Chereads / Señorita : The Evil Symphoy / Chapter 2 - The Evil Symphony

Chapter 2 - The Evil Symphony

Rachel langsung turun dari panggung, melangkahkan kakinya membaur bersama para peserta lainnya. Beberapa orang masih memandangnya rendah, bukan tanpa alasan. Mereka yang datang kesini bukan dari golongan menengah kebawah. Mereka adalah golongan kelas atas. Itu bisa terlihat dari Biola yang mereka bawa. Orang orang elit itu kesini hanya untuk memperebutkan posisi untuk mendampingi Lucas Northwest di konser solonya nanti di Athena, Yunani. Akan ada festival musik klasik disana.

Semua pemain alat musik klasik dari Biola, Piano, Cello dan lainnya berkumpul disana. Dan saat itu pula Lucas mengumumkan konsernya. Antusiasme pecinta musik klasik terbelah seketika begitu mendengar berita itu, mereka takan bisa memilih jika itu dibandingankan dengan Lucas. Karena Lucas hanya mau mengadakan konser setahun sekali, dengan bayaran yang sangat mahal. Satu kali konser mungkin bisa menafkahi Rachel untuk lima tahun tanpa harus berhemat. Maka dari itu, konser ini sangat amat penting.

Rachel mencoba mengemasi Biolanya, ia mengusap lembut senar Biolanya yang putus. Lagu yang ia bawakan barusan adalah lagu yang sering ia mainkan dengan cinta pertamanya. Itu lagu favoritnya dan penuh dengan kenangan. Tapi sekarang Rachel takan berani bermain Biola lagi, ia tak punya uang untuk memperbaiki Biola ini apalagi membeli Biola yang baru. Ia sepertinya harus menyimpan Biola ini untuk selamanya.

Rachel tiba tiba teringat akan kondisi ibunya, ah! Ini sudah lewat dari jam tujuh malam. Ia harus segera ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Rachel segera bergegas memasukan Biolanya kedalam tas dan langsung menggendongnya. Ia langsung berlari ke pintu keluar, ia tak peduli dengan hasil audisi ini. Toh kemungkinannya untuk menang sangat kecil. Ia hanya ingin bermain di depan idolanya. Hanya itu. Tidak lebih.

Rachel terus berlari tanpa ia sadari Lucas ada di sana. Di susut aula yang takan terlihat oleh orang orang. Lucas sedari tadi terus memusatkan pandangannya ke arah punggung Rachel yang kian menjauh. Lucas tak habis pikir, baru pertama kali ini dia tertarik dengan gadis lugu. Ia menyerah! Ia tak hanya tertarik dengan Rachel karena bakatnya, tapi juga karena Rachel itu sendiri.

" tuan Lucas, apa tuan sudah menemukan pemenang audisi kali ini ? perlukah saya segera mengumumkan hasilnya ... ? "

Itu Shawn. Asisten Lucas yang selalu mengikutinya kemanapun. Lucas tak pernah membutuhkan sekretaris. Ia hanya membuat konser tunggalnya setahun sekali, tiga ratus enam puluh empat hari lainnya ia habiskan untuk berfoya foya. Dengan wanita dan uangnya.

" aku sudah menemukan pemenangnya, segera hubungi dia besok. Katakan untuk segera menemuiku di alamat kantor. Pemenangnya adalah peserta nomor tiga ratus enam, peserta terakhir "

Lucas langsung tersenyum saat ia mengingat permaiannaya barusan. Tapi ia langsung mengutuk dirinya sendiri. Ia bahkan belum mengetahui namanya. Shawn yang mendengar perintah untuknya itu barusan, ia langsung beranjak untuk pergi. Melaksanakan tugasnya, majikannya ini terkadang bukan hanya arogansinya yang tinggi, tapi emosinya juga tak menentu. Jadi sebelum ia terkena amukan Lucas, ia harus segera minggat.

" tunggu! Tunggu! Jangan pergi dulu .. "

Lucas teringat kalau dia belum mengetahui siapa nama perempuan itu, ia harus segera mengetahuinya. Segera. Shawn langsung berbalik badan dengan kaget, ia pasti melakukan kesalahan yang membuat tuannya itu marah.

" cari tau siapa namanya .... "

Shawn tidak tau apa yang tengah Lucas katakan, siapa? Nama siapa? Orang yang mana?

" maaf tuan, siapa yang harus saya cari tau .... ?"

Shawn bertanya kembali sambil terus menunduk. Ia takut membuat kesalahan.

" cari tau nama peserta tiga ratus enam, aku juga ingin tau data dirinya dengan lengkap. Segera "

Lucas tengah bahagia, itu yang tergambar jelas di matanya. Shawn bisa melihat itu seperti sinar, wajah Lucas yang biasa dingin kini tengah menghangat. Tidak biasanya juga ia ingin mengetahui hal hal pribadi seseorang. Kecuali ia ingin menjatuhkannya, itu yang sering ia lakukan kepada saingan

bisnisnya.

.

.

.

.

.

Rachel masih disana, menunggu bis yang akan mengantarnya ke rumah sakit. Ia harus segera ke rumah sakit, ibunya takan ada yang menjaga. Karena di dunia ini mereka hanya memiliki satu sama lain.

Rachel masih menunggu sampai setengah jam kemudian, ia tak menyangka. Akan sesulit ini mendapatkan bis untuk ke rumah sakit. Ia takan menggunakan taxi, itu terlalu jauh dan mahal. Ongkos taxi mungkin sama dengan uang makannya selama seminggu. Tidak, ia harus bertahan. Sebentar lagi

Rachel, sebentar lagi. Hanya harus menunggu sedikit lagi. Setelah itu ia bisa naik bis, bukan begitu ?.

Tapi nyatanya Rachel tak seberuntung itu, langit malam yang gelap menyamarkan awan mendung diatasnya. Rachel tak menyadarinya, ia masih melihat ke arah jalan menunggu bis lewat. Tapi bukan lagi gerimis yang turun, melainkan hujan yang sangat deras. Rachel harus segera beringsut ke halte

untuk berteduh. Hanya sebentar dan semua bajunya basah kuyup. Ia menepuk nepuk pakaiannya seolah itu bisa mengeringkannya kembali. Rachel mengeluh, hujan akan membuatnya semakin susah untuk mendapatkan bis. Apa ia harus menggunakan taxi saja ?

.

.

.

.

.

Lucas tengah bersender di kursi penumpang, sejenak meregangkan otot otot lehernya yang kaku seharian. Ia sampai tak bisa merasakan kakinya, kram di kakinya masih terasa. Ia hanya bisa melihat ke seberang jalan, jalanan yang kini terguyur hujan membuat lalu lintas menjadi sangat sepi. Tak sepadat biasanya, tak membuat kebisingan. Justru bagi Lucas, hujan membawa sedikit ketenangan untuknya. Lucas masih menatap jalanan sampai mobilnya melewati halte bis yang sangat sepi. Tapi mata tajam Lucas bisa menangkap sosok itu.

Sosok perempuan yang tengah menepuk nepuk pakaianya yang basah, itu Rachel. Ini kesempatan bagi Lucas, ia harus tau namanya. Segera.

" Shawn, kita menepi di seberang halte sana. Sekarang "

Lucas menujuk ke halte bus di kanan jalan. Halte dimana Rachel tenah berdiri sendirian. Ini tidak mudah, karena jalan yang mereka lalui adalah jalan satu arah. Shawn harus melaju kedepan beberapa ratus meter untuk berpindah jalur.

.

.

.

.

.

Rachel semakin khawatir, semakin malam dan hujan tak kunjung reda. Ia khawatir akan ibunya, bagaimana keadaan ibunya sekarang ? Rachel hanya bisa menunggu hujan reda. Ia sudah memutuskan untuk menggunakan taxi. Ia tak peduli dengan uang makannya untuk seminggu kedepan. Asalkan ia

bisa cepat ke rumah sakit. Ia tak peduli jika harus berpuasa.

Rachel semakin lelah berdiri, ia masih berdiri dari tadi berharap ada kendaraan lewat. Tapi sia sia, itu hanya membuatnya kehilangan banyak energi. Ia memutuskan untuk duduk sambil melepas penat.

Rachel duduk di kursi halte dan meluruskan kakinya yang kelelahan. Tanpa sadar ia memijit mijit kakinya. Ia sendirian disini. Malam yang gelap, hujan deras, dan ia sendirian. Namun tiba tiba Rachel merasakan kehadiran orang lain, ia seperti mendengar langkah kaki yang berat. Mendekatinya. Rachel langsung terjaga, ia melihat ke arah kanannya. Tidak ada siapa siapa. Namun begitu ia akan mengok ke arah kiri. Tiba tiba mulutnya dibekap dengan paksa.

Rachel berusaha memberontak dari tangan kekar yang membungkam mulutnya itu. Tangannya berusaha memukul mukul tangan itu, tapi itu sia sia. Tangannya kini telah di cengkram dengan sangat kuat. Rachel bisa melihat wajah itu, laki laki dengan bekas luka di wajahnya. Itu benar benar menyeramkan. Rachel langsung menangis sejadi jadinya. Tapi ini sia sia. Hujan menyamarkan suaranya dan juga air matanya.

Rachel bisa merasakan tubuhnya di seret kearah semak semak. Jangan! Jangan! Seluruh pikiran negatif Rachel berkecamuk di otaknya. Tapi satu hal yang paling ia takutkan, pemerkosaan. Rachel berusaha memberontak lebih keras, kini ia menggunakan kakiknya untuk menendang nendang tubuh pria itu agar menjauh darinya. Tapi itu sia sia. Perbuatannya barusan malah membuat laki laki itu menjadi marah.

" sebaiknya kamu menurut dan patuh padaku, atau ini akan menjadi lebih sakit! "

Rachel bisa mendengar ancaman itu, ancaman yang membuatnya sangat ketakutan. Tubuhnya didorong menjauh dari jalan raya, kakinya bisa merasakan perih dan sakit secara bersamaan karena tergores ranting dan terkena hujan.

Tiba tiba laki laki itu berhenti saat sudah menyadari kalau jalan raya sudah lumayan jauh di belakang. Laki laki itu kini mendekatkan bibir hendak mencium Rachel. Tapi Rachel berusaha menghindar dengan membenturkan kepalanya ke wajah laki laki itu. Laki laki itu kesakitan dan refleks melepaskan cengkramannya dari Rachel. Sebagai gantinya Rachel harus terpelanting cukup jauh dan terjatuh ke tanah. Ia kesusahan untuk berdiri.

Laki laki itu kini marah besar, ia mendekati Rachel dengan amarah berkecamuk. Tapi kakinya tak bisa di gerakan. Kakinya kram jika terkena hawa dingin cukup lama. Dan ini bukan saat yang tepat. Rachel tak mungkin menggunakan cara yang sama untuk kedua kalinya. Ia tak bisa meloloskan diri kali ini.

Rachel menutup matanya ngeri saat laki laki itu kian mendekat ke arahnya. Dalam hati Rachel hanya berdo'a semoga ia bisa selamat. Tapi batinnya juga mengelak itu semua.

" tolong....!!!! "

Itu adalah teriakan Rachel yang penuh dengan permohonan, do'a, juga keputusasaan.

.

.

.

.

.

.

.

Lucas begitu marah ketika ia melihat Rachel di bungkam dan di terjang ke arah semak semak. Saat itu ia bisa melihat dari kejauhan. Dari jarak kurang lebih lima puluh meter. Ia sadar apa yang akan terjadi kepada Rachel jika ia tak cepat menyelamatkanya. Lucas langsung memerintahkan Shawn untuk mepercepat laju mobilnya. Tak mau berlama lama, begitu mobil berhenti Lucas langsung turun dengan sigap.

Lucas langsung berlari kearah semak semak, ia masuk dan langsung mencari kemana laki laki brengsek itu membawa Rachel. Nafas Lucas memburu, seolah amarah memenuhi setiap darah yang mengalir di tubuhnya. Ia bersumpah takan membiarkan laki laki itu lolos.

Tapi tiba tiba Lucas mendengar jeritan meminta tolong. Tak salah lagi! Itu Rachel. Lucas langsung berlari mencari sumber suara. Ia berlari tanpa henti, menerjang semak semak dan ranting yang menghalangi jalannya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, tapi Lucas tak merasakan kedinginan sedikitpun. Ia terlalu emosi.

Lucas melihatnya disana! Laki laki itu tengah mendekati Rachel dengan terburu buru dan langkah penuh amarah. Sedangkan Rachel terkapar di tanah. Sialan!!

Lucas langsung menerjang laki laki sialan tiu dan langsung melayangkan tinju di kepalanya. Laki laki itu bahkan tak menyadari kedatangan Lucas, ia begitu tercengang begitu mendapatkan pukulan keras di kepalanya. Sesaat ia nampak sempoyongan, tapi detik itu pula laki laki itu langsung menerjang balik ke arah Lucas. Namun, Lucas tak tinggal diam. Dengan gesitnya ia menghindari pukulan yang dilayangkan kepadanya dan memberikan hadiah berupa pukulan balik ke arah perut.

.

.

.

.

Rachel entah harus bersyukur atau merasa lega. Atau bahkan keduanya. Disaat saat terakhir ia sangat putus asa, tiba tiba datang orang yang menolongnya. Rachel masih terlalu syok, tapi di tengah tengah lahan yang penuh semak semak ini dengan pencahayaan yang remang remang. Rachel bisa melihat dua laki laki itu tengah bergulat. Satu memukul dan menghindar, tapi itu tak berhenti lama. Mereka saling serang. Sampai laki laki yang Rachel yakini adalah orang yang hendak mencelakainya itu, tumbang. Pukulan telak di dada yang bisa menghentikan aliran darah tapi juga bisa menghentikan pernafasan.

Laki laki itu tergeletak lemas di tanah yang basah karena hujan, wajahnya menghadap langsung ke tanah. Dia pingsan.

Laki laki yang menolongnya itu mendekatinya dengan panik, tapi Rachel justru merasa lega. Ia selamat, tak kurang satu apapun.

" hey, kamu baik baik saja ? hei! Jawab, siapa namamu ... "

Rachel bisa mendengar pertanyaan itu di tujukan kepadanya, tubuhnya di goncang goncangkan. Sepertinya kesadarannya hampir habis.

" Rachel.. nama saya Rachel ... "

.

.

.

.

Lucas yang mendengar jawaban pertanyaanya itu, namanya Rachel. Tapi belum sempat ia mendengar jawaban bagaimana keadaannya, Rachel sudah tak sadarkan diri. Ia pingsan, entah karena kejadian barusan atau karena hal lain. Tapi itu benar benar mengusik pikiran Lucas. Ia harus segera membawa

Rachel pergi.

Lucas segera mengangkat Rachel dan membawanya di dalam pelukannya. Ia bisa mendengar suara sesorang berlari kerah mereka. Lucas hendak menurunkan Rachel dari gendongannya, ia khawatir itu adalah komplotan dari laki laki ini. Tapi itu ternyata salah. Orang yang berlari kearah mereka itu ternyata adalah Shawn.

" Shawn, urus orang ini! Aku ingin dia sengsara bagaimanapun caranya ... "

Lucas menginjak tubuh yang tengah pingsan di tanah itu dengan keras, seolah itu harus segera disingkirkan.

"baik tuan, segera saya laksanakan ... "

Setelah memberikan perintah yang sangat jelas maknanya di otak Shawn, Lucas langsung berjalan menuju kearah jalan. Ia harus segera membawa Rachel pulang sebelum terjadi apa dengannya. Lucas berjalan dengan terburu buru dengan Rachel di tangannya. Tubuh itu terkulai lemas, itu benar benar membuat Lucas merasa khawatir.

Lucas langung menyingkirkan semak semak dengan kakinya dan membuka jalan. Kini ia bisa melihat mobilnya yang terparkir sembarangan di jalan raya yang lengang ini. Lucas langsung masuk ke mobil dan menidurkan Rachel di kursi penumpang dengan berbantalkan pahanya. Tubuh Rachel benar benar dingin dan pucat.

Tak lama kemudian Shawn menyusul masuk kedalam mobilm tubuhnya tak kalah basah kuyup oleh hujan. Tapi Shawn dengan sigap langsung masuk dan memegang kemudi. Mobil langsung berputar arah tanpa memikirkan aturan, tidak seperti sebelumnya.

" bagaimana ... ? "

Lucas bertanya kepada Shawn dengan tatapannya yang malah tertuju kearah Rachel.

" tulang kaki kanan dan tangan kiri, salah satu tulang itu takan bisa digunakan lagi .... "

Shawn menjawab sambil terus terfokus ke jalanan, sedangkan Lucas tersenyum puas dengan kerja keras bawahannya itu.

" sekarang kita ke villa "