Chereads / Señorita : The Evil Symphoy / Chapter 1 - The Evil Symphony

Señorita : The Evil Symphoy

Mun_ath
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 157.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - The Evil Symphony

The Evil shymphony

Lucas masih duduk terdiam disana, ia nampak bosan. Bahkan wajah tampannya takan bisa menutupi tatapannya yang tajam dan kejam. Sudah seharian ini ia duduk tanpa bergerak sedikitpun, ia harus bertahan! Sebentar lagi semua peserta ini akan habis. Setelah itu dia bisa pulang dan meninggalkan peserta konyol ini.

.

.

.

Tak ada satupun dari mereka yang mampu menarik perhatian Lucas, semuanya sama. Hanya mengulang apa yang pernah ada, tak ada improvisasi tak ada pembaruan. Tak ada harmoni. Tak ada penghayatan. Mereka bermain hanya karena pemenangnya akan bermain Biola dengannya. Bermain Biola mendampingi Lucas Northwest. Seorang maestro muda, jenius dalam musik. Bahkan namanya selalu dibandingkan dengan legenda Violis dunia. Mulai dari Mozart, Pablo bahkan sang pemain Biola tersohor negeri ini, Almarhum Idris Sardi mengakui kemahirannya bermain Biola saat ia masih belia.

.

.

.

Namun permainan payah dari peserta hari ini telah membuat semangat Lucas luntur sejak pagi, ia menginginkan seseorang yang berbakat. Hanya seseorang yang berbakat yang bisa mendampingi dan mengimbangi permainannya. Tapi, tak ada satupun dari mereka. Tak ada. Sekarang, sampailah ke peserta terakhir, dengan nomor peserta tiga ratus enam. Bayangkan, sejak pagi hari Lucas harus duduk hanya untuk melihat nomor peserta terakhir hari ini. Ia nampak antusias, bukan karena menunggu permainan yang akan di tunjukan kepadanya. Tapi ia ingin pulang! Duduk tenang bukanlah gayanya, ia terbiasa berpesta dan hari ini ia habiskan untuk duduk. Menyebalkan.

.

.

.

.

Dari sebrang panggung, Rachel masih mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang tak karuan. Ini kesempatan emas, sekaligus kesempatan terakhirnya. Kesempatan emas untuk bermain dengan musisi muda favoritnya. Setiap hari Rachel selalu memutar lagu lagu dari konser solo Lucas. Mendengarkannya dan mencoba untuk bermain dengan Lucas dengan perantara layar laptopnya. Kemampuan Rachel memang jauh dibawah Lucas, kemampuannya takan bisa dibandingkan dengan maestro muda itu. Kemampuannya bermain Biola sungguh seperti Apollo. Jika Lucas tidak terlahir sebagai manusia, mungkin dimata Rachel, Lucas adalah sosok dewa musik.

.

.

.

.

.

Rachel berjalan menaiki undakan tangga, menuju ke atas panggung. Ia merupakan peserta terakhir, lalu setelah itu ia takan mempermasalahkan hasil. Ia tak berharap lebih dari kompetesi yang sangat ketat ini. Tiga ratus orang memperebutkan satu posisi untuk bermain mendampingi Lucas Northwest. Kemungkinan untuk Rachel hanyalah satu banding seratur. Apa lagi, ia tak memiliki Biola yang bagus. Biola yang ia pakai tak pernah berubah dari lima belas tahun yang lalu. Biola pertamanya, Biola yang menemaninya memainkan semua melodi indah yang pernah ia dengar. Biola sederhana dengan material kayu biasa, kayu Eboni, berbeda dari Biola mahal milik kalangan elit yang terbuat dari kayu maple dan surai kuda.

.

.

.

.

" apa kamu bisa lebih cepat sedikit ? apa kamu hanya akan diam disitu dan menunjukan kebodohanmu kepadaku hah ? "

Lucas bukan orang yang baik, semua orang tau itu. Walaupun ia disanjung karena bakatnya, nyatanya ia adalah orang yang arogan. Itu bukan lagi rahasia umum, itu sudah menjadi pengetahuan umum. Semua akan terlahir arogan jika mereka terlahir di keluarga kaya dan sukses. Berbeda dengan Rachel yang terlahir dari keluarga sederhana, namun di penuhi dengan cinta.

Begitu mendegnar nada tidak sabar yang keluar dari mulut Lucas, Rachel segera tersadar dari lamunannya. Ia mengumpulkan segala keberaniannya, menganggukan kepalanya. Tanda ia telah siap untuk memulai permainanya.

Lucas nampak tak peduli dengan Rachel, otaknya sudah dipenuhi dengan angan angan untuk pulang. Meminum segelas Wine di apartemennya lalu tertidur pulas. Ia bahkan tak memperhatikan Rachel yang mulai mengangkat Biolanya, meletakan Biola di tangan kirinya dan memagutnya dengan dagunya. Sesaat Rachel menarik nafas dalam, seolah itu dapat mengusir demam panggungnya.

Tangan kanannya telah mencengkeram busurnya dengan kuat penuh kepastian, seolah ini adalah momen penantian yang telah ia tunggu tunggu. Walaupun Rachel selalu demam panggung seperti biasa. Namun ketika ia telah menggesekan busur ke senar Biolanya. Menghasilkan melodi hangat dengan tempo yang menghanyutkan. Alunan lembut simfoni milik Paganini, Nel Cor Piu Non Mi Sento. Alunan nada yang menyenangkan namun juga lembut itu keluar dari gesekan busur Biola Rachel dengan senar Biolanya.

Lucas kaget begitu mendengar lantunan simfoni milik Paganini itu, lagu yang sangat jarang ditampilkan. Orang orang mungkin menganggapnya begitu sederhana, tapi sebenarnya susunan nadanya sangat unik, bagi Lucas lagu ini merupakan lagu yang sangat bagus. Bukan karena susunan nada yang unik, namun lagu ini juga berarti untuknya.

Permainan Biola Rachel itu berhasil menarik perhatian Lucas, tanpa sadar Lucas menarik kursinya mendekatkan diri ke sumber suara yang ada di depannya kini. Memperhatikan permainan Biola dari Rachel yang terhanyut dengan nada nada yang dimainkannya. Lucas begitu terheran ketika melihat Biola yang di pakai oleh Rachel. Biola biasa tanpa senar istimewa dari usus domba yang bisa menghasilkan suara yang hangat seperti nyanyian manusia. Biola milik Rachel ini adalah Biola tua dengan senar besi biasa. Senar dengan bahan seperti itu akan menghasilkan resonansi yang sangat berbeda dari Biola klasik pada umumnya. Suara yang dihasilkan akan lebih kaku. Tapi karena permainan Rachel, itu menjadi berbeda.

sebaliknya nada yang dihasilkan Rachel pada Biola sederhana ini sangatlah hangat, seolah ia menggunakan Biola klasik dengan senar berkualitas, Lucas juga bisa memastikan kalau busur yang digunakan Rachel seratus persen adalah busur sintetis. Bukan dari surai ataupun rambut kuda yang dapat menghasilkan suara paling bagus dalam bermain Biola. Tanpa sadar Lucas memperhatikan Rachel yang tengah terhanyut dalam permainannya sendiri. Ia tengah menutup mata, menikmati setiap alunan nada yang keluar dari gesekan busur di tanganya.

Dan entah kenapa, Lucas juga seolah tersihir dengan permainan Rachel. Ia memperhatikan gerakan tangan Rachel, dengan jari jari lentiknya, Rachel memetik senar Biola untuk menghasilkan nada yang di inginkannya. Lucas benar benar tersihir dengan permainan Rachel, ia hampir berdiri sebelum hal yang sangat mengejutkan terjadi di tengah tengah lagu.

Rachel begitu kaget dengan apa yang terjadi, salah satu senarnya putus. Untuk beberapa saat semua peserta juga ikut kaget atas apa yang terjadi kepada Rachel. Mustahil, ah tidak tidak. Hampir mustahil bagi seorang Violis bermain Biola dengan hanya menggunakan tiga senar.

Lucas juga tak kalah terkejutnya dengan penonton lainnya, ia bahkan hampir berjalan ke tengah panggung untuk bergabung dengan permainan Rachel. Tapi melihat kejadian barusan, ia seperti otomatis menarik diri. Lucas juga berpikiran sama dengan yang lainnya. Mustahil bermain hanya dengan tiga senar, walaupun dia sendiri bisa memainkannya.

Rachel begitu terpukul, Biolanya ini adalah Biola satu satunya yang ia miliki. Ia bahkan tak bisa membeli Biola lain seumur hidupnya, Biola ini yang memulai mimpinya. Seperti yang ia pikirkan diawal. Ini adalah kesempatan emas juga kesempatan terakhirnya. Kesempatan terakhirnya untuk bermain Biola, kesempatan terakhirnya untuk bermain. Setelah selesai dengan semua ini, ia berniat mencari pekerjaan lain setelah lulus kuliah. Bekerja layaknya orang biasa, mencari uang untuk ibunya yang sakit sakitan. Melupakan mimpinya juga cinta pertamanya.

Rachel masih tertunduk ke lantai, ini seperti akhir yang tragis untuknya. Ia memandang Biola dengan satu senar yang putus di tangannya itu, ia punya satu Biola lagi. Tapi itu bukan sepenuhnya miliknya. Itu milik ayahnya, Biola yang selalu disimpannya dengan rapi setelah kepergian ayahnya dan tak pernah tersentuh olehnya. Tapi tiba tiba sekelibat memori mengingatkannya tentang apa yang ayahnya pesankan dulu. Ayahnya pernah berkata, walaupun dunia menentang mimpimu sekeras baru. Tapi yang membuat kamu tetap bertahan adalah kemauanmu untuk meraih mimpimu. Rachel mulai berpikir, walaupun ini akhir dari mimpinya ia takan membiarkan ini menjadi memori yang menyedihkan.

Mungkin Rachel akan merelakan cinta pertamanya yang takan pernah ia temui walaupun ia menjadi Violis terkenal. Tapi itu dulu, motivasinya bermain Biola adalah karena cinta pertamanya. Tapi seiring waktu, Rachel benar benar jatuh cinta dengan Biola. Entah seburuk apapun Biola miliknya. Tapi ia tetap bisa menghasilkan nada indah seperti menggunakan Biola klasik.

Perlahan Rachel mengangkat kembali Biolanya, kembali memagutnya dengan dagunya. Perbuatannya itu membuat semua orang di aula panggung itu terkaget. Belum pernah ada orang yang begitu berani bermain dengan tiga senar walaupun resiko kegagalanya sangat tinggi. Tapi Rachel mengabaikan tatapan merendahkan dari semua orang orang itu. Baginya, ia terbiasa ditatap dengan tatapan merendahkan itu. Tapi, jika itu terkait mimpinya. Maka ia akan memberikan pukulan keras bagi mereka yang meremehkannya. Tidak ada yang boleh meremehkan ia dan mimpinya itu.

Disebrang sana, Lucas malah tersenyum puas. Seolah, pertunjukan yang sebenarnya baru saja dimulai. Begitu Rachel memulai kembali permainannya dengan tiga senar. Semua terdiam membisu. Menandakan mereka seperti menelan kembali ludah mereka. Permainan Rachel begitu sempurna. Orang awam takan pernah bisa membedakan permaian Rachel dengan permainan Biola dengan senar lengkap.

Lucas bisa menangkap senyum kepuasan di sudut bibir Rachel. Wanita sederhana itu, dengan pakaian lusuh jauh sekali dari segala jenis pakaian bermerk. Wajah pucat natural tanpa polesan make up ataupun lipstik di bibirnya. Tapi begitu cantik, Lucas menyadari itu ketika melihat Rachel dengan jelas. Figur wajah Rachel yang lembut dengan lesung pipi di kedua sisi. Pandangan mata yang teduh, berbeda sekali dengan tatapan Lucas yang sangat tajam dan mengintimidasi. Tapi yang menarik di mata Lucas bukanlah semua itu. Tapi bakat Rachel. Lucas tidak suka dengan perempuan yang selalu mengandalkan tubuh untuk menggodanya. Tapi yang menarik dari Rachel di mata Lucas adalah bakat Rachel. Bakat yang tengah ia cari untuk mendampinginya.

Lucas telah menemukan pasangan yang tepat untuk menemaninya bermain Biola nanti. Yaitu Rachel. Ini adalah saat saat yang dinantikan oleh Lucas, ia segera mengambil Biolanya yang ia letakkan di meja kecil di sebelahnya. Biola II Canonne Guarnerius. Biola yang pernah dipakai oleh sang pembuat lagu. Paganini. Biola yang didapatkan Lucas saat konsernya di Italia. Biola ini seharusnya tersimpan di dalam museum sana. Tapi Lucas mendapatkannya tanpa susah payah. Mereka memberikan Biola itu dengan senang hati karena ia merupakan maostro muda yang sangat berbakat. Ia mendapat julukan reinkarnasi Paganini.

Lucas segera mengambil sepasang Biola dan busurnya itu. Gerakannya itu menarik perhatian penonton kecuali Rachel. Ia masih bermain dengan nada dan dunianya sendiri. Lucas segera beranjak kearah panggung. Memainkan Biolanya yang memiliki resonansi yang sangat kontras dengan nada yang dikeluarkan oleh Rachel. Nada yang keluar dari Biolanya ini sangat keras, seperti arti namanya. II Canonne Guarnerius yang berarti meriam. Suara yang dihasilkan begitu nyaring dan tegas.

Begitu Lucas sampai di tengah panggung, ia langsung mengimbangi permainan Rachel dan menggesekan busurnya. Menikmati alunan nada yang keluar dari II Canonne Guarnerius itu.

Rachel begitu kaget, awalnya ia seperti berhalusinasi ketika mendengar suara Biola lain mengiringinya. Ia peserta terakhir, tak mungkin ada peserta lainnya lagi bukan ?. Tapi mendengar alunan nada yang sangat kontras ketika memainkan Nel Cor Piu Non Mi Sento dengan nada dari Biolanya. Nadanya begitu halus dan periang, namun nada Biola satunya lagi begitu keras, tegas. Namun perpaduan permainan mereka beruda begitu menakjubkan. Semua seolah tak habis pikir, bagaimana mungkin ini terjadi.

Harmonisasi dari dua hal yang berbeda, saling memainkan nada yang sama. Entah karena Lucas kah yang mendampingi. Atau kombinasi keduanya yang benar benar diluar dugaan. Semuanya nampak menakjubkan. Bahkan tak seorangpun yang sadar kalau permaian sudah selesai. Semua orang bersorak dan berdiri mengapresiasi penampilanl uar biasa barusan. Bagi Lucas, itu adalah hal yang biasa. Lucas segera menurunkan Biolanya. Rachel nampak tak percaya, ia bisa melakukan permaian Biolanya dengan tiga senar, terlebih ia mendapatkan sorakan meriah di akhir penampilanya tadi. Ia begitu senang sampai saat ia membuka mata. Ia begitu kaget milhat Lucas yang ada di depannya.

Lelaki tampan bertubuh tiggi, dengan wajah yang tak terelakan. Sempurna. Namun tatapan tajam begitu menusuk sewaktu Rachel bertatapan langsung dengan mata Lucas. Laki laki ini benar benar berkarisma. Juga menyeramkan. Pikir Rachel.

Melihat ekspresi terkejut Rachel barusan , membuat Lucas sedikit terhibur. Ia tak bisa menahan sedikit senyuan di bibirnya. Rachel yang berhadapan langsung dengan Lucas, bahkan tak tau apa yang tengah di tertawakan oleh maestro muda itu. Ia begitu gugup awalnya, di tengah tengah permainan ia begitu sedih melihat Biolanya yang rusak. Sekarang ia terkejut karena teman duetnya barusan adalah sang juri, idolanya.

" permaian yang bagus ... "

Lucas mengatakan pujian seolah sama seperti mengatakan, ah ya hari ini hari rabu. Tak ada yang spesial. Tapi itu merupakan pujian pertama yang keluar dari mulut Lucas sendiri. Rachel bahkan tak tau harus berkata apa, atau harus bagaimana. Berdiri berhadapan dengan Lucas sudah membuat otaknya hilang akal.

Semua orang yang kembali memberikan tepuk tangan, tepuk tangan untuk Rachel yang berhasil mendapatkan pujian dari sang maestro. Begitu gugupnya Rachel mendapatkan sambutan meriah itu, ia hanya membungkuk. Memperlihatkan rasa hormat dan rasa berterimakasihnya karena Lucas telah bermain Biola dengannya barusan.

Lucas tak membalas Rachel yang tengah membungkukan punggungnya itu, ia langsung berjalan kearah kursinya. Mengembalikan Biolanya yang berharga kembali ketempatnya. Rachel yang merasa telah terabaikan itu, menyadari kalau ia harus segera turun dari panggung, sebentar lagi acara ini selesai. Dan Lucas sudah menemukan pemenangnya.