Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari keluar rumah, Nayla malah heran, kemana laki-laki itu akan mencari istrinya sementara dia belum memberi taukan lokasi keberadaan Sinta.
Tak berapa lama kemudian, Reyhan membali lagi dan bertanya dengan malu.
"Dimana dia berada? " katanya sambil berusaha menahan malunya.
Nayla tertawa dan berkata.. " Kau semangat sekali" Reyhan malah cemberut.
"Ini coba lihat lokasinya. " Nayla menunjukkan peta keberadaan Sinta yang berada di pulau lain.
"Ya Tuhan... bagaimana mungkin dia melakukan perjalanan sejauh itu dalam kondisi hamil? " Tanya Reyhan tak percaya.
"Apa katamu? dia Hamil? " Tanya Nayla tak percaya.
"Iya.. kalau tidak, ngapain aku bawa dia ke tempat Ruli? " Kata Reyhan sewot.
"Ternyata berfungsi juga ya? ku kira.. " perkataan Nayla terputus karna melihat tatapan marah Rehyan. akhirnya perempuan itu tertawa dan berkata..
"Sorry.. cuma bercanda, lebih baik kau pesan penerbangan secara online. Kau punya aplikasinya kan? " tanya Nayla.
"Ya punya lah... " jawab Reyhan sedikit kesal mendengar perkataan Nayla yang meremehkannya.
Reyhan memesan tiket pesawat dan hotel di daerah tujuannya, setelah dia mendapatkan semuanya, dia berangkat ke bandra.
Dia sangat beruntung, karna tempat di kota Sinta berada, ada cabang perusahaan .
" Jangan lupa alamatnya" kata Nayla.
"Ya aku pergi dulu " Katanya dan langsung pergi, tapi mendadak dia berhenti dan berkata pada Nayla..
"Mulai sekarang, gak ada salam kecup lagi, aku gak mau istriku melakukan hal yang sama dengan mantan pacarnya. " Katanya dan melanjutkan perjalanannya lagi.
Nalya hanya tersenyum mendengar itu, ternyata cowok ini benar-benar bisa jatuh cinta... padahal wanita itu hanya wanita sederhana.. namun dapat menaklukkan petualang cinta itu. apalagi usia mereka terpaut jauh, tapi laki-laki itu bisa bertekuk lutut.
.......
Beberapa jam kemudian.
Reyhan telah sampai di kota itu, sekarang sudah pukul satu malam. Dia langsung menuju hotel yang telah di pesannya. Jika malam ini dia datang ke tempat Sinta, bisa-bisa pemilik rumah akan menganggapnya tak tau aturan dan malah mengusirnya. jadi dia memutuskan akan menemui istrinya itu pada pagi-pagi sekali.
....
Pagi itu.
Sinta telah bersiap-siap menuju perusahaan tempat dia akan mengikuti tes hari ini, begitu dia keluar rumah, dia kaget, melihat Reyhan telah berdiri di depan gerbang rumah itu.
Untuk beberapa saat, dia terdiam, sehingga Maryam sedikit heran, setelah melihat disana ada Reyhan, barulah gadis ini paham.
"Bagaimana dia tau aku ada di sini? " tanya Sinta heran. Maryam hanya mengangkat bahunya pertanda dia juga tak tau.
"Yuk.. ku antar! " Kata Aziz begitu dia sampai di luar. Tapi dia heran saat melihat adiknya dan Sinta berdiri terpaku menatap ke arah gerbang. dia dapat melihat seorang pria berdiri di sana.
"Sipa dia? " Tanya Aziz heran.
"Suami Sinta" Jawaban dari adiknya itu langsung mematahkan hatinya.
"Bukankah kau mengatakan kalau suami Sinta tak menginginkannya? kenapa dia ada di sini?" tanya Aziz pada adiknya.
"Entahlah.. aku tak tau. " Jawab Maryam.
Aziz pergi ke gerbang, dan membuka gerbang itu.
"Ada yang bisa di bantu? " Tanya aziz seolah-olah dia tak tau kejadian itu.
"Aku ingin menjemput istriku" Jawabnya lemah, Reyhan memang belum makan
dari kemarin, bahkan tadi pagi dia juga tidak sarapan karna takut Sinta akan pergi dari tempat ini.
Sinta kembali teringat wajah kusut Reyhan dengan mata merahnya semalam, lalu Sinta berjalan mendekatinya, sesampai di depan Reyhan dia bertanya..
" Apa Mas sudah sarapan? " tanyanya lembut, dia sengaja menggunakan kata Mas.. bukan Tuan seperti biasa, karena dia bukan lagi bawahan Reyhan. Namun Reyhan sangat terharu mendengar panggilan itu, untuk pertama kalinya istrinya ini memanggilnya dengan sebutan Mas.
Matanya langsung berkaca-kaca dan dengan segera memeluk Sinta dengan erat.
"Kita pulang sekarang ya! Aku sudah melarang Nayla memberikan kecupan padaku. Aku tak akan berkencan dengan wanita lain lagi, aku akan memperlakukanmu dengan baik, ku mohon... kembalilah.. " pintanya, Reyhan tak bisa berkata-kata banyak, karna tenggorokan nya terasa amat tercekat.
Sinta membiarkan Reyhan memeluknya beberapa saat tanpa ingin membalas pelukan itu.
"Maaf.. aku akan ikut tes wawancara pagi ini, jadi aku tak bisa ikut. "Jawab Sinta sambil melewati Reyhan, setelah Reyhan melepas pelukannya.. "Kau ingin tetap berada di kota ini? " Tanya Reyhan tak percaya.
"Lantas... bagaimana pernikahan kita? " Tanya Reyhan lirih..
"Apa itu penting bagimu? " Tanya Sinta. Dia masih tak percaya dengan hati Reyhan, bagaimana mungkin seseorang dapat berubah dalam waktu sesingkat itu.
"Itu sangat penting bagiku.. terutama.. kau tengah mengandung anakku" jawabnya masih dengan nada lirih, hatinya merasa terkoyak dengan pertanyaan istrinya itu.
Sinta tak menjawab perkataan Reyhan.. dia ragu apakah laki-laki ini serius atau tidak. Dia curiga laki-laki ini akan mencelakakan anaknya karena dia tak mau memiliki seorang anakpun dari wanita yang pernah dibayar nya. Dan Sinta adalah salah seorang diantara mereka. Melihat Sinta yang masih terdiam, akhirnya Reyhan bertanya..
"Dimana kamu akan mengikuti tes? " Tanya Reyhan lagi.
"perusahaan Tama" jawab Sinta singkat.
Reyhan tersenyum mendengar nama perusahaan itu, ternyata itu cabang dari perusahaannya tapi dia berusaha agar senyuamnya tak terlihat. .
"Jika itu keputusanmu.. izinkan aku mengantarkanmu ke sana" Kata Reyhan sedikit bersemangat.
"Kau tak akan menyabotase pekerjaanku kan?" tanya Sinta khawatir.
"Aku janji.. " jawab Reyhan tersenyum. namun Sinta tak dapat memahaminya.