Tomboyish Women
Chapter 6
Setelah membuat suasana menjadi canggung, akhirnya makan malampun selesai. Aku membantu bu Ishikawa untuk mencuci piring, begitupun Take. Sepertinya bu Ishikawa sangat bersyukur memiliki anak seperti Take, dia bisa membahagiakan ibunya, sedangkan aku, hanya bisamenyusahkan ibuku saja
"Baiklah, sekarang kita tidur. Mitsuko, kau tidur bersama ibu ya, karena hanya ada dua kamar dirumah ini"
"Baiklah"
"Selamat malam ibu, Mitsu"
"Selamat malam, Take"
Setelah aku dan bu Ishikawa berbaring, bu Ishikawa terus menatapku dan terus tersenyum kepadaku. Aku tidak tau apa yang bu Ishikawa pikirkan, tapi satu hal yang pasti, aku sudah lama tidak merasakan tidur bersama seorang ibu
"Aku sangat bahagia, bisa tidur bersama bu Ishikawa"
"Apa yang membuatmu bahagia?"
"Aku sudah lama tidak tidur di futon senyaman ini, dan aku juga sudah lama tidak tidur bersama ibuku"
Tanpa bicara, bu Ishikawa langsung memeluku dengan erat. Seakan dia merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Take dan bu Ishikawa bisa saling melengkapi satu sama lain
"Ada apa, bu Ishikawa?"
"Kau sudah mengalami banyak masalah, Mitsuko. Kau ini benar-benar anak yang sangat kuat! Mulai sekarang, aku akan memberikan kasih sayang penuh sebagai seorang ibu untukmu"
Lagi-lagi, air mata membanjiri pipiku. Aku benar-benar lemah menghadapi situasi seperti ini. Setiap aku mendapat pelukan dari orang dewasa, rasanya aku mengingat ibuku di masa lalu
"Te-terima kasih, ibu!"
"Melihat kau nangis seperti ini membuatku sakit. Aku jadi teringat Take saat ditinggal ayah dan adiknya. Dia menangis sangat keras seperti Mitsuko saat ini. Dan aku, bukannya menenagkannya, malah ikut menangis bersamanya"
Aku tidak bisa menjawab apa-apa dan terus memeluknya sambil menangis. Saat ini aku merasa bisa menangis sepuasnya dan menceritakan semuanya kepada bu Ishikawa
"Kau tau, kenapa dari tadi aku menatapmu sambil tersenyum?"
Aku hanya menggelengkan kepala dan terus memeluk bu Ishikawa. Aku seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggalkan oleh ibunya
"Aku jadi teringat pada anak ku"
"Eh? Bukankah anak ibu hanya Take?"
"Waktu aku pindak ke luar negeri, aku sedang megandung anak ke-2 saat itu. Mungkin sekarang dia sudah umur 2 tahun"
"Lalu, kemana dia? Siapa namanya? Aku ingin bertemu dengannya"
Sepertinya aku salah melontarkan pertanyaan. Air mata mulai menetes dari mata bu Ishikawa. Aku juga tidak sadar, tadi bu Ishikawa mengatakan Take menangis ditinggalkan ayah dan adiknya
"A-Ada apa, bu?"
"Namanya Mai Ishikawa, dia adalah anak yang cantik dan sangat penyayang. Tapi pada suatu hari…"
Air mata bu Ishikawa semakin deras, suaranyapun semakin menyedihkan. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Pada suatu hari, Mai pergi bersama ayahnya untuk membeli balon yang ada disebrang jalan raya dekat mall yang sedang kami kunjungi. saat menyebrang, mereka tertabrak mobil dan langsung meninggal ditempat"
Saat mendengar itu, aku langsung memeluk erat bu Ishikawa sambil menangis. Sepertinya Take juga mendengarnya, karena kamar kami bersebalahan dengan Take. terdengar suara tangisannya dari kamar sebelah
"Aku akan berusaha untuk membahagiakanmu, ibu"
"Terima kasih, Mitsuko. Kau ini benar-benar anak yang baik. Aku yakin kau bisa membuatku bahagia"
Setelah bercerita, aku tertidur dipelukan bu Ishikawa. Rasanya sangat nyaman dan hangat, tidak ada yang bisa mengalahkan pelukan seorang ibu
"Mitsu, cepat bangun dan sarapan. Mitsu!"
Karena sangat nyenyak, aku sampai sulit dibangunkan oleh Take. dan sepertinya bu Ishikawa pun merasakan hal yang sama sepertiku
"Ayo, Mitsu. Biarkan ibuku tidur lebih lama"
"Tapi, bagaimana dengan sarapanmu?"
"Aku yang akan mebuatkannya untuk mu dan juga ibu. Kau mandi duluan saja"
"Biarkan aku membantumu, Take"
"Sudah, kau mandi saja sana. Kalau tidak, kita akan terlambat"
"Kau benar, kalau begitu, aku mandi duluan"
Sepertiny Take banar-benar bisa diandalkan sebagai seorang anak. Padahal dia laki-laki, tapi dia bisa mengatasi masalah rumah tangga
Selesai mandi, aku langsung membantu Take untuk menyidangkan makanannya dan juga membungkusnya untuk bekal
"Sebaiknya kau mandi, aku yang akan membangunkan ibu. Aku akan menunggumu selesai mandi"
"Baiklah"
Baru saja aku ingin membangunkan bu Ishikawa, tapi dia sudah terlebih dulu bangun dari tempat tidur
"Selamat pagi, bu Ishikawa"
"Selamat pagi, Mitsuko. Panggil saja ibu"
"Apa boleh? Terima kasih, ibu"
Aku benar-benar merasa seperti memiliki kelurga yang sangat bahagia. Meskipun tidak ada seorang suami, tapi bu Ishikawa bisa melakukannya sendiri. Karena bu Ishikawa seorang yang cerdas, setelah pak Ishikawa meninggal, beliau mulai bekerja lagi dan memiliki penghasilan yang lumayan
"Selama menunggu Take, aku akan menyisirkan rambutmu. Rambutmu benar-benar berantakan"
"Baiklah, terima kasih, ibu. Aku sangat bahagia, berada dirumah ini bersama ibu dan Take"
"Ibu juga bahagia, memiliki anak seperti Take dan seperti mu. Apa ibu boleh memanggilmu Mitsu?"
"Tentu saja boleh!"
Aku tidak pernah membayangkan bahwa ada seorang ibu yang bahagia memilikiku. Aku pikir, aku ini hanya bisa menyusahkan saja, jadi sekarang aku mengerti, bahwa jangan pernah menyerah dalam kehidupan. Seberapa burukpun engkau, manusia selalu punya kesempatan untuk memperbaiki hidup, sebelum semuanya terlambat
"Baiklah, ayo berangkat, Mitsu. Ibu, aku pergi dulu"
"Baiklah, aku pergi dulu, ibu"
"Hati-hati dijalan anak-anak"
Aku dan Take berangkat ke sekolah. Saat kami sedang jalan, Take mengatakan sesuatu yang membuatku bahagia
"Mitsu, terima kasih telah membuat ibuku bahagia. Dia benar-benar kehilangan Mai. Dia memang kehilangan ayahku, tapi dia masih memilikiku sebagai gantinya. Tapi, dia benar-benar merasa kehilangan sosok anak perempuannya. Dan tiba-tiba kita bertemu dan kau berhasil membuatnya melepaskan semua rindunya kepada Mai"
"Aku juga bahagia, bisa berguna untuk bu Ishikawa. Mungkin kau tau bagaimana perasaan aku terhadap ibuku melalui aura, tapi kau belum tau bagaimana perlakuan ibuku kepadaku secara langsung saat dirumah. Jadi aku sangat bahagia, bisa makan bersama dan ada sosok ibu yang menyayangiku"
"Sepertinya kau dan ibuku saling melengkapi satu sama lain. Aku selalu bersyukur bertemu denganmu, Mitsu"
Kata-katanya membuat jantungku deg-degan! Sebenarnya ada apa denganku, apa ini yang dinamakan cinta?
"Take, apa kau sudah memiliki orang yang kau suka?"
"Me-mengapa kau menanyakan hal seperti itu?
"Tidak, aku hanya ingin mengetahuinya saja. aku yakin, wanita yang mendapatkanmu pasti sangat bahagia menjalani hidup bersamamu"
Aku yakin, bahwa Take ini adalah idola dari semua wanita. Tubuhnya yang tinggi dan berotot, wajahnya yang rupawan, dan hatinya yang sangat baik. Dia benar-benar menggambarkan sosok laki-laki idaman
"Ada apa, Take? mengapa wajahmu memerah?"
"Ti-Tidak, ayo cepat. Nanti kita akan terlambat!"
Tiba-tiba Take menarik tanganku dan mengajaku untuk berlari. Padahal kami masih memiliki waktu setengah jam, dan sekolahpun sudah dekat. Take benar-benar aneh saat ini
Akhirnya, aku dan Take sampai ke sekolah. Dan yang tidak diduga, ternyata baru ada Yuuto di dalam kelas
"Yo"
Sebenarnya seberapa malas dia untuk berbicara! Setidaknya ucapkan selamat pagi kepada kami! aku benar-benar tidak mengerti dengan pemikirannya
"Selamat pagi, Yuuto. seperti biasa, kau ini selalu saja malas untuk berbicara. Tapi tenang saja, aku akan mengajakmu mengobrol agar kau menjadi bersemangat berbicara"
Selama Take berbicara panjang lebar, Yuuto mengeluarkan buku dan menulis sesuatu. Dan saat Take sedang menoleh ke arah lain, dia menunjukan catatannya kepadaku. Catatannya berisi "Tolong!"
Sepertinya Yuuto sangat tidak tenang berada di dekat Take! apakah Take tidak menyadari dari auranya?
"Take, bisakah kita bicara sebentar?"
"Ada apa, Mitsu?"
Aku membisikan Take agar tidak mengganggu Yuuto lagi, tapi sepertinya ini akan sulit, karena Take selalu saja ingin mendekati anak-anak yang terlihat murung atau sendirian. Dari dulu dia memang seperti itu, berteman dengan siapa saja tanpa pandang bulu
"Take, sepertinya Yuuto tidak nyaman saat kau bicara dengannya. Apa kau tidak bisa melihat dari auranya?"
"Aku melihatnya. Tapi dia selalu mengeluarkan aura seperti itu, entah aku ada didekatnya, taupun saat aku tidak di dekatnya"
Jadi Yuuto ini memang tidak memiliki motivasi hidup ya! Mana mungkin ada orang yang tidak nyaman berada dekat dengan temannya
"Yuuto, apa kau merasa terganggu dengan Take?"
"Tidak"
"Eh?"
Bukankah tadi dia meminta tolong kepadaku?! Lalu apa maksudnya dia menulis kata tolong dan menunjukannya kepadaku! Dan saat aku menghampirinya, dia malah menoleh ke arah lain!
"Apa kau mempermainkanku?"
"Tidak"
"Dasar pria menyebalkan! Ingin sekali aku menghajarmu!"
"Sebenarnya ada apa, Mitsu? Mengapa kau tiba-tiba marah?"
Yuuto benar-benar membuatku jengkel. Tadi dia meminta bantuan, tapi setelah aku bantu, dia malah menolak bantuanku mentah-mentah!
Tanpa sadar, ternyata teman sekelas kami sudah berada di tempat duduknya masing-masing. Mereka mulai berbisik "Dia sedang mengamuk, hati-hati…" kurang lebih seperti itu
"Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak mengenai Mitsuko! Kalian itu tidak tau apa-apa tentangnya!"
Tiba-tiba Chika berteriak dari pintu kelas. Dia sangat baik, ingin menolongku. Tapi, dia menghalangi guru untuk masuk sambil berteriak, tentu saja dia mendapat hukuman
"Ehem.. fukuda, abil air dua ember dan pegang itu didepan kelas"
"EH!!!"
Maafkan aku Chika, aku tidak dapat membantu apa-apa saat ini. Aku akan berterima kasih kepadanya nanti setelah pelajaran ini selesai
Karena aku duduk dibelakang, tentu saja aku jauh dari Chika. Tapi, Chika terus memanggil-manggil namaku sambil tersenyum ke arahku. Sebenarnya ada apa dengannya!
"Inoue, bisakah tolong kau temani Chika. Dari tadi dia terus memanggil namamu, dan itu mengganggu murid yang lain"
"Hanya menemaninya saja kan pak?"
"Tentu saja memegang ember dikedua tanganmu"
"Eh!!"
Karena ulah Chika, akhirnya aku terkena hukuman juga! Padahal aku tidak melakukan kesalahan apa-apa!
"Hai, Mitsuko"
"Hai apanya! Karena kau, aku jadi ikut kena hukuman!"
"M-M-Maafkan aku…."
Aku lupa, bahwa Chika tidak bisa dibentak sedikitpun. Jadi, meskipun dia yang salah, harus aku yang meminta maaf
"Baiklah, maafkan aku, Chika, karena sudah membentakmu"
"Iya.. tidak apa-apa, Mitsuko"
Tiba-tiba, Toshiro sang kepala sekolah berteriak dari dalam
"Yang diluar, bisakah kalian tenang!"
"Maaf, pak!"
Aku sudah biasa mendengar bentakan seperti itu, tapi tidak dengan Chika. dia benar-benar bergetar mendengar pak Toshiro berteriak!
"Chika, apa kau tidak apa-apa? Chika!"
"Kita harus diam, Mitsuko!"
Tiba-tiba dia membentaku dan menyuruhku diam! Padahal aku hanya khawatir kepadanya! Sebegitu takut dia kepada pak Toshiro!
Akhirnya, bel istirahat berbunyi, dan hukumanku dan Chika sudah berakhir, tapi Chika masih tetap tidak ingin berbicara!
"Chika, sekarang sudah bel istirahat, kau boleh berteriak sesukamu"
"Benarkah? Kalau begitu, ayo kita makan!"
Benar saja, dia langsung berteriak saat aku bilang sudah boleh berteriak sesukanya! Sepertinya dia memang anak yang sangat bersemangat
Saat aku ingin pergi ke kamar mandi untuk menaruh ember ini, tiba-tiba Yuuto keluar dari kelas sambil mengatakan
"Pasti lelah memegang ember satu pelajaran penuh"
Lalu dia tertawa dengan sangat senang. Sepertinya Chika belum mengenal Yuuto. Chika hanya menatapnya dan tidak bicara apa-apa
"Ada apa, Chika?"
"Aku sedang berpikir, apa kita memang sekelas dengan pria kusam berkaca mata ini? Mengapa dia ada di kelas kita?"
Sepertiny kata-kata Chika berdampak padanya. Buktinya, Yuuto langsung pergi setelah Chika mengatakan hal seperti itu. Ternyata dia memiliki hati dan emosi juga, aku pikir dia itu seperti robot, yang tidak perduli orang lain dan hanya mementingkan diri sendiri. Sepertinya aku belum mengtahui tentangnya sedikitpun