Chapter 15 - Egois.

Sinta sudah ada di bandara, dia akan berangkat ke suatu kota yang terletak di pulau lain, karna dia lulus dalam tes online, dan akan melanjutkan tes berikutnya. Itulah alasannya kenapa dia berkeinginan kuat meninggalkan rumah itu. Kebetulan salah seorang teman kuliahnya berdomisili di kota itu, dan berjanji akan menjemputnya di bandara, dan mencarikannya tempat penginapan. Sinta sudah menaiki pesawat, dan segera me non aktifkan hpnya.

....

Sesampai di kota tujuan, Sinta telah di jemput oleh sahabatnya itu, untuk sementara waktu, dia meminta agar Sinta menginap di rumahnya, jika nanti telah lulus, dia akan mencarikan tempat tinggal untuk Sinta.

Maryam. .. adalah satu-satunya sahabat Sinta selain Haykal.. yang mengetahui keadaannya, dia juga mengetahui kalau sinta sedang hamil, soalnya Sinta curhat padanya melalui telfon saat dia tau kalau dirinya tengah hamil. Maryam sedikit khawatir dengan kehamilan Sinta karna melakukan perjalanan jauh, apa lagi sampai naik pesawat segala, dia khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.

Maryam diantar ke bandara oleh kakaknya Aziz, Aziz adalah seorang pemuda berusia 25 tahun, dan dia memiliki sebuah bengkel mobil yang cukup besar dan ternama di kota itu, Aziz tertarik dengan Sinta saat dia mendengar kisah Sinta dari adiknya itu, begitu dia bertemu dengan Sinta, dia semakin kagum dengan wanita itu, tak hanya memiliki hati yang cantik, wajahnya juga cantik, batin pemuda itu.

Maryam langsung memeluk sabahatnya ini, mereka seperti telah bertahun-tahun tak bertemu, padahal baru bulan kemarin mereka berpisah saat wisuda.

Maryam mengenalkan kakaknya Aziz, Aziz mengulurkan tangannya sambil tersenyum, dan Sinta membalasnya sambil tersenyum juga. 'Benar-benar manis' batin Aziz sambil menatap lembut Sinta...

Mereka menuju ke rumah Maryam. Orang tua Maryam telah mengenal Sinta waktu mereka berkunjung ke kontrakannya dulu, maklum.. Sinta dan Maryam serta dua orang teman lainnya, mengontrak sebuah rumah yang sama. jadi mereka telah mengenal gadis ini. mereka juga menyukai Sinta, karna Sinta adalah gadis yang ramah dan sopan. waktu mereka datang, Maryam sedang tak berada di rumah, Sinta tak membiarkan orang tua sahabatnya itu terlantar dan menjamunya seadanya, semampunya, orang tua Maryam amat tersentuh.

waktu makan malam.. Maryam heran, tak biasanya kakaknya ini pulang ke rumah, dia selalu berada di bengkelnya, dan menginap di sana, tapi hari ini, kakaknya malah pulang, dan menutup bengkelnya dari sore hari.

Selesai makan malam.. Orang tua Maryam menyuruh Sinta beristirahat, karna mereka dapat melihat Sinta sangat lelah. Aziz sedikit kecewa, dia berharap akan bisa mengobrol lebih lama dengan Sinta.

....

Di tempat Reyhan. cowok yang satu ini, malah belum makan seharian, dia sibuk mencoba menghubungi Sinta, tapi sampai sekarang ponsel nya masih belum juga aktif. Reyhan juga telah mengirim pesan melalui WA, tapi sampai sekarang pesan itu masih belum juga masuk.

Tiba-tiba dia melihat pesannya terkirim dan telah di baca oleh Sinta, di tersenyum gembira dan langsung menghubungi istrinya itu.

Dengan ragu, Sinta menjawab panggilan Vidio dari Reyhan.

"Ya.. Tuan" Katanya berusaha menenangkan diri, dia kaget saat melihat wajah Reyhan yang berantakan dan matanya merah.

"Apa anda baik-baik saja? "Tanya Sinta mengerut kan keningnya.

"Sayang.. kumohon.. kembalilah pulang.. kembalilah padaku.. aku benar-benar tak kuat." tiba-tiba saja air mata jatuh di sudut mata laki-laki itu.

Sinta seolah-olah bermimpi melihat keadaan ini.

"Tuan... apa anda baik-baik saja? apa anda mabuk? apa anda salah menghubungi seseorang? Ini aku Sinta, siapa yang ingin anda hubungi? " Katanya dengan nada ketus, dia berfikir kalau Reyhan sedang mabuk, dan salah menghubungi nomor telfon seseorang.

Reyhan terdiam.. dia tak bisa meneruskan kata-kata nya, tenggorokan nya terasa tercekat, hatinya sangat pedih mendengar pertanyaan istrinya itu, yang mengira dia salah menghubungi nomor dan menganggab dia sedang mabuk.

Reyhan ingat, dulu dia memang tak menenggang perasaan Sinta, dengan santai membawa wanita lain kerumahnya, sementara Sinta juga ada di sana dan berstatus sebagai istrinya, tapi tiga bulan terakhir ini dia telah jatuh cinta pada istrinya itu, walau dia telah berkali-kali mengatakannya, tapi istrinya itu tidak pernah percaya. Dia sudah memperlakukan istrinya dengan baik, tak berkencan lagi dengan wanita lain, bahkan saat berhubungan pun dia melakukannya karna cinta bukan karna nafsu seperti dulu, tapi sayangnya Sinta tak percaya dengan perasaannya, meskipun di tau istrinya itu juga sudah mulai mencintainya, tapi sepertinya wanita itu berusaha menahan perasaan itu sekuat hatinya karna dia terlalu takut untuk menyimpan rasa itu.

Setelah sedikit tenang, Reyhan kembali berkata..

"Sinta kembalilah.. dimana kau sekarang? aku akan menjemputmu saat ini juga. Aku sudah mendaftar kan pernikahan kita tiga bulan yang lalu.. lihatlah.. ini buku nikah kita. " katanya sambil memperlihatkan buku nikah mereka.

Sinta tak percaya dengan apa yang dilihatnya, dua buah buku nikah berwarna hijau dan merah ada di tangan Reyhan.

"Sayang.. soal Nayla, dia adalah istri dari sepupuku, tadi kami tidak berciuman, hanya sebuah kecupan. hal itu sudah biasa baginya, memang dulu dia pacar pertama ku, tapi itu sepuluh tahun yang lalu, saat kami masih SMA. sekarang rasa itu sudah tak ada. " jelasnya.

" Apa kau benar-benar mencintaiku? " Kata Sinta penuh selidik.

" Ya.. sangat" Jawab Reyhan yakin. Reyhan sangat gembira karena Sinta meresponnya kali ini.

"Apa kau juga mengizinkan aku memberi salam berupa kecupan pada mantan pacarku?" Tanya Sinta, padahal dia sama sekali belum pernah pacaran, dia terlalu sibuk mengurus adik semata wayangnya.

"Tidak " jawab Reyhan dengan nada sedikit kesal.

"Jadi.. kau boleh melakukan hal itu, sementara aku tidak? kau sangat egois tuan. Maaf.. aku sangat lelah, aku harus istirahat. Sinta langsung memutuskan panggilan itu tanpa memberi Reyhan kesempatan bicara lagi.

Reyhan nampak kesal dan kembali menghubungi Sinta tapi ponselnya sudah tak aktif. Reyhan ingin membanting ponselnya, tapi Nayla buru-buru berkata.

"Aku sudah menemukan dimana lokasi istrimu berada"Reyhan memandang tak percaya. Dia sangat berharap kalau Nayla berkata jujur.

"Maaf.. aku menyadap ponselmu, jadi aku bisa melacak lokasi siapapun yang bicara denganmu, asal pembicaraan kalian berlangsung lebih dari lima menit. kau bisa menjemputnya besok pagi" kata Nayla.

"Aku akan berangkat malam ini juga" jawab Reyhan tersenyum bahagia. Dia tak sabar menunggu sampai esok hari tiba. Setelah. bertemu dengan istrinya itu, dia akan langsung membawanya kembali ke rumahnya . Reyhan tak akan membiarkan istrinya itu pergi lagi. Reyhan menghubungi seseorang agar orang itu membawa adik Sinta ke rumah mereka. Dia ingin Sinta mendapat kejutan saat kembali ke rumahnya. Apapun akan dilakukannya agar gadis itu merasa betah berada di rumah ini.