Chereads / Tomboyish Women / Chapter 11 - Kembali ke masa lalu?

Chapter 11 - Kembali ke masa lalu?

Tomboyish Women

Chapter 10

Aku tidak ingin kembali, apapun yang terjadi, aku tidak ingin kembali ke sana! Aku sudah merasakan kenyamanan di rumah ini, tolong jangan rebut kebahagiaanku lagi seperti dulu

"Anakku, ayo kita pulang. Ibu sangat kesepian di rumah"

"Apa kau yakin, Mitsu?!"

"Ada apa Take? kenapa kau melarang Mitsu untuk pulang bersama aku, ibunya sendiri?"

Saat ibuku berkata seperti itu, Take langsung terdiam dan tidak mengatakan apa-apa. Jelas bukan, dia tidak ingin terlibat dengan urusan orang lain

"Apa kau benar-benar seorang ibu yang baik?!"

"Take, jangan berteriak kepada orang tua seperti itu, aku tidak pernah mengajarkanmu untuk lancang seperti itu!"

"M-Maaf, ibu…"

Aku senang Take ingin membelaku, tapi benar kata ibunya, dia tidak boleh berbicara lancang kepada orang tua, aku tidak ingin Take berdosa hanya karena membela orang sepertiku

"Sudahlah, Take, tidak masalah"

"T-Tapi…."

"Ayo ibu, kita pulang"

Saat aku ingin menyerah, bu Ishikawa memeluku dan membisikan sesuatu yang membuatku menitikan air mata. Aku berpikir, seperti inilah seharusnya seorang ibu, begitu lembut dan penuh kasih sayang, bukannya menjualku dan memukuliku. Keadaan ibuku dan bu Ishikawa tidaklah berbeda, hanya saja, nasib bu Ishikawa dan ibuku berbeda, bu Ishikawa lebih beruntung bisa mendapatkan pekerjaan, sedangkan ibuku, dia tidak pernah bisa mendapat pekerjaan dan lalu menyerah

"Apapun yang terjadi, jangan pernah melawan orang tuamu. Kau boleh menderita di dunia, tapi, jangan sampai kau merasakan neraka juga di alam sana. Teruslah berbuat baik, agar kau mendapat tempat yang layak di atas sana nanti"

Setelah mendengarkan kata-kata bu Ishikawa, aku langsung menangis dan yakin dapat menahan diri. Karena dari dulu, aku sudah bisa menahannya, jadi kali ini aku yakin pasti bisa

"Kalau begitu, kami pamit dulu. Terima kasih, karena sudah merawat anak saya dengan baik. Kau juga harus berterima kasih, Mitsu"

"I-Iya… Terima kasih atas segalanya, ibu"

"Kalau begitu, kami permisi"

Baru saja kami keluar dan bu Ishikawa menutup pintu, dia langsung meremas tanganku dan menarikku dengan sangat keras

"Di depan ibumu sendiri kau berani memanggil orang lain dengan sebutan ibu!"

"Kau tidak terlihat seperti ibuku…"

Dia langsung menarikku dengan paksa. Sampailah kami di neraka yang orang lain sebut dengan sebutan "rumah"

"Dasar anak yang menyusahkan! Kau melarikan diri dari ibumu sendiri, padahal aku sudah membesarkanmu! Tidak bisakah kau membantu dan meringankan pekerjaan ibumu! Kau lebih memilih perempuan sok baik dan sampah itu di bandingkan dengan ibu kandungmu sendiri. Sebenarnya, apa yang sudah di ajarkan oleh sampah itu kepadamu!"

"Dia bukan sampah…"

"Apa?!"

"Dia bukan sampah!"

Aku melupakan nasihat bu Ishikawa dan langsung membentak ibuku. Aku tidak tahan, jika ada orang yang membicarakan tentang bu Ishikawa. Aku sudah menganggapnya sebagai ibuku

"Kau berani membentak ibumu sendiri!"

Dia langsung menamparku dengan keras dan terus mengatakan kalau bu Ishikawa hanyalah perempuan yang jahat dan sampah. Aku terus menahan diri menahan sakitnya tamparan dan hinaannya untuk bu Ishikawa

"Tolong hentikan…"

"Aku tidak akan berhenti menamparmu sampai kau sadar!"

"Hentikan! Kau boleh menghina dan menamparku, tapi jangan sampai kau menghina bu Ishikawa! Aku menganggapnya ibu, dan bukan kau!"

Aku juga manusia biasa,yang punya batasan untuk menahan emosi. Aku memukul ibuku dengan sangat keras dan membuatnya terjatuh. Lalu dia bangun lagi dan kembali memukulku

"Dasar anak durhaka! Aku akan membunuhmu!"

"Aku tidak mau mati di tanganmu!"

Akhirnya aku dan ibuku saling menukar pukulan. Andai warga tidak memisahkan kami, pasti salah satu dari kami akan ada yang mati. Aku benar-benar tidak bisa menahan diriku dan mengikuti nasihat bu Ishikawa. Sepertinya aku akan terus merasakan penderitaan, di dunia ini, dan juga di akhirat nanti. Kenapa hidupku harus seperti ini, bukankah lebih baik aku tidak dilahirkan?

Setelah kejadian itu, aku kembali ke rumah bu Ishikawa, karena di hanya di sanalah tempat yang nyaman untuk aku tinggali

"Ibu, tolong buka pintunya! Aku ingin cepat memelukmu!"

Aku terus mengetuk pintu bu Ishikawa dengan sangat keras sambil menangis. Aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya dan menangis dengan sepuasnya

"Ibu! Aku mohon cepat buka pintunya!"

Aku terus berteriak seperti orang gila di depan rumahnya. Karena hari sudah gelap, jadi tidak ada orang yang lewat

Saat pintu itu terbuka, pelukan langsung menghampiri tubuhku. Ibu langsung memeluku dan menangis seperti dia tau apa yang terjadi pada diriku

"Aku tau kau sudah berusaha menahannya dengan baik, Mitsu"

"Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi saat dia menyebut ibu dengan sebutan sampah dan orang jahat, aku tidak bisa menahannya!"

"Maafkan aku, karena aku, kau jadi melawan ibumu sendiri. Maafkan aku, Mitsu"

"Tidak! Ini bukan salah ibu, aku mohon, berhenti bicara seperti itu!"

Aku terus berteriak sambil menangis di pelukan  bu Ishikawa. Begitupun ibu, dia merasa bersalah karena kebaikannya, aku harus memukul ibuku sendiri. Ini bukan salahnya, hanya saja, aku yang terlalu emosi sampai tidak bisa menahannya

"Kalau begitu, ayo masuk dan obati lukamu"

Aku dan ibu masuk ke dalam agar cepat bisa mengobati luka di wajahku. Saat aku masuk, Take melihatku dan dia sangat terkejut

"Ada apa dengan wajahmu, Mitsu!"

Take langsung menghampiriku dan memegang luka yang ada di pipiku. Dia bahkan menangis melihat keadaanku yang seperti ini

"Jangan menitikan air matamu untuk orang sepertiku, Take"

"Mengapa kau selalu meremehkan dirimu sendiri! Kau boleh membenci ibumu, kau boleh membenci semua orang, tapi satu, kau tidak boleh menyerah dengan dunia ini! Kau harus terus berusaha agar kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau memiliki ibu dan aku, bahkan kau memiliki Yuuto dan Fukuda, jangan pernah melupakan itu dan menyerah begitu saja!"

Kata-katanya sangat membuatku terharu, aku tidak bisa berkata apa-apa kepadanya selain berjuang untuk hidup dan menjadi orang baik

"Aku akan berusaha, Take"

Tanpa sadar, aku memeluknya dan kembali menangis. Take memiliki kehangatan yang sama seperti ibunya. Dia benar-benar anak yang baik

"Sekarang, kau harus mengobati luka mu dulu, oke?"

"I-Iya…"

Setelah mengobati luka di wajahku, aku langsung pergi ke kamar dan berbaring. Ketika memikirkan masalah tadi, bahkan aku tidak merasakan lapar sama sekali. Itu benar-benar membuat hatiku hancur, dan aku memiliki sedikit penyesalan karena sudah memukul ibuku. Bagaimanapun, aku adalah darah dagingnya, dia sudah membesarkanku meskipun dengan cara yang tidak baik. Aku tau dia melakukan semua ini karena keadaan kami yang tidak mencukupi, tapi aku malah melawannya, bukan membantunya

"Mitsu, ibu membawakan bubur untukmu, ibu akan menyuapimu"

"T-Tidak usah, bu. Aku akan makan sendiri"

"Sudah-sudah, ibu akan menyuapimu saja"

"I-Iya…"

Karena aku bingung dengan perasaanku sendiri, sepertinya aku harus menanyakannya kepada bu Ishikawa, ibu pasti memiliki jawaban terbaik

"Ibu, tadi aku memukul ibuku…"

Bu Ishikawa hanya mengatakan satu kalimat padaku, kalimat yang tidak asing untuku dan itu juga yang ingin aku lakukan

"Kau harus minta maaf kepada ibumu, bahkan kalau bisa, kau harus bersujud di kakinya"

"Baiklah…"

"Seburuk apapun ibumu, dia tetap yang melahirkanmu. Aku tau ibumu sudah salah mengambil jalan, tapi kau sebagai anak harus bisa membawa ibumu kembali ke jalan yang benar. Jangan hanya kau sering dipukuli kau langsung membenci ibumu, cari tau masalahnya dan bantu  dia menyelesaikannya"

Aku tidak bisa menjawab apa-apa. Aku memeluk ibu dan aku tidak akan menangis lagi. Aku akan berusaha hidup dan meminta maaf kepada ibuku seperti yang bu Ishikawa katakan

Setelah makan, aku meminta ibu untuk menemaniku tidur, karena aku akan menemui ibuku besok, jadi aku butuh menenangkan diri di pelukan bu Ishikawa

"Aku akan menemanimu besok, jangan takut"

"Terima kasih, ibu..."

Akhirnya pagipun tiba, Take berangkat ke sekolah dan aku bersama bu Ishikawa akan menuju ke rumah sakit dimana ibuku di rawat. Sebenarnya aku juga dipaksa untuk ikut di rawat, tapi saat itu yang ada di pikiranku hanya bu Ishikawa

"Kita berangkat, Mitsu"

"Baiklah, aku akan meminta maaf dengan benar kepada ibuku"

Aku dan bu Ishikawa akhirnya berangkat dan pergi ketempat ibuku di rawat. Aku harus menahan diriku meskipun nanti ibuku akan memukulku

Sampailah kami dirumah sakit, saat aku ke ruangan ibuku, dia sedang melihat ke arah luar jendela dengan sangat tenang

"Ibu…"

Saat dia mendengar suaraku, dia langsung menoleh dan bangun dari tempat duduknya, dia mulai menghampiriku, tapi aku harus siap menerima tamparannya. Bu Ishikawa memegang tangan kananku dengan erat untuk memastikan aku tidak memuukul ibuku lagi. Setelah sampai di depanku, ibuku memeluku

"Maafkan aku, Mitsu. Aku tau maaf tidak akan cukup, tapi aku benar-benar minta maaf…"

Ada apa ini? Apa ini hanya pura-pura? Tidak, ini seperti, pelukan ibuku dulu. Aku sangat mengingat pelukan ini, ada apa ini?

Tanpa sadar, aku menangis dan memeluk erat tubuh ibuku. Aku tidak ingin melepaskannya lagi, aku ingin terus hidup di pelukan ibuku seperti ini

"Aku yang harusnya minta maaf, ibu…"

Lalu bu Ishikawa memeluk kami berdua. Kami berdua sudah terlihat seperti anaknya saja. dia benar-benar sosok yang mengagumkan

"Kalian berdua sudah berusaha, aku harap, kalian bisa seperti ini selamanya"

"Terima kasih, Ishikawa. Kau sudah mengajarkan kebaikan kepada anakku, bahkan aku menyebutmu dengan sebutan jahat dan sampah. Maafkan aku"

"Tidak apa-apa, aku tau kau hanya emosi saja"

"Aku benar-benar minta maaf…"

Setelah itu, bu Ishikawa meninggalkan kami berdua. Dia bilang, kalau kami butuh waktu mengobrol berduaan

"Mistu, apa kau mau memaafkan ibu yang gagal sepertiku?"

"Tentu saja, aku sangat merindukan sosok ibu yang seperti ini!"

"Lagi-lagi kau memeluku, dasar…"

Ibuku tidak melepaskan pelukanku dan justru memeluku dengan lembut. Dia mengusap kepalaku seperti aku kecil dulu

"Mari kita duduk, ibu akan bercerita tentang ibu saat kecil dulu"

"Baiklah…"

Ibuku mulai bercerita tentang masa lalunya. Aku benar-benar ingin tau seperti apa ibu waktu masih seusiaku dulu

"Waktu ibu seusiamu, ibu juga pernah melawan dan memukul ibuku"

"Ibu memukul nenek?"

"Makanya saat kau memukulku kemarin, aku mengerti perasaanmu. Aku tau aku menjadi ibu yang gagal, tapi nenekmu waktu itu tidak memukulku balik dan justru memeluk diriku. Aku langsung sadar bahwa aku salah dan meminta maaf kepada nenekmu. Tapi sekarang, ibu malah memukulmu dan melukaimu. Ibu sudah menjadi orang gagal dalam merawat anak"

"Jangan berkata seperti itu, ibu tidak gagal, hanya saja, aku tidak bisa membantu meringankan beban ibu. Aku benar-benar minta maaf karena menjadi anak yang tidak berguna. Aku bolos dan bahkan berkelahi di sekolah, itu menyusahkan ibu, bukan? Aku mohon, maafkan aku!"

Ibuku tidak berkata apa-apa dan langsung mengeratkan pelukannya kepadaku. Dia menangis dengan sangat deras

"Maafkan ibu, karena tidak bisa merawat anak secantik dan sebaik dirimu. Ibu malah menyiksamu dan bahkan menjualmu. Ibu benar-benar orang tua yang gagal!"

"Aku juga minta maaf karena selalu menyusahkanmu dan melawanmu, ibu!"

Aku mulai bercerita tentang aku di sekolah, aku bercerita bahwa aku sudah memiliki sahabat yang sangat membantuku di sekolah. Aku bercerita semua yang sudah aku lakukan selama aku tinggal di rumah bu Ishikawa. Ibuku terlihat sangat bahagia mendengar aku bisa hidup dengan normal di sekolah

"Kalau kau ingin tinggal di rumah Ishikawa, ibu tidak akan melarangmu, Mitsu'

"Ibu ini bicara apa! Aku ingin memulai hidup baru bersama ibu!"

Ibuku tidak berkata apa-apa dan mulai menitikan air mata lagi. Kali ini, aku tidak menangis dan mengusap air mata yang ada di pipi ibuku

"Jangan menangis lagi, ibu"

"Kau memang anak yang terbaik, Mistu…"

"Kalau begitu, aku akan ke rumah bu Ishikawa dan membereskan barang-barangku di sana. Sampai jumpa, ibu. Aku mencintaimu"

"I-Iya, sampai jumpa. Ibu juga mencintaimu, Mitsu"

Aku kembali ke rumah bu Ishikawa, ketika aku sampai, aku melihat banyak sekali sepatu sekolah. Apa temannya Take datang berkunjung?

"Aku pulang…"

"Mitsu!"

Ternyata yang datang adalah Chika dan Yuuto! Chika langsung memeluku dan menangis di pelukanku. Kenapa dia menangis?

"Kenapa kau menangis, Chika?"

"Aku minta maaf, karena aku tidak bisa membantu menyelesaikan masalahmu!"

"Sudahlah, bagaimana kalau kau membantuku mengemas barangku?"

"Baiklah…"

Aku pergi ke kamarku dan mulai membereskan barangku bersama bu Ishikawa, Chika dan Yuuto. seperti biasa, Yuuto tidak banyak berbicara dan juga dia tidak membantu membereskan sama sekali!

"Kalau begitu, aku akan pergi dulu, ibu. Terima kasih sudah merawatku dan menyayangiku seperti anak sendiri. Aku benar-benar berhutang budi kepadamu"

"Tidak usah dipikirkan, ini semua ibu lakukan demi kebaikanmu, Mitsu"

"Kalau begitu, aku pergi, bu Ishikawa. Sekali lagi, terima kasih banyak"

"Hati-hati di jalan"

Karena rumahku dan rumah Take tidak terlalu jauh, kami memutuskan untuk berjalan kaki. Yuuto, Take dan Chika ikut ke rumahku untuk membantuku merapihkan rumahku

"Apa tidak apa-apa kalian ikut membantuku?"

"Tentu saja! ini bukanlah masalah! Benarkan, Take, Yuuto?"

"Sejak kapan kalian bertiga menjadi sangat akrab?"

"Tidak tau, mungkin karena kita berempat adalah sahabat!"

Mendengar kata-akat Chika, aku langsung memeluk mereka berempat dengan sangat erat. Aku benar-benar bersyukur bisa bertemu mereka

"Mitsu… bukankah kita tidak semestinya berpelukan di jalan seperti ini?"

"Kau benar, Take! maaf aku terlalu terbawa suasana"

Akhirnya kami berempat tertawa bersama dan kembali menuju ke rumahku untuk membereskan dan membersihkan rumahku. Aku benar-benar bersyukur bisa memiliki sahabat seperti mereka. Aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi dan aku ingin menyambut ibuku dengan keadaan rumah yang rapih dan berkata "Selamat datang di rumah, ibu!"