Tomboyish Women
chapter 9
Setelah kami dihukum, aku memutuskan untuk menuju ke rumah Chika, karena sepertinya Chika sangat trauma dengan kejadian itu. Sebagai sahabatnya, aku harus menolongnya!
Aku mengajak Take dan memaksa Yuuto untuk ikut. Ketika dia mau pulang, aku menyuruh Take untuk menyeretnya kemari, tapi, karena Yuuto orangnya tidak mau pusing, jadi dia ikut saja tanpa perlawanan
"Baiklah, sekarang, kita menuju rumah Chika!"
"Ayo kita berangkat!"
"Ohh…"
Uwah… Yuuto terlihat sangat ngantuk dan tidak bersemangat. Apa tidak apa-apa memaksanya untuk ikut? Aku benar-benar merasa bersalah
"Apa kau tidak apa-apa, Yuuto? aku jadi tidak enak menyuruh Take untuk memaksamu ikut"
"Tapi aku tidak merasa bersalah, sudah memaksa Yuuto ikut. Karena entah mengapa, aku merasa Yuuto dibutuhkan disana"
"Sudahlah, karena setiap hari kamis aku libur, jadi nanti malam aku bisa tidur sepuasnya"
Sampailah kami di kediaman Fukuda. Sepertinya Take sangat terkejut melihat kediamannya, sama seperti pertama kali aku ke sini
Baru saja aku sampai, pintu gerbang yang besar sudah terbuka otomatis. Aku benar-benar terkesan dengan kediaman Fukuda
"Apa kita sudah boleh masuk, Mitsu?"
"Karena pintu ini sudah terbuka, sepertinya boleh. Ayo masuk"
"Ohh…"
"Tidak bisakah kau berhenti berkata oh sambil lemas begitu!"
Setelah jalan melewati halamannya, sampailah aku di depan pintu utamanya. Baru mau mengetuk, bu Izume alias ibunda Chika langsung memeluk diriku
"Aku sudah menunggumu, Mitsuko…"
"Ada apa, bu Izume?"
"Chika sudah beberapa hari belakangan ini menjadi anak yang berbeda, dia makan sangat sedikit dan terlihat selalu murung. Aku benar-benar khawatir kepadanya. Tolong buat dia seperti dulu, menjadi anak yang ceria dan selalu tersenyum"
Sekeras apapun ibu, pasti sangat mengkhawatirkan anaknya ya. Tapi, apa ibuku juga berpikiran seperti itu? Sepertinya tidak mungkin ibuku seperti itu. Aku tidak akan membiarkan Chika selalu murung, dia sudah menyelamatkanku dari gelapnya kehidupan, dan inilah saatnya aku membalas kebaikannya!
"Kalau begitu, aku akan mengantar kalian ke kamar Chika"
"Baiklah, permisi…"
Akhirnya kami bertiga masuk ke dalam dan menuju ke kamar Chika. sepertinya Take tidak bisa berhenti kagum melihat kediaman Fukuda, aku tidak bisa menyalahkannya sih
"Chika, Mitsuko dan temanmu datang, loh. Apa ku tidak ingin bertemu mereka?"
Tidak ada jawaban sama sekali dari Chika. sepertinya dia benar-benar terganggu dengan kejadian waktu itu dan menjadi pemurung. Aku tidak menyalahkannya, karena dia tidak pernah mendapatkan tekanan seperti ini
"Chika, aku ingin berbicara sesuatu bersamamu. Bisa kau keluar?"
"Aku… tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa lagi kecuali keluargaku"
Sepertinya dia menjadi takut bertemu dengan orang lain. Sebenarnya apa saja yang sudah dilakukan wanita jalang itu kepada Chika!
"Tenang saja, Chika, kami sudah membereskan masalahmu dengannya, jadi dia tidak akan macam-macam lagi denganmu. Jika dia berani macam-macam, kami akan menghajarnya untukmu. Kita sahabat, bukan? Apa hanya aku yang menganggapnya begitu?"
Saat aku berkata seperti itu, Chika langsung membuka pintu dan langsung menangis. Dia memeluku dengan sangat erat, seakan tidak mau melepaskanku
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Chika. jika ada yang menyakitimu, aku akan menghajarnya menggantikanmu. Aku tidak ingin tangan lembutmu ini menyakiti orang lain. Jadi, aku yang akan menggantikanmu!"
"eh… Take, apa aku memang di butuhkan?"
"Entah mengapa sekarang akupun merasa tidak dibutuhkan"
Saat aku dan Chika sedang menangis, kakak pertamanya datang, yaitu Yuuki Fukuda. Dia menghampiri kami dan langsung memeluk kami berdua. Sepertinya kami terlihat aneh berpelukan di depan pintu kamar Chika, kenapa kita tidak masuk dulu?
"Bagaimana kalau kita masuk ke kamar Chika?"
Untung saja kak Yuuki mengatakannya. Tidak mungkin kan kalau aku yang bilang begitu, sangat tidak sopan sekali. Kak Yuuki memang pandai membaca suasana, meskipun dia sempat terbawa dan langsung memeluk kami sih
Saat aku dan yang lainnya masuk ke dalam, bu Izume masuk membawakan minum dan cemilan. Padahal dia memiliki pelayan, tapi dia masih mau mengerjakan beberapa pekerjaan seperti membuka pintu, membawakan cemilan untuk kami, kadang dia juga mau memasak. Terlepas dari sifatnya yang menuntut prestasi, dia adalah ibu yang luar biasa
"Chika…"
Sama seperti kak Yuuki, saat melihat Chika, bu Izume langsung memeluk erat Chika. terlihat bahwa dia sangat khawatir
"Jangan seperti ini, kalau kau seperti ini, ibu benar-benar sangat sedih dan khawatir kepadamu. Ibu ingin kau menjadi anak yang seperti dulu lagi, tertawa tanpa beban. Maafkan ibu juga, jika ibu sering menekanmu di bidang sekolah…"
"Maafkan Chika juga, karena sudah membuat ibu khawatir"
Akhirnya mereka menangis dalam hangatnya pelukan. Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini. Dulu ibuku sering sekali memeluku seperti ini
"Kau akan merasakannya saat pulang nanti, Mitsu"
"Take?"
Tiba-tiba Take mengelus kepalaku dan berkata hal aneh seperti itu. Dia membuatku merasa tenang. Take memang benar-benar dewasa. Dia bisa menjadi karakter apapun, dia menjadi seperti anak-anak untuk menghiburku, dan menjadi dewasa saat dibutuhkan
"Keren seklali…"
"M-Mitsu…?"
Eh! Apa aku tanpa sadar mengatakannya! Aku tidak sengaja mengatakannya, bagaimana ini!
"T-Terima kasih'
Kalau sudah begini, sepertinya aku tidak boleh mengatakan kalau tadi hanya bercanda. Pasti Take akan sakit hati dan marah kepadaku
"Baiklah, kalau begitu, ibu akan kembali ke kamar. Ada beberapa hal yang harus ibu kerjakan"
Setelah bu Izume keluar, tiba-tiba kak Yuuki mendekati Yuuto dan langsung melepas kaca mata Yuuto dengan paksa. Karena Yuuto orang yang tidak peduli, tentu saja dia hanya pasrah
"Kakak…?"
Sepertinya Chika kebingungan dengan kelakuan kakaknya yang tidak biasa ini. Chika yang tadinya sedang menangis langsung berhenti melihat kelakuan kakaknya
"Sudah kuduga, apa kau ingin ke kamarku?"
"Eh…?"
A-Apa maksudnya dengan ke kamarnya! Mau apa kak Yuuki dengan Yuuto? apa yang sebenarnya terjadi dengan kak Yuuki!?
"Ayo cepat…"
"Hmm…"
Lagi-lagi tanpa perlawanan! Bukankah seharusnya dia malu-malu dan menolaknya! Sebenarnya, seberapa tidak pedulinya Yuuto terhadap dirinya!
"K-Kak Yuuki, kenapa kau membawa Yuuto ke kamarmu?"
"Ini urusan dewasa, lagi pula, kau kan sudah memilikinya, pria yang ada di belakangmu itu. Jadi, tidak masalah kan kalau aku membawa yang satu ini"
Setelah mengatakan itu, kak Yuuki langsung membawa Yuuto pergi ke kamarnya. Apa maksudnya memiliki pria yang dibelakangku? Itu kan hanya Take, tunggu, apa maksudnya?
"T-Tidak, kami tidak seperti itu!"
"Ada apa dengan kakak? Dia terlihat aneh dan bersemangat"
"Kalau kau adiknya saja tidak tau, apa lagi kami, ya, kan, Take?"
Take tidak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya dengan wajah yang merah. Melihatnya seperti itu, aku jadi ikutan malu!
"Chika, sebenarnya apa yang mereka lakukan kepadamu, sampai kau takut dan tidak masuk sekolah? Aku akan membalaskannya untukmu!"
"Bukannya karena dia menamparku atau apa, dia hanya menegur dan mengancamku, jadi aku takut untuk ke sekolah dan bertemu dengannya lagi"
"Mulai besok kau harus ke sekolah, aku akan menemanimu kemanapun kau pergi. Aku akan menjadi pengawalmu di sekolah"
"Mengapa kau bertindak sejauh itu hanya untuk diriku?"
Chika masih saja menanyakan hal seperti itu, padahal aku sudah yakin bahwa Chika sudah tau jawaban mengapa aku selalu menjaganya
"Apa masih perlu aku katakan?"
"Tenang saja, aku juga akan membantu Mitsu untuk menjagamu. Aku kuat loh"
"Terima kasih, Mitsu dan Ishikawa…"
"Panggil saja, Take, kita akan berteman, bukan?"
Lagi-lagi Chika menangis di pelukanku. Sepertinya baju sekolahku akan basah semua karena Chika terus-menerus menangis
Tapi aku melupakan Yuuto, dia masih belum kembali juga! Apa kami harus menguping di depan pintu kamarnya?
"Chika, aku tau kakakmu bukan orang jahat, tapi entah kenapa, aku sangat khawatir kepada Yuuto. bukankah kau khawatir juga, melihat sifat kakakmu yang seperti itu?"
"Kau benar! Ayo kita ke kamarnya!"
Saat aku, Chika dan Take menuju kamarnya. Ternyata bu Izume sudah menguping duluan. Dia menempelkan telinganya dan terlihat sangat penasaran!
"Ibu, apa yang sedang ibu lakukan?"
"Stt… cepat kesini!"
Saat aku dan yang lainnya sedang menguping, terdengarlah suara dari dalam. Sepertinya itu suara kak Yuuki. Tentu saja bukan, karena di dalam hanya ada mereka berdua
"Siapa namamu tadi? Oh Yuuto, cepat lepaskan bajumu…"
"Hmm.."
"Hmmm…" apanya! Dia ingin membuka bajumu loh! Sebenrnya mereka ini sedang berbuat apa sih! Kak Yuuki menakutkan!
"Bu Izume, bukankah ini sudah kelewatan! Ayo kita dobrak saja!"
"B-B-Baiklah….!"
Bahkan bu Izume sampai kebingungan dengan sifat anak pertamanya ini! Sepertinya kami memang harus mendobraknya!
"Hitungan ketiga, kita dobrak bersama-sama! 1 2 3!"
Saat aku mendobrak pintunya, kami melihat kak Yuuki yang sedang memegang kamera dan Yuuto yang sedang bergaya tanpa baju. Perutnya sixpack dan sangat bagus! Tidak hanya itu, bahkan kak Yuuki mendandani Yuuto. Dia melepaskan kaca mata dan merapihkan rambut Yuuto
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Saat di tanya seperti itu, kami tidak bisa menjawab apa-apa dan hanya bisa memandangi Yuuto yang sedang berpose!
"Apa kau ingin berpose juga, pria Mitsu?"
"Namanya Take, dan dia bukan pria ku!"
Kak Yuuki langsung menghampiri Take dan melepas bajunya. Sebenarnya seberapa suka dia dengan badan pria!
"Ternyata badanmu lumayan juga!"
Darah mulai keluar dari hidungnya! Sepertinya dia adalah pecinta perut sixpack! Dia terlihat sangat berbeda saat pertama kali aku bertemu. Dia sangat dewasa, tapi sekarang, aku tidak tau harus mengatakannya apa
"Mereka sangat indah kan, Chika, Mitsu, ibu?"
Bahkan dia menanyakan hal itu kepada ibunya! Saat aku menoleh ke arah bu Izume, ternyata dia juga sangat menikmatinya!
"Bagaimana ini, Chika?"
"Indah sekali…"
Sudahlah, aku sudah tidak bisa mengerti keluarga ini lagi, tidak ibunya, adiknya, kakaknya. Semuanya sama saja!
Tapi aku memang mengakui, kalau kedua pria ini benar-benar memiliki tubuh yang bagus. Kalau tidak salah, karena aku tomboy, aku juga memiliki body yang bagus. Setelah aku meraba perutku, ternyata aku juga memiliki kotak-kotak di perutku!
"Ada apa, Mitsuko? Sepertinya kau cukup percaya diri dengan perutmu?"
"T-Tidak, setelah melihat mereka, sepertinya aku ingin memilikinya juga"
Maafkan aku, kak Yuuki, kalau aku jujur kepadamu, pasti kau akan membuka paksa pakaianku di depan semua orang yang ada di sini!
"Kalau begitu, kami permisi dulu"
"Kalian boleh pulang, tapi Yuuto akan menginap di kamarku malam ini"
"Tidak boleh! Apa yang mau kakak lakukan pada teman sekolahku! Lagi pula ini sudah malam, mereka pasti ingin makan malam dengan keluarga mereka"
"Eh… kenapa tidak boleh"
"Pokoknya tidak boleh. Ayo semua, aku antar kalian sampai ke depan gerbang"
Sepertinya kak Yuuki sangat kecewa, karena Yuuto tidak bisa tidur dengannya malam ini. Meskipun beda usia, sepertinya Yuuto sangat cocok dengan kak Yuuki
"Yuuto, apa kau akan bekerja malam ini?"
"Bukankah aku sudah bilang, kalau hari ini aku libur, Take?"
"Memangnya kau bilang begitu, ya? Aku lupa"
Apa percakapan antara dua pria semembosankan ini? Atau karena ada aku, jadi mereka tidak bisa membicarakan hal yang aneh-aneh?
"Kalau begitu, sampai jumpa besok, Yuuto"
"Hmm…"
"Tidak bisakah kau lebih semangat sedikit!"
"Ohhhh…."
Karena aku kesal dengannya, aku dan Take langsung meninggalkannya dan menuju rumah. Sepertinya aku akan menanyakan masalah yang tadi
"Take, apa kau dan Yuuto tadi waktu di jalan tidak bisa membicarakan hal yang menarik karena ada aku di sana?"
"membicarakan hal menarik bagaimana?"
"Seperti percintaan contohnya, atau tentang itu…"
"Se-sepertinya kau sudah mengantuk ya, kalau begitu, ayo kita percepat jalan kita dan segera pulang ke rumah"
Aku benar-benar malu mengatakannya! Lagi pula, mengapa aku mengatakan hal semesum itu. Aku ingin cepat-cepat melupakan pembicaraanku tadi!
Saat aku sampai, aku merasa benar-benar tidak ingin pulang. Aku melihat ada sepatu ibuku di loker sepatu. Mungkin kalian berpikir bisa saja itu sepatu yang mirip, tapi aku benar-benar mengenali sepatu itu. Itu, milik ibuku
"Ada apa, Mitsu? Ayo cepat masuk"
"Aku tidak mau pulang malam ini"
"Kenapa tiba-tiba? Eh, sepertinya ada tamu"
"Itu, sepatu ibuku"
Take langsung memegang tanganku dan menarik tanganku keluar rumah. Baru saja Take membuka pintu, ibuku sudah menemukanku
"Mitsu, ibu sangat rindu padamu! Kenapa kau meninggalkan ku?"
Sudahlah, tidak usah ber acting seperti itu. Aku tau itu hanya salah satu kebohonganmu. Aku sudah tidak ingin merasakan neraka itu lagi. Tolong lepaskan aku dari jeratan rantaimu yang menyakitkan ini. Aku ingin hidup bebas tanpa ada kau dihidupku.aku benar-benar membencimu, bahkan aku pernah berharap bahwa lebih baik kau mati saja!