Tomboyish Women
chapter 5
Kemarin aku melihat Yuuto berjalan bersama temannya. Mungkin itu terlihat biasa saja bagi orang lain, tapi tidak untukku. Dia bilang, memiliki teman itu menyusahkan, tapi dia pulang bersama temannya. Dan saat aku memanggilnya, dia malah lari dariku!
Tapi sebelum mengurusi itu, aku masih bingung ingin tinggal dimana. Aku tidak bilang tentang keadaanku, karena tadi pagi keadaannya sangat tidak enak
Sepertinya aku tidak bisa menyusahkan mereka lebih dari ini, hari ini aku akan tidur di luar saja. Karena urusan keluarga mereka juga rumit, aku akan sangat mengganggu di sana
"Terima kasih telah mengijinkanku menginap di sini"
Hanya terima kasih yang bisa aku ucapkan kepada keluarga Fukuda. Meskipun hanya sehari, mereka sudah mengingatkanku tentang arti keluarga
"Apa kau tidak mau tinggal disini, Mitsuko?"
"Chika, Mitsuko itu masih memiliki keluarga, pasti keluarga mereka akan khawatir"
"Ibu, keluarga Mitsuko itu…"
"Chika, tidak apa-apa"
Hampir saja Chika mengatakannya. Bu Izumi itu sebenarnya orang yang baik, jadi pasti dia akan khawatir jika tau keadaanku yang sekarang
"Kalau begitu, aku permisi"
"Apa kau yakin tidak ingin diantar, Mitsuko?"
"Tidak apa-apa, Kazumi-chan"
Baiklah, sekarang aku harus mencari tempat tidur yang nyaman. Aku akan tidur dimanapun selain di rumah busuk itu
"Oi! Kau… siapa namamu. Sedang apa kau malam-malam begini?"
Tiba-tiba saja ada lelaki yang sok akrab kepadaku. Jika aku seperti wanita pada umumnya, pasti aku sudah jatuh ke pelukannya. Bagaimana tidak, pria ini sangat tampan! Bahkan Take saja kalah oleh dia. Aku harus berhati-hati padanya. Tapi suara orang ini terdengar tidak asing di telingaku
"Apa aku mengenalmu?"
"Sepertinya begitu. Oh, tunggu sebentar"
Dia menghadap kebelakang dan mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Aku harus berhati-hati. Bisa saja itu sebuah pisau atau senjata tajam lainnya
"Aku ini tidak memiliki apa-apa, kalau tidak percaya, silahkan periksa koperku!"
"Kau ini bicara apa?"
Saat dia berbalik, ternyata dia sedang mengacak-acak rambut birunya itu dan mengenakan kaca mata
"Eh? Yuuto? dimana pria yang tadi sedang bersamaku?"
"Apa kau sedang meledeku? Dan juga, kau masih saja memanggilku Yuuto. padahal kau sudah tau margaku"
Ada apa ini? Kemana pria tampan tadi? Bukankah pakaian yang di kenakan Yuuto mirip seperti pakaian yang pria tampan itu pakai? Jangan-jangan!
"A-Apa kau yang tadi memanggilku?"
"Ya, tapi aku lupa siapa namamu"
"Tidak mungkin! Coba lepas kaca matamu dan rapihkan rambutmu!"
"Kenapa aku harus melakukannya?"
"Sudah cepat lakukan saja!"
Aku benar-benar masih tidak percaya jika dia ini adalah pria tampan tadi! Dilihat dari manapun, mereka berdua itu sangat berbeda
"Apa seperti ini?"
Saat dia berbalik, ternyata memang dia pria tampan yang tadi! Bagaimana bisa dia berubah setampan ini hanya karena melepas kaca mata dan merapihkan rambutnya saja!
"Ba-bagaimana kau bisa berubah setampan ini?! Kenapa kau tidak berpenampilan seperti ini saja saat disekolah? Pasti banyak perempuan yang suka padamu"
"Karena itu aku berpenampilan tidak karuan disekolah. Dikerumuni banyak wanita itu merepotkan tau. Kau tau bukan, bahwa aku ini tidak mau memiliki teman"
Ternyata dia sadar, bahwa dia tampan! Ternyata dia benar-benar lebih parah dariku. Dia tidak mau menerima siapapun untuk berteman dengannya. Tapi, bukankah kemarin dia jalan bersama temannya dan langsung kabur saat aku memanggilnya?
"Bukankah kemarin kau jalan bersama temanmu!?"
"Mereka bukan temanku. Hanya saja, dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi"
"Kenapa kau membiarkannya?"
"Lebih baik membiarkannya. Karena, meskipun aku menyuruhnya untuk tidak mengikutiku, mereka tidak akan mendengarkannya. Jadi, lebih baik aku diam saja"
Ternyata dia lebih memilih hidupnya terganggu dari pada harus berdebat dengan orang lain. Sebenarnya, seberapa malas dia ini!
"Bukankah lebih baik berusaha, dari pada terus diikuti seperti itu?"
"Untuk apa berusaha, jika akhirnya tidak membuahkan hasil. Itu hanya membuang tenagaku saja. Diam itu lebih baik"
"Kalau begitu, aku akan mengikuti kau mulai besok!"
"Kenapa kau ikut-ikutan? Apa kau ini anak yang suka mengganggu orang lain"
Kalau dia bilang aku ini anak yang suka mengganggu, kurasa dia salah mengatakannya padaku, aku memiliki satu orang yang sangat cocok untuk mengganggu kehidupannya
"Mulai besok, aku akan mengikutimu kemanapun. Dan juga, aku tidak sendirian loh!"
"Tolong ampuni aku. Aku akan memberikanmu semua uangku. Jadi, tolong jangan ikuti aku"
Dia rela mengeluarkan semua uangnya agar tidak diikuti! Sebenarnya, seberapa bencinya dia pada manusia? Apa dia memiliki kenangan yang buruk, seperti aku?
"Apa kau memiliki kenanganan buruk dimasa lalu?"
"Tidak, dari dulu memang beginilah aku. Sendiri itu lebih menenangkan"
Ternyata aku salah. Dia benar-benar murni tidak ingin memiliki teman. Bukan karena trauma atau apapun, dia hanya tidak ingin diganggu
"Kau mau kemana, dengan barang sebanyak itu?"
"Aku pergi dari rumah. Aku lebih baik tidur dijalan, dari pada harus tidur dirumah"
"Sepertinya kau memiliki kenangan pahit. Apa kau mau ikut ke rumahku?"
"A-A-Apa yang ingin kau lakukan kepadaku!"
Apa maksudnya ikut ke rumahnya? Meskipun aku memiliki kenangan pahit, bukan berarti aku frustasi dan menjadi wanita murahan. Tapi, entah kenapa aku menceritakan masalahku kepadanya. Padahal aku tidak ingin memberi tau siapa-siapa
"Eh?"
Tunggu, kenapa dia malah terlihat seperti orang yang kebingungan? Apa jangan-jangan dia memang ingin menolongku, tanpa ada niat jahat sedikitpun?
"Aku akan menginap ditempat aku bekerja, kau pakai saja kamarku. Ini kuncinya, tempatnya tidak jauh kok, kau lurus saja, saat ada belokan pertama, disamping kanan belokan itulah tempatku tinggal"
"Tunggu, kenapa kau sangat peduli padaku? bukankah kau tidak menyukai manusia?"
"Meskipun aku tidak menyukai manusia, tapi aku masih memiliki hati. Lagi pula, di ruanganku tidak ada apa-apa. Meskipun kau orang jahat, tidak ada yang bisa kau ambil di sana"
"Kalau begitu, terima kasih. Ternyata kau orang baik"
Baru saja aku berterima kasih, tiba-tiba Take berteriak dan dia berlari ke arahku. Apapun yang terjadi, aku harus menyembunyikan koperku
"Mitsu! Kenapa kau kabur dari rumah?"
Ternyata Take tau, kalau aku kabur dari rumah. Sepertinya Take sudah datang ke rumahku dan bertemu dengan ibuku. Take hanya tau sifat ibuku yang lama, kurasa dia berhasil mengelabui Take
"Aku tidak bisa menceritakannya padamu"
"kenapa? Bukankah aku ini temanmu dari kecil"
"Itu benar, tapi…"
Aku benar-benar bingung harus bicara apa. Bercerita kepada Yuuto sangatlah mudah, tapi entah kenapa sangat berat ingin bercerita kepada Take. Bukankah seharusnya aku memang bercerita pada Take?
"Sudahlah, Ishikawa. Sepertinya, Inoue tidak ingin menceritakannya. Kurasa kau tidak perlu memaksanya bercerita"
"Yuuto? kenapa kau berada disini?"
"Hanya kebetulan saja. Sebaiknya kau ikut Ishikawa saja, kurasa ikut dengannya lebih baik, dari pada harus tinggal dikontrakan kecilku"
Hatiku mengatakan bahwa lebih baik tinggal dikontrakan kecil itu, dari pada harus ikut bersama Take. Padahal akan lebih baik aku ikut bersama Take
"Jadi, bisa kau kembalikan kunci kamarku?"
"Ba-Baiklah…"
"Kalau begitu, kami berdua permisi, Yuuto"
"Ya"
Dia benar-benar orang yang malas. Setidaknya, katakanlah "sampai jumpa" atau "Sampai bertemu besok"
Saat perjalanan pulang, aku memberanikan diriku untuk bercerita kepada Take. Tekanannya lebih besar dari pada bercerita pada Yuuto. Bahkan tidak ada tekanan sama sekali saat bercerita pada Yuuto. Apa karena aku lebih percaya Yuuto? Aku rasa tidak juga
"Take, bisa kita duduk sebentar?"
"Baiklah"
Aku dan Take akhirnya duduk di sebuah taman bermain. Tempat ini benar-benar sepi dan gelap
"Take, apa kau sudah bertemu ibuku?"
"Ya, dia sudah benar-benar berubah dari yang dulu. Aura jahat menyelimuti dirinya"
Ternyata Take sangat peka terhadap aura. Sepertinya tidak masalah bercerita kepada Take. Beban yang tadinya sangat berat, sekarang telah hilang hanya dengan satu kalimat
"Ada yang ingin aku ceritakan padamu, Take"
"Apa ini masalah ibumu?"
"Bagaimana kau tau? Aku belum mengatakan apapun kepadamu"
"Kita ini sudah bersama dari dulu. Apa yang kau rasakan, aku benar-benar mengerti"
Dia tidak hanya tampan, kata-katanya juga sangat menenangkan hatiku. Jika seperti ini, aku mungkin akan jatuh cinta kepadanya
"Sebenarnya aku kabur dari rumah karena aku sudah muak bertemu dengan ibuku"
"Eh, Kenapa? Bukankah ibumu sangat baik kepadamu?"
"Apa dia terlihat seperti dulu bagimu?"
"Saat aku bertemu dengannya, dia terlihat seperti biasanya. Tapi, seperti yang aku katakan, auranya sangat berbeda dari yang dulu"
Waktu kecil, Take sangat senang membaca buku. Saat itu, dia menemukan sebuah buku yang menceritakan tentang Aura, dia berpikir itu sangat keren dan diapun mempelajarinya. Sepertinya dia sudah bisa menguasainya sekarang
"Kau sangat hebat, Take. Bisa melihat sifat manusia hanya dari Auranya saja"
"Jangan bicara seperti itu, kau juga sangat hebat, Mitsu. Mengahadapi tekanan mental dan terus dapat hantaman fisik, tapi kau masih bisa bertahan dan tumbuh menjadi wanita yang cantik"
"Bagaimana kau tau, kalau aku menderita dirumah?"
"Kalau masalah mental, aku sudah mengetahuinya saat pertama kita bertemu disekolah. Auramu benar-benar suram. Dan jika masalah fisik, terlihat jelas di pipimu"
Ternyata Take tumbuh menjadi anak yang peka terhadap sesuatu yang ada didepannya. Dia benar-benar pria idaman
"Mitsu…"
Tiba-tiba, Take memeluku dan menangis dipelukanku. Sebenarnya ada apa dengannya? Tiba-tiba saja memeluku dan menangis!
"T-Take, ada apa?"
"Kau sudah berusaha keras, Mitsu! Disini, aku akan membahagiakanmu dan tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu bersamamu saat kau membutuhkanku"
Dia benar-benar Take yang aku kenal. Dari kecil, dia memang cengeng, tapi dia selalu ada disaat aku bersedih. Dia selalu tau caranya bagaimana menghiburku
"Terima kasih, Take"
"Karena sudah malam, sebaiknya kau menginap dirumahku. Ibuku pasti senang melihatmu sudah tumbuh menjadi wanita yang dewasa dan cantik seperti ini"
Sudah lama aku tidak bertemu ibunya Take. Sepertinya aku akan sangat nyaman berada disana. Karena dari kecil, aku selalu bermain bersama Take, dan ibunya selalu baik kepadaku. Aku yakin beliau belum berubah, karena aku bisa melihat dari caranya mendidik Take, dia tumbuh menjadi anak yang sangat baik karena didikan yang baik dari orang tuanya
"Baiklah, aku akan menginap dirumah mu malam ini"
"Baiklah, ayo kita pulang"
Sampailah aku dirumah Take. Rumahnya memang tidak sebesar rumah Chika, tapi entah mengapa aku merasa sangat nyaman berada di rumah ini. Mungkin bukan karena rumahnya, tapi suasana nyaman dari orang-orang baik disini
"Aku pulang"
"Permisi"
Saat aku dan Take hendak masuk ke dalam, ibunya sudah menunggu dimeja makan sendirian. Sepertinya ayahnya sedang lembur bekerja
"Ara, apakah itu kau, Mitsuko? Lama tidak berjumpa!"
Baru saja aku datang, ibunya langsung memeluk hangat badanku. Pelukannya pun masih sama seperti dulu, sangat nyaman dan mampu menghangatkan hati yang beku ini
"Lama tidak bertemu, bu Ishikawa. Apa anda baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"
"A-Aku juga baik-baik saja"
"Tidak, kau tidak baik-baik saja. Kau pasti dibesarkan dengan sangat keras oleh ibumu. Mulai sekarang, tinggalah bersama kami"
Entah bagaimana bu Ishikawa bisa tau, yang jelas saat ini aku menangis. Memang aku sering menangis di rumah, tapi karena siksaan ibuku. Disini, aku menangis karena bahagia
"Sekarang, mandi dan setelah itu kita makan bersama. Take, kalau sudah selesai mandi cepat ke meja makan!"
"Baik bu! Aku segera kesana!"
"Sepertinya Take sudah selesai mandi, jadi, kau mandi juga. Biar ibu yang merapihkan barang-barangmu"
"Tidak usah repot-repot, biar aku sendiri yang merapihkannya"
"Sudah, sebaiknya kau mandi saja. Sebelum makanannya dingin"
"Ba-Baiklah, terima kasih, ibu"
Tanpa sengaja aku memanggil bu Ishikawa dengan sebutan ibu. Bukan merasa malu, tapi aku malah merasa senang. Beliaupun sepertinya juga senang, buktinya dia tersenyum dengan sangat manis
Sebaiknya aku cepat-cepat mandi, aku tidak bisa membuat bu Ishikawa dan Take menungguku terlalu lama
Setelah selesai mandi, aku langsung memakai pakaianku dan langsung menuju meja makan. Take dan bu Ishikawa sudah menungguku
"Maaf membuat kalian menunggu"
"Tidak apa-apa, sekarang duduklah dan kita makan bersama"
"Maaf membuatmu repot, bu Ishikawa"
"Santai saja, kau bisa memanggilku ibu jika kau mau"
Bu Ishikawa benar-benar baik kepadaku. Aku berjanji akan menjadi murid yang cerdas dan bisa membalas kebaikan bu Ishikawa dan Take!
"Mitsuko, sekarang kau benar-benar terlihat sangat cantik dan dewasa"
"Terima kasih, ibu"
Lagi-lagi aku memanggilnya dengan sebutan ibu!
"Tidak, maksudku, bu Ishikawa"
"Tidak apa-apa, jika kau ingin memanggilku ibu. Aku akan memberikan kasih sayang layaknya ibumu yang dulu"
"Terima kasih, ibu. Dan kau juga, Take"
"Tidak masalah, Mitsu. Selama kau bahagia, aku juga bahagia!"
Disini benar-benar sangat nyaman. Bahkan melebihi rumah mewahnya Chika. mungkin, karena aku sudah lama mengenal mereka, jadi, aku merasa mereka seperti keluargaku sendiri
"oh iya, kemana pak Ishikawa? Apa beliau sedang lembur?"
Saat aku menanyakan hal seperti itu, seisi ruangan tiba-tiba menjadi diam dan sunyi, apa jangan-jangan aku salah menanyakan sesuatu?
"Ayahku sudah meninggal beberapa tahun lalu, Mitsu"
"Ma-Maaf, aku tidak mengetahuinya. Aku benar-benar minta maaf!"
Aku langsung berdiri dari kursiku dan menundukan kepalaku untuk meminta maaf. Sepertinya bu Ishikawa dan Take mengalami banyak penderitaan juga. Tapi beda dengan ibuku, mereka selalu berusaha untuk tetap tersenyum dan tabah menerima kenyataan ini. Andai saja ibuku seperti mereka, pasti aku sudah bahagia bersamanya saat ini. Aku akan membuktikan kepedanya, bahwa aku ini adalah anak yang dapat diandalkan dan bisa membanggakannya!