waktu itu bukan?"
"Kau sudah tau? Kalau begitu bagus, aku tidak perlu menanyakannya lagi"
"Traktir aku makan"
"Hah…?"
Memberi minum itu hal yang biasa, tapi sampai minta makan juga! Apa dia menduga bahwa aku akan menyuruh Take lagi dan dia bisa melanjutkan kata-katanya tadi?
"T-Tidak! Sebentar lagi pelajaran akan di mulai, jadi jawab sekarang!"
"Eh.. baiklah. Mereka adalah temanku di bar"
"Kau minum-minuman keras!?"
Take langsung memotong cerita Yuuto dan langsung menanyakan itu. Sepertinya Take benar-benar terkejut mendengarnya
"Tunggu, Take, biarkan dia menjelaskannya dulu"
"M-Maaf…"
"Aku bekerja disana setiap malam, jadi aku bertemu banyak orang termasuk teman samuraiku itu. Karena dia sering mampir, kami semakin akrab dan dia menganggap aku sebagai sahabatnya dan tamat. Begitulah ceritanya"
Ternyata Yuuto bukanlah anak dari ketua Samurai dan hanya seorang pekerja sambilan di bar untuk membayar uang sekolahnya
"Memangnya orang tua mu kemana?"
"Mereka bercerai, karena aku tidak seperti yang mereka harapkan, tidak ada yang mau membawaku, jadi aku tinggal bersama neneku dan nenek pun sudah meninggal. Rumah neneku di ambil alih oleh ayahku dan aku di usir. Makanya aku bekerja sambilan setiap malam"
"Mengapa orang tuamu kejam sekali!"
"Mitsu, kau tidak boleh mengatakan orang tuanya seperti itu"
"K-Kau benar, Take. maafkan aku, Yuuto"
"Kau tidak bersalah, wajar saja jika kau berkata seperti itu. Orang tua seharusnya mendidik anaknya menjadi lebih baik, tapi mereka tidak. Mereka hanya mementingkan pekerjaan dan pekerjaan, jika aku tumbuh menjadi anak yang tidak berguna, itu salah mereka bukan?"
Kata-kata Yuuto tidaklah salah, tapi dia melupakan sesuatu dan aku akan memberi tau kepadanya sekarang
"Yang kau katakan tidaklah salah, tapi, meskipun tanpa didikan dan kasih sayang orang tua, kau harus berusaha menjadi yang terbaik untuk mereka, agar mereka sadar akan keberadaanmu. Kau harus membalasnya dengan prestasi!"
"Sebagai orang tua yang benar-benar sayang dengan anaknya, ketika anaknya gagal seharusnya mereka menyemangati dan mengajari, bukannya menendang aku keluar dari kehidupan mereka, kan?"
Aku tidak bisa berkata apa-apa, karena aku juga mengerti apa yang Yuuto rasakan. Aku sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi untuk menerangi hatinya
"Dengar, bel sudah berbunyi. Sebaiknya kita kembali kekelas sekarang, Mitsu, Yuuto"
"Kau benar, ayo!"
"Aku ingin pulang"
"Tidak boleh, ayo kita belajar bersama!"
Aku menarik tangannya untuk memastikan dia tidak kabur, tapi justru Take yang tidak bergerak dan hanya berdiam diri seperti patung
"Ada apa, Take?"
Baru saja aku melepasnya sebentar, tapi Yuuto sudah menghilang entah kemana! Tapi, wajah Take terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu
"Ada apa, Take?"
"Apa kau menyukainya, Mitsu?"
Menyukai siapa? Apa amksud Take, Yuuto? mengapa dia menanyakannya. Sepertinya ada yang aneh dengan Take
"Mengapa kau menanyakan itu?"
"Sudah katakan saja. Apa kau menyukainya?"
"Aku tidak tau. Ayo kita kekelas, pasti guru sudah masuk ke kelas kita!"
"Mitsu, aku-"
Baru saja Take ingin mengatakan sesuatu, tapi wali kelas kami sudah datang untuk mencari kami karena kami tidak juga kembali kekelas
"Kalian berdua, ambil ember dan berdiri di depan kelas!"
Akhirnya aku dan Take di hukum berdiri di depan kelas dengan memegang ember berisikan air. Tadi Yuuto, sekarang Take, sebenarnya apa yang mau mereka katakan?