Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~
Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.
Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu
===========
Rachel dan Lucas bermain dengan nada yang sangat mesra, keduanya saling melengkapi dengan ciri khas yang di keluarkan. Namun walaupun dua karakteristik suara yang berbeda.Mereka bermain dengan indah dan menghanyutkan. Setiap nada keluar tanpa paksaan, mereka benar benar menikmati permainan duo mereka.
Sesekali Lucas membiarkan Rachel yang mendominasi permaian, tapi seakan sudah terkoneksi dengan Rachel. Entah dari mana Lucas bisa mengetahui kalau Rachel memberikannya kesempatan untuk mendominasi. Permaian yang sangat seimbang, mereka bermain dengan sangat apik. Seperti satu kesatuan yang memang harus bersama dan bersatu. Tak akan ada yang mengira kalau mereka baru
melakukan permainan ini dengan satu kali percobaan. Ini berbeda sekali dengan permaian duet mereka saat Rachel melakukan audisi. Disana Lucas mengimbangi permainan Rachel. Tapi sekarang , mereka seolah mencari dan akhirnya menemukan kesamaan warna dari permaian mereka.
Mereka seolah sudah menemukan ketertarikan dari masing masing, saling melengkapi permainan dan menyempurnakan setiap nada. Alunan yang lambat nan memabukan, rumit tapi menarik, serta terdengar misterius. Saat Rachel memetik setiap senar, Lucas tak kalah gila. Ia mempercepat permainan merubah simphoni yang lembut, misterius, serta halus itu berubah menjadi ceria dan mengasyikan. Padahal itu hanya perubahan tempo. Ia bahkan memberikan improvisasi dengan
sentuhan yang elegan di akhir permainan.
Mereka bermain hanya dalam dua menit, tapi dalam waktu sesingkat itu. Mereka seolah tersihir di dunia yang hanya mereka yang tau, mereka yang dengar dan mereka yang melihat. Rachel berhenti dan menurunkan Biola dari dagunya, ia menarik nafas dalam seolah kehabisan nafas. Mengimbangi permainan Biola Lucas sama saja seperti berlari. Walaupun ia tau kalau Lucas mengajarinya secara pelan pelan, tetapi permaian Lucas sangatlah luar biasa.
Di lain sisi, Lucas juga tengah terperangah dengan permaian Rachel. Belum pernah ia menemukan pendamping yang begitu menyatu dengannya, seolah mereka adalah sepasang melodi, seolah mereka adalah rangkaian nada yang jika di satukan akan menjadi lagu yang indah. Bahkan Lucas masih
terheran, kenapa ia baru menemukan talenta luar biasa seperti Rachel sekarang ini ... ? dimana saja ia dulu, kenapa terlambat menemukan Rachel.
" Apa kau menjual jiwamu ke pada iblis ... ? "
Tanpa di sadari Lucas bertanya, mengutarakan isi pikirannya. Bukan dengan kata kata pujian, tapi paradox yang benar benar lucu di kalangan Violis.
" bagaimana mungkin saya menjual jiwa saya sendiri kepada iblis, kalau seperti itu saya memainkan Biola dengan indah, tapi tanpa jiwa ... "
Rachel tersenyum menanggapi pertanyaan Lucas, ia tau apa yang tengah Lucas maksud dengan pertanyannya. Itu adalah cerita yang tersebar di kalangan Violis, tentang maestro mereka yang telah meninggal. Paganini. Ia adalah satu satunya pemaian Biola yang dianggap paling sempurna dan tidak akan bisa di tiru. Permaiannya dengan senar dan busur Biola itu. Bagaimana mungkin, lelaki kurusnkering yang bahkan tak bisa merawat dirinya sendiri. Bisa menciptakan instrumen yang sangat luar biasa. Menciptakan banyak lagu, tanpa kekurangan sedikitpun.Paganini selalu menyimpan sendriri orkestra tunggal Biola miliknya, itu membuat banyak sekali misteri di banyak kalangan. Mereka berspekulasi kalau Paganini telah menukar jiwanya dengan iblis, karena itulah ia bisa bermaian dengan sempurna tanpa tertandingi. Karena itu ia harus menyembunyikan permaian tunggalnya itu.
Tapi mungkin semua orang itu salah besar, di akhir hidupnya. Paganini bahkan tak bisa bicara. Seperti kutukan musisi. Beethoven yang buta, tuli dan bisu. Apakah kalian pikir orang yang sudah seperti itu bisa menciptakan lagu ... ? tapi itu berbeda, kecintaan Beethoven dengan musik itu luar biasa besar.
Bahkan tuli, buta dan kebisuan tak menghalanginya untuk bermain Piano. Itu juga yang terjadi pada Paganini, di akhir hidupnya ia bahkan masih bermain Biola di ruangannya. Jadi bukan karena ia menukar jiwanya dengan iblis, tapi jiwanya telah menyatu dengan cintanya akan musik dan Biola.
" memang benar, mungkin kau tak menjual jiwamu. Tapi bagaimana kau bisa bermain seindah barusan .. ? "
Lucas masih penasaran, ia harus menemukan jawaban atas talenta Rachel. Apa ia bertalenta karena ia benar benar di karuniai bakat terpendam. Atau ia memang berusaha sangat keras. Tapi Rachel yang mendengar Lucas mengatakan permaiannya sangat bagus, ia benar benar sangat senang.
" sejujurnya, saya bermain dengan sangat gugup barusan. Tapi saya bersyukur bisa mengimbangi permaian Tuan ... "
Lucas memperhatikan tangan Rachel dengan seksama, memang benar yang dikatakannya barusan. Ia bisa melihat jari Rachel yang masih gemetar karena gugup. Lalu bagaimana mungkin, ia bisa mengimbangi permainanku ... ?
" kalau begitu, terus bekerja keraslah dan hilangkan rasa gugup itu. Aku akan memberikan permaian improvisasi di akhir penampilan, kita akan bermain tanpa nada. Dengan kata lain, dadakan. Apa kau sanggup "
Rachel terkejut dengan perkataan Lucas barusan, bermaian tanpa persiapan dan langsung mengalir begitu saja di atas panggung mungkin mudah jika bermain sendiri. Tapi mereka akan bermaian bersama, kesulitan mencari chesmitry maka msuik mereka takan menyatu dan takan enak di dengar.
" kenapa...? Kau tak bisa menyanggupinya ... ? "
Lucas menangkap sekelibat keraguan di mata Rachel. Ia memang tak bisa dengan mudah berimprovisasi dengan orang lain. Atau penampilan terakhir akan kacau. Tapi ia sangat yakin, Rachel bisa di andalkan. Entah kenapa Lucas ingin mempercayai Rachel lebih dari apa yang ia perkirakan.
" apakah, anda tidak takut kalau saya akan merusak penampilan penutup....? Ehm begini... maksud saya adalah, permaian penutup adalah hal yang sangat klimaks, hal yang merangkum semua konser dari awal. Saya takut, saya gagal .. "
Rachel mengatakan semua itu sambil tertunduk, ia tak bisa dengan mudah mengiyakan permintaan Lucas. Atau konser Lucas akan rusak karena keserakahannya untuk bermaian di orkestra.
" kalau begitu, mungkin aku harus merubahnya. Aku akan bermaian sendiri jika kau tak mampu ... "
Lucas menaruh kembali Biola di dagunya, ia memposisikan dirinya dengan postur yang sangat menawan. Bermaian Biola bukan seperti halnya pertunjukan musik. Tapi juga memamerkan ketampanannya yang akan tersorot spotlight, hanya untuknya.
Lucas memainkan Biolanya, kini ia memainkan nada nada Caprice No. 24 dari Paganini. Permaian lincah yang diisi dengan misteri di tengah lagu. Di awali dengan nada yang gesit dan riang, lau di teruskan dengan nada yang lambat menyayat hati. Di bubuhi nada penuh misteri di pertengahan lagu yang berlanjut sampai sepertiga permaian. Namun saat Rachel tengah menikmati pertunjukan Lucas yang hanya bisa dinikmati sendiri olehnya, Lucas berhenti tepat saat lagu akan mencapai klimats.
" ikut bermain denganku, mainakn bagian yang menunjukan rasa kehilangan kekasih, rasa tersayat yang sangat dalam dan rasa tersakiti yang menusuk ... "
Lucas memberik aba aba itu kepada Rachel dan langsung melanjutkan permaiannya, begitu klimaks tercapai. Sekarang bagian Rachel untuk mengerjakan tugasnya. Ia memainkan bagian sendu di lagu ini. Lagu ini seolah menceritakan kisah cinta pada umumnya, nada ceria menunjukan rasa cintamu di
awal perjumpaan, nada lambat menyayat hati dan diiringi misteri menunjukan kekuatan cinta yang dapat membalikan perasaanmu seketika. Tapi nada sendu yang menyayat itu, mengartikan hal lain.
Nada tinggi mendecit yang merdu tapi pilu. Nada itu nada perpisahan. Perpisahan bagi insan yang tengah jatuh cinta adalah sebuah bencana.
Tapi Rachel beralih ke nada yang membara, nada yang berapi api. Gulatan tangannya ke senar Biola benar benar terlihat kuat. Ini adalah bagian terakhir dari lagu. Bagian ini mungkin dianggap kurang penting, karena biasanya mereka telah terbuai dan mengabaikan akhir cerita. Mereka berspekulasi,
aku tau akhir cerita ini akan seperti apa. Tapi sebenarnya mereka salah. Cinta, akan menjadi indah atau tidak. Tapi akhir cerita cinta, kita yang menentukan. Itu yang ingin di sampaikan Paganini di lagunya. Walaupun kau bahagia lalu jatuh karena cinta. Jika kau memang mencintai orang itu,
perjuanganlah yang akan membawa akhir bahagia.
Rachel berhenti dan membuka matanya, ia selalu menutup mata tanpa di sadari ketika bermain Biola. Itu mungkin bukan hal yang baik, karena ia sekarang kaget dengan tatapan Lucas. Tatapan intens yang membuhuh. Tatapan dari sorot mata yang tajam.
" aku tak salah memilihmu ... "
Lucas tersenyum, hanya senyum itu saja yang dapat menghilangkan kengerian dari tatapan Lucas. Seolah wajah tampan bak malaikat itu tertutupi dengan tatapan dinginnya. Mendnegar pujian Lucas lagi dan lagi membuat Rachel tak bisa menahan rona di pipinya. Dan Lucas menyadari itu.
" kalau begitu, bawa map ini pulang dan terus berlatih. Kita akan bertemu setiap hari untuk berlatih, sekarang pulanglah aku ada urusan lain hari ini ... "
Rachel ragu untuk langsung mengiyakan perintah Lucas barusan.
" saya ragu, ehm begini... beberapa hari yang lalu, Biola saya rusak. Saya tidak mungkin berlatih di rumah untuk mempelajari lagu lagu ini ... "
Rachel takut mengecewakan Lucas, ia takut Lucas malah menjadi kecewa karena memilihnya, karena ia merepotkan dan tak bisa diandalkan.
" kalau begitu, bawalah Biola itu ke rumahmu. Kau bisa menggunakannya untuk berlatih ... "
Lucas mengatakan itu seperti mengatakan hal yang sangat enteng, Biola yang tengah di pegang Rachel sekarang bukanlah Biola muraha sepertinya. Ia bisa merasakan guratan kayu maple yang sangat halus. Pertanda kualitas kayu ini benar benar yang terbaik dari yang terbaik.
" tak perlu ragu, aku meminjamkannya kepadamu. Aku masih punya banyak Biola Klasik, jika itu hilangpun itu takan jadi masalah buatku. Jadi ambilah ... "
Rachel tersnyum lega, ia tak akan punya niatan untuk mecuri Biola ini atau yang lainnya. Tapi ia lega karena Lucas benar benar berniat meminjamkanya Biola ini.
" terimaksih banyak ... "
Lucas terpengarah dengan senyuman Rachel barusan, senyuman seorang gadis muda yang sangat polos dan bersih. Senyuman tulus yang di berikan kepadanya, bukan karena keterpaksaan. Enatah mengapa jantung Lucas seolah menjadi memburu. Menyadari hal itu, ia segera memalingkan wajahnya.
" kalau begitu, pulanglah dan berlatih di rumah hari ini ... "
" kalau begitu saya permisi ... "
" pergilah ... "
Lucas memandangi punggung Rachel yang beranjak meninggalkan studio. Wanita itu benar benar membuatnya menjadi orang yang sangat berbeda. Tapi kebahagiaan itu tiba tiba hilang saat Lucas merasakan rasa sakit di lengan kirinya. Rasa sakit yang menusuk tulang.
.
.
.
.
.
.
.
*** 000 ***
Rachel berjalan menuju lift dan turun ke lantai satu. Tadi pagi ia di beri tau kalau studio milik Lucas baru saja di pindahkan ke lantai paling atas kemarin secara dadakan. Padahal ia baru saja berniat menuju ruangan yang kemarin ia datangi. Tetapi untunglah resepsionis yang juga membantunya tempo hari itu, dengan sigap memberitaunya.
Rachel masih berada di dalam lift sampai lift terbuka, pertanda ia sudah tiba di lantai satu. Tapi begitu pintu terbuka, ia belum sempat berjalan keluar tiba tiba seorang laki laki bertubuh tinggi dengan setelan jas dan rambut pirang menatapnya. Rache begitu kaget melihat sosok di depannya itu. laki laki itu adalah Ramses. Salah satu pemain Biola yang sangat terkenal yang selalu di banding bandingkan dandi sejajarkan dengan Lucas.
" halo ... "
Saoa Ramses sambil terusenyum manis ke arah Rachel. Begitu tersadar ia mendapatkan sapaan dari Ramses, Rachel langsung tersadar.
" ha..lo... "
Sapa Rachel dengan nada canggung dan juga nada tidak percaya.
" apa kau tidak jad keluar, atau kau juga mau naik lift lagi .. ? "
Ramses masih tersenyum ke arah Rachel, senyum yang benar benar lebar. Berbanding terbalik dengan Lucas yang bahkan jarang tersenyum.
" ah tidak... saya memang berniat turun. Permisi ... "
Rachel melewati Ramses dengan sangat gugup, ia terus menundukan kepalanya. Sampai ia keluar dari lift dan pintu lift tertutup. Rachel berjalan keluar dan melewati meja lobi. Resepsionis itu tersenyum ke arahnya, Rachel juga membalas senyuman itu dengan tulus.
Rachel berjalan seperti orang ling lung, ia baru mendapatkan senyuman dari Ramses tapi itu sudah membuatnya seperti kehilangan seluruh kesadarannya. Benar benar hari keberuntunga. Tapi dari sisi yang berbeda yang tak di ketahui oleh Rachel. Begitu pintu lift tertutp, ia takan melihat senyum ramah itu lagi. Senyum Ramses pudar begitu cepat. Sekarang hanya tatapan dingin, bahkan lebih dingin dari tatapan Lucas. Alasan Ramses tersenyum kepada Rachel adalah, karena ia melihat Biola klasik yang dibawa Rachel.
Biola yang ia kenal dengan baik selama ini, Biola yang tak seharusnya berada di tangan Rachel. Tapi kenapa sekarang Biola itu berganti kepemilikan .. ? hanya itu pertanyaan yang terus terngiang di kepala Ramses. Ia harusnya menemui Lucas untuk membicarakan masalah Biola itu. tapi sepertinya,
ia sudah tak punya urusan lagi untuk membicarakan hal itu dengan Lucas. Toh Biola itu tak lagi di tangan Lucas. Sekarang urusannya adalah, mengambil Biola itu dari tangan perempuan tadi.
Ramses langsung memutar niatnya, ia tak lagi menuju ruangan Lucas. Ia langsung bergegas turun lagi dengan lift. Meniggalkan kantor Lucas. Sekarang, sasarannya adalah wanita itu. sasarannya sekarang adalah Rachel.