Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan Tak perlu gelisah, apa lagi resah~
Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.
Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu
=====================
Lucas segera membawa Rachel ke rumahnya, lebih tepat seperti istana. Rumah di pingiran kota dengan gaya modern seperti kondomium di kota kota besar. Benar benar bangunan yang megah, kastil mungkin lebih tepat untuk mendeskripsikan ukuran rumah besar milik Lucas tersebut. Sepanjang perjalanan Lucas terus memperhatikan Rachel yang ada di pangkuannya. Ia bisa melihat garis garis
wajah Rachel yang sangat keras. Sepertinya gadis kecil ini bukan hanya berbakat, tapi juga sering menggunakan otaknya.
Lucas tersenyum menyadari bahwa ketertarikannya kepada Rachel, semakin bertambah. Tak lama kemudian Lucas mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang di luar sana.
" cepat datang ke rumahku, kamu harus memeriksa seseorang ... "
Damian, dokter keluarga Lucas. Dokter yang juga merupakan sahabat Lucas. Dari nada bicaranya, Damian tau kalau itu sesuatu yang genting. Tak pernah Lucas memerintahkannya untuk ke rumahnya malam malam untuk memeriksa orang lain. Siapakah dia ? apa wanita simpanan Lucas ? tapi Lucas tak pernah perduli pada salah satu wanitanya. Tak pernah.
" apakah dia laki laki atau perempuan ? "
" apakah ada gender di mata dokter ... ?! "
" baik, berarti dia perempuan bukan? Sebentar lagi aku akan kesana, tunggu aku ... "
Tuuut!!!
Damian langsung memutuskan panggilan. Benar benar minta di hajar!. Namun tak lama, Lucas langsung memalingkan pandangannya ke arah Rachel. Ia sekarang melihat sedikit kesadaran di tubuh Rachel. Tubuhnya menggigil.
" Shawn, berikan aku jas milikmu! Cepat! "
Lucas membentak Shawn untuk segera melepaskan jas yang tengah ia pakai. Dengan brutal Lucas langsung melepaskan pakaian Rachel dan menutupi ketelanjangannya dengan jas milik Shawn.
" kenapa dia masih kedinginan, kenapa penghangat udaranya tidak berfungsi...!! sialan!! "
Lucas terus memaki keadaan, ia sangat kesal kenapa hari ini harus hujan, kenapa Rachel tidak kunjung sadarkan diri, kenapa perjalanan ke rumahnya terasa sangat panjang.
" tuan, saya sudah menyalakan penghangat udara. Kalaupun nona ini belum juga sadar, mungkin ia mengalami hipotermia karena kedinginan yang ekstream. Kalau tuan mau mendengar saran saya... ah tuan .... "
Shawn menggantungkan kalimatnya, ia takut kesalahan sedikit karena lidahnya ia bisa kehilangan pekerjaanya ini.
" cepat katakan! Jangan menggantungkan perkataanmu! "
" ah anu tuan, hipotermia itu sama seperti yang dialami beberapa pendaki di gunung. Mereka biasanya terserang karena kelelahan dan mendapat suhu dingin yang ekstream , "
" ah cepat, apa yang harus di lakukan agar hipotermianya bisa hilang ... "
Shawn benar benar tak punya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya, tuannya ini benar benar mudah marah.
" biasanya mereka melakukan skin to skin kontak, secara ilmiah suhu tubuh laki laki dan perempuan berbeda. Jika salah satu merasakan kedinginan, lawan jenisnya bisa membantu menghangatkan tubuhnya ... "
Setelah mendengar secara lengkap cara yang dimaksud oleh Shawn, Lucas nampak menimang, menimang keputusan yang akan ia buat, ia tak bisa mengambil keuntungan dari seseorang yang tak sadarkan diri. Tapi ia juga bukan bermaksud melecehkan, perempuan ini, Rachel. Ia membutuhkannya.
Setelah memikirkan matang matang, Lucas langsung melepaskan pakaiannya yang basah dan melemparnya sembarangan. Otot otot tubuhnya terpampang jelas, bisep, trisep. Semua sempurna dengan tambahan six pack. Tubuh atletis, wajah tampan, berbakat, kaya. Apa yang kurang dari Lucas ? sepertinya tidak ada. Namun sepertinya itu juga salah. Setiap manusia mempunyai kekurangan, begitu pula dengan Lucas.
Lucas dengan sedikit ragu ragu, ia memapah tubuh Rachel yang tak sadarkan diri itu agar dapat berada di pangkuannya. Lucas mengangkat tubuh itu dengan hati hati, otot tangannya bekerja keras untuk itu. Lucas meletakan tubuh Rachel di atas pangkuannya. Sejenak ia ragu, apa ini tidak apa apa ? apa
aku bisa menahan hasratku nantinya ?
Tapi Lucas langsung membuang pikiran kotornya itu, ia membantu Rachel agar tetap hidup. Bukan untuk menodai wanita ini. Lucas langsung merapatkan tubuhnya, memeluk Rachel. Saat kulit mereka bersentuhan, Lucas dapat merasakan suhu dingin kulit Rachel di kulitnya. Wanita ini benar benar kedinginan.
Perjalanan mereka lumayan jauh, dari pusat kota menuju ke pinggiran kota, dan sepanjang perjalanan itu pula Lucas tak melepaskan pelukannya ke tubuh Rachel. Saat hampir sampai, Lucas mencoba memeriksa suhu tubuh Rachel dengan tangannya. Kini tubuh Rachel sudah tak sedingin sebelumnya.
Mobil itu mulai memasuki gerbang, mengantarkan sang pemilik ke depan pintu. Lucas langsung bergegas keluar dari mobil dengan Rachel di tangannya. Ia langsung membawa Rachel ke kamar pertama di lantai satu.
" wah wah! Wah! Sudah ku duga, pasti perempuan ... "
Damian menyapa Lucas dengan kata kata yang bisa mengusik Lucas.
" jangan berpikir macam macam atau aku akan mencekikmu, cepat ikut aku ... "
Lucas memasuki kamar dengan nuansa cokelat dengan material kayu. Kamar untuk tamu yang ia buat di lantai satu. Kamarnya sendiri berada di lantai dua, kamar utama.
Dengan hati hati Lucas meletakan tubuh Rachel di ranjang, gerakannya itu tak sengaja menyibakan jas yang menutupi ketelanjangan Rachel. Dan Damian melihatnya.
" oooo sepertinya kau menjadi laki laki yang baik, kenapa tak menghangatkannya dengan cara yang lebih menyenangkan heuh? "
Damian masih menggoda Lucas, tapi Lucas membalas pandangan Damian dengan tatapan tajam khas Lucas.
" cepat obati dia, tapi tunggu ia berpakaian. Aku akan memanggil pelayan perempuan untuk membawakan baju ganti untuknya ... "
Lucas segera beranjak pergi, ia tak mau mendengar godaan Damian. Bagaimana mungkin ia tak jadi bahan godaan ?. Ia hanya memeluk Rachel sepanjang perjalanan dengan tubuh Rachel yang sudah telanjang. Itu bukan gayanya. Sekarang ia harus mandi air dingin untuk menenangkan dirinya.
" tunggu! Kau mau kemana ... ? "
Damian menatap punggun Lucas yang menjauh dan menghilang di balik pintu.
*** 000 ***
" bagaimana keadaanya ... ? "
Lucas berjalan memasuki kamar tadi, dengan Rachel yang sudah berganti pakaian di atas ranjang itu, tertidur atau pingsan. Entahlah, ia tak tau.
" ia hipotermia, tapi untunglah tidak membahayakan jiwanya. Ini semua pasti berkat laki laki yang memeluknya tadi, ah! Aku harus berterima kasih kepada laki laki berhati malaikat yang sudah mau menolong gadis malang ini ... "
Hah! Ini seperti paradox! Benar benar membuatnya geli. Hati malaikat apa yang kupunya sampai aku seperti ini.
" katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian ? tak biasaya kau seperti ini terhadap perempuan ... ? "
Damian mendekatkan tubuhnya kearah Lucas, tapi itu hanya mendapatkan pukulan keras di bahunya. Karena Lucas tak menyukai candaanya barusan.
" kenapa kau ini mudah marah! Aku hanya becanda, becanda ... "
" sudahlah, kerjakan tugasmu dan dengan itu aku akan membayarmu. Janga pernah coba coba untuk makan gaji buta dari uangku! Ingat! "
Lucas mengancam Damian, tapi tatapanya tertuju kearah Rachel. Ia benar benar tersihir oleh wanita yang baru ia temui ini.
" ah baiklah jika kau belum mau menceritakan apa yang terjadi di antara kalian. Tapi ya seperti yang aku katakan, dia untungnya baik baik saja. Aku sudah memberikan obat tidur, jadi mungkin besok ia akan bangun kesiangan .... "
.
.
.
.
.
Sepanjang malam Lucas naik turun tangga hanya untuk melihat bagaimana kondisi Rachel. Tapi itu benar benar membuatnya frustasi, sejak kapan ia menjadi peduli dengan orang lain seperti ini ? benar benar sangat konyol. Setelah pikiran warasnya kembali, akhirnya Lucas memilih untuk naik ke atas dan tidur di kamarnya. Mungkin kegilaannya ini hanya untuk sehari. Dan esok ia akan bangun dengan akal sehatnya yang terisi penuh.
Tapi diluar dugaan, semuanya salah. Bukannya dapat tidur, tapi Lucas malah semakin mendengar bisikan " ayo turun, siapa tau dia membutuhkan sesuatu " atau bisikan bisikan lain seperti " apa mungkin ia akan mati kedinginan, jangan jangan selimutnya jatuh ke lantai "
Ah! Benar benar membuat frustasii! Gerutu Lucas. Tapi akhirnya ia menyerah, tengah malam buta ia turun lagi kebawah. Ia ingin melihat kondisi Rachel. Hmm Rachel, sepertinya ia pernah mendengar nama itu. Tapi ia juga tak yakin pasti, nama Rachel mungkin ada banyak di dunia ini
Lucas memasuki kamar itu dengan hati hati, ia takut sedikit suara akan membangunkan Rachel. Tapi salah, sepertinya obat yang diberikan oleh Damian benar benar kuat. Karena yang dilihat sekarang hanya Rachel yang tertidur pulas, tidur dengan damai.
" kenapa aku harus repot repot menyelamatkan mu hah ? "
Lucas bertanya dengan nada heran, iya! Memangnya kenapa ? tapi wajah Rachel menunjukan ekspresi lain. Ia sejenak mengernyitkan alis, seolah tidurnya yang menyenangkan telah di ganggu.
" ah sepertinya aku benar benar bisa mengganggu tidurmu, baiklah kalau begitu. Selamat malam ... "
Lucas tak tahan dengan dirinya sendiri, akhirnya ia melayangkan ciuman lembut di ujung rambut Rachel lalu segera pergi meninggalkan kamar itu sebelum otak gilanya berpikir liar jauh kesana.
*** 000 ***
Keesokan harinya .....
Aku terbangun dengan kepala yang sangat pusing, tapi kemudian aku menyadari sesuatu. Dimana aku sekarang ... ? ini jelas bukan rumahku. Aku langsung beranjak dari ranjang empuk yang tengah ku duduki ini. Sepertinya kemarin seseorang telah menyelamatkanku, tapi siapa ... ?
" selamat pagi nona .... "
Seorang laki laki tiba tiba masuk ke dalam kamar, seorang laki laki muda dengan setelan pakaian lengkap. Apa ia pemilik rumah ini ... ?
" selamat pagi.... "
Aku menyapa dengan nada yang sedikit heran, sebenarnya aku dimana ... ? ini tempat apa ?
" ehm.. jadi begini .... "
Aku hendak menanyakan semua yang ada di dalam otakku. Tapi semua perkataanku terputus.
" nona sedang ada di kediaman tuan saya, semalam tuan yang telah menolong nona ... "
Tadi saat aku bangun, aku berpikir kalau semalam aku bermimpi buruk tentang diriku yang hendak di lecehkan. Tapi ternyata semua itu benar benar terjadi. Astaga! Untunglah ada seseorang yang tengah baik hati menolongku. Tapi bagaimana dengan Biolaku ?
Aku langsung menyusuri ruangan dengan mataku, mencari cari keberadaan Biolaku satu satunya. Tapi tidak ada di ruangan ini. Jangan sampai aku meninggalkannya.
" apa nona mencari Biola yang nona bawa kemarin .... ? "
Seperti membaca pikiranku, benar sekali.
" apa kalian tidak menemukan Biolaku dan membawanya kemari .. ? apa Biolaku itu hilang di jalan kemarin ... ? "
Aku bertanya seolah tengah kehilangan anggota keluarga yang sudah tidak pulang selama tiga hari.
" tenang, tuan kemarin menyuruh orang untuk kembali dan mengambil Biola nona. Sekarang Biola itu ada di ruang tamu, nona bisa membawanya ketika akan pergi nanti ..... "
" ah begitu ternyata, tapi dimana orang yang menolong saya itu ... ? saya sudah sangat merepotkan, sekarang karena saya sudah sadar saya ingin mengucapkan rasa terimakasih dan bergegas pulang ... "
Berada di ruangan yang sama seperti di hotel bintang lima, padahal ini kamar untuk ditinggali. Bukan untuk di sewakan, kenapa harus membuang uang banyak. Orang kaya memang berbeda.
" Tuan sudah pergi ke kantor sejak pagi buta, saya sudah di pesankan kalau nona ingin berterimakaih cepat atau lambat nona akan bertemu dengan tuan, saya juga di pesankan untuk mengantar nona pulang ke rumah dengan selamat ... "
Aku canggung dengan panggilan kepala pelayan ini, aku sudah lama tak di panggil nona. Aku sudah terbiasa dengan panggilan bersahabat orang orang di lingkunganku, Rachel.
" kalau begitu, bisa antarkan saya ke rumah sakit ... ? "
" tentu bisa, sebelum itu saya di pesankan untuk membawakan baju ganti terlebih dahulu .. "
Pelayan itu hanya menepuk tangannya dua kali, dan pintu terbuka diiringi dengan bunyi roda yang di dorong. Dua, ah tiga. Tiga orang beriringan membawa banyak sekali gaun yang masih tergantung rapi.
Dalam sekali lihat semua orang pasti sudah tau. Semua itu gaun mahal. Tak ada yang bisa di beli Rachel walaupun ia menabung selama berbulan bulan.
" silahkan nona, pilih yang nona suka dan yang ingin nona kenakan ... "
Rachel sedikit ragu untuk mengganti pakaiannya, ia tak mungkin menggunakan dress mahal. Jika rusak, ia takan sanggup menggantinya. Aku harus menolak ini, pikir Rachel.
" ehm begini, bisakan langsung antarkan saja aku ke rumah sakit ... ? aku terburu buru menemui ibuku, semalaman aku tak ada di sampingnya, dia akan sangat mengkhawatirkanku ... "
" tentu saja nona, tapi pesan tuan saya. Kami harus merawat nona sebelum nona pergi, itu termasuk untuk ini ... "
Shawn menunjuk ke arah pakaian yang tertata rapi di depan Rachel itu. Sejenak Rachel nampak kebingungan. ia hanya ingin cepat pergi. Itu saja.
" nona tidak perlu khawatir, semua gaun jika rusak pun tidak akan merugikan tuan saya .. "
Shawn seperti bisa membaca kekhawatiran Rachel. Mendengar perkataan itu barusan, akhirnya Rachel berani mendekati barisan dress cantik itu, jika wanita lain akan memilih pakaian yang paling bercorak atau apapun itu. Rachel hanya memilih dress sederhana dengan panjang sampai mata kaku, lengannya pun tak memperlihatkan bahunya, itu lengan panjang.
" aku akan pilih ini saja ... "
Rachel tersenyum ke arah Shawn, Shawn juga tersenyum balik. Dia tak pernah bertemu dengan perempuan sederhana seperti Rachel. Mungkin ini yang membuat Lucas, tuanya. Memperlakukan Rachel berbeda.