Chereads / Secret Mission / Chapter 5 - Girls

Chapter 5 - Girls

Pagi itu William sudah siap dengan setelan jas dan sepatu fantovelnya untuk pergi mengantarkan Sia ke kampus. Dia terlihat tampan seperti biasa.

Sia yang sudah berdandan sangat cantik dengan rambut cokelat bergelombang yang tergerai panjang sampai ke dada, ditambah bandana putih di kepalanya membuatnya semakin terlihat manis. William menyambutnya dengan membukakan pintu mobil. Sia malah tertawa. Mereka berbicara bahasa Inggris.

"Oh really? Oh my god. William.." kekeh Sia.

"What?" tanya William bingung.

"Kau mau pergi ke pesta pernikahan? atau meeting dengan pemilik saham? rapi sekali." ucap Sia melihat William dari atas sampai ke bawah.

William menghembuskan nafas dengan keras.

"Lalu aku harus bagaimana? aku terbiasa seperti ini." ucap William kesal memalingkan muka.

Sia mendekatinya. Dia melepaskan jas William, mengacak-acak rambutnya yang sudah disisir rapi dan menarik keluar kaosnya yang ia masukkan dalam pinggangnya. William tertegun tapi hanya pasrah saja Sia menyentuhnya dan berbuat seenaknya.

"Nah begini lebih baik. Aku tak mau dibilang jalan dengan om-om." ucap Sia menatap William puas karena sudah sesuai dengan seleranya.

William menatap Sia tajam. Dia kesal dan marah. Dia hanya mengepalkan kedua tangannya berusaha agar tak menghajar Sia. Tak pernah seorang pun memperlakukan William seperti ini.

"Sabar.. tenang.. ini resiko pekerjaanku. Gadis sialan ini.. jika bukan karena aku mengincar ayahmu sudah ku buang kau ke laut." ucap William geram dalam hatinya.

"Jadi.. aku terlihat tampan seperti ini ya. Baiklah. Terserah kau saja nona Sia. Terima kasih." ucap William tersenyum paksa.

"Your welcome." ucap Sia dengan ceria yang akhirnya masuk ke dalam mobil duduk di kursi belakang.

"Your welcome kepalamu!" batin William kesal.

Dia pun segera masuk ke mobil dan mulai melaju dengan kecepatan sedang. Dia fokus menatap jalanan. Sia sibuk berdandan memakai Lip Balm pada bibirnya agar tak kering. Dia juga menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan tangannya. William hanya melirik sekilas dari kaca tengah mobil.

Sampailah mereka di kampus Sia. William memarkirkan mobilnya di parkiran khusus mahasiswa. Dia berjalan dibelakang Sia mengikutinya dengan cuek. Setiap bertemu kaca, William selalu merapikan rambutnya. Dia menghela nafas berulang kali. Sisirnya ketinggalan di dalam saku jas yang ia letakkan di bangku mobil.

"Ugh, aku seperti berandalan. Mana ada gadis cantik yang akan melirikku jika tampangku seperti gembel begini. Apanya yang keren. Dasar gadis sialan." gerutu William lagi dalam hati.

Sia bagaikan magnet berjalan. Setiap bertemu mahasiswa pria mereka selalu meliriknya dan menggodanya. Tapi Sia cuek saja dan hanya balas tersenyum. William hanya diam berjalan mengikuti Sia dari kejauhan.

Tiba-tiba segerombolan gadis seperti team cheerleader menghampiri Sia dengan centilnya.

"Sia.." teriak salah seorang teman perempuannya yang langsung menghampiri dan memeluknya erat.

"Ahh.. i miss you.." ucap gadis itu melingkarkan kedua tangannya di leher Sia. Sia memegang pinggul temannya dengan erat.

"Eemmm.. i miss you too.." ucap Sia manja. William memalingkan muka.

"Liburan musim panas ini membosankan. Kau tak ikut bersama kami." Ucap teman Sia yang lain mendatanginya dan ikut memeluknya. Sia balas memeluknya erat.

"Maaf ya.. ayahku mengajak liburan keluarga. Jarang-jarang dia begitu makanya aku memilih bersama keluargaku. Tapi lain kali aku akan ikut. Oke?" Ucap Sia manja mengedipkan sebelah matanya.

Teman-temannya balas menunjukkan tangannya memberi simbol OK. Salah seorang teman Sia melihat William yang berdiri menyender dinding dengan cuek memalingkan wajah dari para gadis itu.

"Sia.. itu siapa? Apa dia bodyguard barumu?" Tanya salah seorang teman Sia penasaran. Semua gadis-gadis ikut menoleh ke arah William. Mereka terpesona.

"Uww.. tampan sekali. Ini lebih tampan dari yang kemarin." Ucap salah seorang temannya menggigit bibir bawahnya.

"Ish.. kalian genit sekali." Ucap Sia menepuk lengan temannya yang malah terlihat mesum menatap William dari kejauhan.

"Sia.. apa dia.." lirik salah seorang temannya berambut pirang berdada besar.

"Sembarangan. Dia bodyguardku. Jangan macam-macam." Ucapnya melotot.

"A.. ah.. dia sangat menggoda.. aku mau.." ucap gadis pirang itu.

"Bella!" Teriak Sia tiba-tiba marah.

Semua gadis itu terkejut. William menengok. Dia menghampiri Sia. Semua gadis mundur selangkah. Mereka tiba-tiba takut.

"What's wrong?" Tanya William menatap Sia dan berganti pandangan melirik teman-teman gadisnya. Terlihat Sia marah.

"Nothing." Ucapnya kesal dan langsung memalingkan wajah pergi meninggalkan teman-temannya. William bingung. Teman-teman Sia merasa bersalah.

"Hei. Apa yang kalian katakan. Kenapa dia marah?" Tanya William dengan sorot mata tajam.

Semua teman-teman Sia menggelengkan kepala. Mereka langsung kabur mengejar Sia. William menatap dengan penuh curiga. Dia juga ikut mengejar Sia.

Sia langsung masuk ke kelasnya dan duduk di kursi kayu baris paling depan. Dia kesal dan menopang dagunya dengan sebelah tangannya. Tangan satunya sibuk mengetuk-ngetuk meja dan kakinya bergerak naik turun dengan cepat. Teman-teman gadisnya mendatanginya perlahan. Mereka tau Sia marah.

"Sia maaf.. aku hanya bercanda. Jangan marah ya.." ucap gadis pirang bernama Bella duduk disebelahnya dan merangkul lengannya dengan manja. Sia memalingkan muka.

"Ayolah Sia. Lagian kenapa kau kesal begitu. Dia kan hanya bodyguardmu bukan kekasihmu. Benar kan?" ucap salah seorang temannya yang berambut pendek sebahu di depannya.

Sontak Sia tersadar.

"Benar juga. Kenapa aku marah. Dia kan hanya orang lain. Kekasihku juga bukan." Batin Sia mulai menyadari perbuatannya.

"Hehe.. kalian tertipu. Kenapa aku harus marah. Dia bukan siapa-siapaku." Ucap Sia menjulurkan lidahnya meledek.

"Ahh Sia kau menyebalkan!" Teriak Bella kesal memukul lengan Sia berulang kali.

"Ahh.. ah.. sakit tau!" Ucap Sia menghindar dari pukulan Bella.

"Eh.. ssttt.. lihat siapa yang datang." Ucap salah satu teman Sia melihat seorang pria muda sepantaran mereka berjalan dengan merangkul seorang gadis disampingnya.

Mereka berdua terlihat mesra melewati Sia dan teman-temannya dengan cuek. Sia menahan amarahnya. Dia menatap lelaki itu tajam. Pria itu duduk di kursi paling belakang bersama gadis itu. Sia masih menatapnya bahkan sampai menoleh kebelakang. Pria itu malah meledeknya dengan menaikkan salah satu alisnya.

"Dasar brengsek. Menyebalkan." Ucap Sia gusar.

"Kau putus dengannya? Jadi rumor itu benar. Kenapa?" Tanya temannya berambut sebahu bernama Chintya.

"Mmm.. itu.." Sia terlihat gugup. "Tak mungkin aku mengatakan bahwa aku putus dengannya karena aku menolak berhubungan badan. Jika teman-temanku tau aku masih perawan pasti aku disindir habis-habisan." Batin Sia cemas.

"Karena gadis itu memiliki dada lebih besar dariku. Makanya Tomy meninggalkanku." Ucap Sia berbohong.

"What? Just it? Wah.. akan ku hajar lelaki sialan itu!" Ucap Natalie kesal.

"Biar saja. Aku juga sudah bosan. Aku mau mencicipi yang lain." Ucap Sia berlagak nakal.

"Oh my god. You.. bitch." Ucap Chyntia menggertakan giginya.

Sia malah terkekeh. Tiba-tiba dosen sudah datang. Segera teman-teman Sia langsung bubar dan segera duduk manis. Dosen itu hanya melirik gerombolan Sia dengan senyum tipis.

"Eh sudah dengar. Dosen baru itu cabul. Suka pegang-pegang dan menggoda mahasiswi. Hati-hati." Bisik Sarah salah seorang teman cheerleader Sia yang duduk disebelahnya.

"Benarkah? Oh shit! Aku pakai rok mini." Ucap Sia panik dan segera menutup pahanya dengan tas jinjingnya. Dosen itu melirik Sia. Sia diam tertunduk cemas.

Akhirnya kuliah pun dimulai. William menatap dosen itu tajam. Dia menyadari bahwan dosen lelaki itu melirik Sia sedari tadi.

"Cari mati." Guman William lirih yang mengintip dari jendela luar kelas Sia. Sia menoleh ke arah William. Sia menyadari bahwa William menatap dosen itu tajam. Sia merasa tenang.

"Hmm.. instingnya bagus juga." Ucap Sia dalam hati.

Tiba-tiba seseorang menyelipkan kertas ke kantong celana William. Dia terkejut. Saat dia menoleh dia bingung siapa yang menyelipkannya karena banyak mahasiswa berlalu lalang di lorong itu. William menghindar dari keramaian. Dia masuk ke kamar mandi pria dan duduk di closet. Dia membuka kertasnya.

"2 hari kau belum memberi kabar. R." Tulisnya singkat. William menelan ludah.

"Bagaimana aku memberi informasi. Baru kemarin aku masuk. Tidak sabaran." Guman William kesal.

Dia meremas kertas itu dan membuangnya ke dalam closet lalu menyiramnya. William merapikan dirinya di wastafel. Dia cukup bangga dengan dirinya yang tampan dan mempesona. Dia pun keluar dari toilet dan kembali mengintip di kelas Sia. Saat kembali William kaget Sia tak ada dikursinya. Dia panik.

"Hei. Kau dari mana saja?" Tanya Sia tiba-tiba datang menepuk punggungnya dari belakang. William kaget.

"Kau yang dari mana? Kenapa keluar kelas. Aku dari kamar mandi. Kau ingin aku kencing berdiri di depan pintu kelasmu." Ucap William kesal. Sia tertawa terbahak.

"Hahaha.. kenapa kau selalu marah-marah William. Tapi kau malah semakin tampan. Marahlah terus.. maka aku akan lebih sering mengganggumu." Ucap Sia nakal.

William memelototinya. Sia malah menggigit bibir bawahnya dan bersikap manja. William geleng-geleng kepala. Dia menarik tangan Sia dan membuka pintu kelasnya dengan paksa. Semua orang menoleh ke arah mereka berdua.

"Sorry, Sir. Ada muridmu yang kabur dari kelas." Ucap William cuek.

Dia mendorong Sia masuk ke dalam kelas dan menutup pintunya rapat. Sia berdiri dengan terbengong-bengong. Semua mahasiswa dikelas itu menertawainya. Sia tertunduk malu. Dia segera kembali ke mejanya.

"William sialan. Dia mempermalukanku. Awas saja." guman Sia menggerutu. Teman-teman cheerleader Sia menahan tawa.

2 jam sudah berlalu. William hanya duduk menunggu di kursi yang berada di lorong membaca majalah kampus di universitas itu. Sia keluar ruangan bersama teman-temannya. William berdiri menghampirinya dan masih memegang majalah itu. William berdiri persis di depan Sia dan kawan-kawannya. Mereka bingung.

William menunjukkan cover majalah sekolah itu.

"Jadi kau sangat populer ya? Ketua cheerleader." Ucap William dengan senyum menawannya.

Sia tertunduk malu. Teman-teman Sia terpesona akan ketampanan William. Bella mendekatinya dan memberanikan diri merangkul lengannya. William kaget.

"Jadi siapa namamu, tuan tampan?" Tanya Bella dengan genit.

"William." Ucapnya singkat menatap Bella tajam tajam.

"Ohh nama yang keren. Jika kau tak sibuk kapan-kapan maukah menemaniku berbelanja?" Tanya Bella menggoda.

"Aku tak suka keramaian." Jawabnya cepat.

"Bagaimana jika ke pantai?" Tanya Bella lagi.

"Aku tak suka panas."

"Berkeliling dengan mobil juga tak apa." Ucap Bella tak menyerah.

"Mobilku sedang diservis."

"Club. Bagaimana?" Tanya Bella tanpa henti. William meliriknya. Sia menatap William dengan seksama.

"Aku tak suka alkohol." Ucapnya tajam ke arah Bella. Dia pun melepas rangkulan tangan Bella di lengannya.

"Kuliahmu sudah selesai kan? Langsung pulang saja. Rio mencarimu." Ucap William datar. Sia mengangguk. Bella diacuhkan olehnya. Sia melambaikan tangan pamit pulang.

"Aku ditolak. Ini musibah." Ucap Bella terbengong menatap William pergi begitu saja tanpa menciumnya atau berkata manis padanya.

Semua teman-temannya tertawa.

"Kau terlalu agresif. Dia takut padamu." Ucap Chyntia meledek. Bella memanyunkan bibirnya.

Di jalan William diam saja. Sia mengajaknya mengobrol.

"Jadi.. tak suka alkohol ya. Mobil diservis? Oh.. aktingmu benar-benar bagus, William." Ledek Sia yang terlihat dari kaca tengah mobil.

William diam saja hanya meliriknya sepintas. Entah kenapa sikap William yang dingin pada teman-temannya malah membuatnya menyukai William. Berbeda dengan Thomas. Agen yang dulu menjadi bodyguardnya. Thomas sangat ramah pada kawan-kawannya bahkan tak keberatan untuk menemani mereka pergi. Sia makin tertarik dengan keangkuhan William.