Tak berapa lama kemudian, Sinta hampir siuman, dia mulai menggerakkan tangannya dan hendak memegang kepalanya, melihat hal itu, Reyhan segera membelai kepala sinta dengan lembut. ketika dia sudah sadar total Sinta sedikit kaget dia berada di tempat yang asing. Apa lagi saat dia melihat Reyhan yang tersenyum lembut padanya. Sinta bermaksud akan duduk, Reyhan dengan segera membantunya.
"Sayang... apa kamu masih pusing? " Tanya Reyhan khawatir. Sinta tak menjawab, malah memandang Reyhan dengan tatapan heran.
"Aku bicara padamu, kenapa tak menjawab? " Tanya Reyhan khawatir, dia takut kalau istrinya ini belum sadar total.
"Tuan.. apa anda baik-baik saja? "Tanya Sinta heran.
"Sinta.. ku. mohon.. jangan panggil aku tuan lagi, aku adalah suamimu. " Kata Reyhan sedikit kesal.
"ya..hanya untuk minggu ini saja" Jawab Sinta lirih.
"Kau salah.. aku sudah mendaftarkan kan pernikahan kita tiga bulan yang lalu, aku tak ingin kehilanganmu, aku tak ingin kau pergi dariku" Kata Reyhan tulus, bahkan dia berusaha menahan sebak di tenggorokan nya.
"Maaf.. aku tak bisa, aku tak sanggup untuk menjadi istrimu dalam waktu lama, hatiku tak sekuat itu." jawab Sinta lirih.
"Sayang... aku tak seperti dulu lagi, semenjak aku mendaftarkan pernikahan kita, aku tak pernah lagi menyentuh wanita lain. hanya kamu seorang" Kata Reyhan dengan nada serius. Sinta hanya tersenyum kecut mendengar pernyataan itu, karna dia baru saja melihat Reyhan sedang berciuman siang ini.
Tiba-tiba saja seseorang memanggil Sinta..
"Sinta.. " mendengar itu Sinta menoleh.
"Ternyata memang kamu. kenapa ada di sini?" Tanya Haykal heran..
"Tunggu dulu... apa kamu hamil? tapi bukankah pernikahanmu hanya tinggal minggu ini? " Tanya Haykal lagi.
"Tapi jangan khawatir.. aku bersedia menjadi ayah dari anakmu" Katanya serius, sehingga hampir membuat Reyhan ngamuk.
Ruli yang baru saja datang, buru-buru memukul sepupunya itu dengan map plastik yang sedang di pegangnya.
"Kau jangan ngomong sembarangan. sana keluar, kata Ruli mengusir sepupunya itu agar terhindar dari amukan Reyhan.
" Nggak kak.. aku serius.. aku benar-benar ingin bersama Sinta setelah dia bercerai. " jawabnya polos.
"Aku tak akan menceraikan istriku" Jawab Reyhan dengan geram.
"Kau tak mencintainya jadi lepaskan dia" jawab Haykal tak kalah geram.
"Bagaimana kau tau aku tak mencintainya? " tanya Reyhan emosi.
"Aku sering melihatmu mencaria 'ayam kampus', tak hanya sekali ataupun dua kali, oleh karena itu aku mendesak Sinta menceritakan kenapa dia bisa menjadi istrimu. " Terang Haykal ,nadanya semakin kesal. suasana didalam semakin memanas, sampai mereka tak menyadari kalau Sinta telah sampai di pintu depan.
Di teras, dia berpapasan dengan Nayla, dia hanya tersenyum samar lalu berlalu menuju gerbang, sesampai di gerbang Sinta langsung memanggil taksi yang membawa Nayla tadi.
Nayla sebenarnya ingin berbicara dengan Sinta, tapi dia ingat perkataan Reyhan bahwa Sinta pernah akan kabur saat Reyhan memberitahukan tentang pernikahan mereka pada orang lain. Nayla tak ingin gadis itu kabur dari sisi Reyhan karena memberitahukan hal itu padanya. Sinta meminta sopir taksi itu mengantar kannya ke rumah Reyhan dan meminta sopir taksi itu menunggu sebentar, Sinta mengambil barang-barang nya, meletakkan dua buah surat di kamar Reyhan dan langsung meninggalkan rumah itu.
.....
Nayla yang baru masuk heran melihat Reyhan yang sedang beradu mulut, untung mereka masih menghargai Ruli sebagai tuan rumah, sehingga mereka tidak beradu otot .
Nayla ingin mengatakan kalau Sinta telah pergi, tapi dia tak punya kesempatan, karena kedua orang itu masih beradu argumen .
Setelah beberapa lama, akhirnya Nayla kesal dan berteriak.. "DIAM... " Kedua orang itu langsung terdiam dan memandang Nayla.
"Apa yang kalian ributkan? " Tanya Nayla penasaran.
"Sinta" jawab Reyhan singkat.
"Orangnya sudah pergi, aku tak bisa menghentikan mu dari tadi" Jawab Nayla.
Reyhan langsung melihat tempat tidur itu, dan langsung berlari meninggalkan rumah sahabatnya itu.
Reyhan langsung memacu mobilnya ke kantor, tapi tak mendapati Sinta di sana . Dia langsung pulang ke rumahnya, memeriksa setiap kamar, tak menemukan keberadaannya, Reyhan semakin panik saat dia melihat dua buah surat tergeletak di atas tempat tidurnya.
surat pertama, surat pengunduran diri. Surat ke dua.. Surat untuknya yang berisi..
Kepada Tuan Reyhan yang terhormat..
Maaf jika saya tak bisa memenuhi janji yang hanya tinggal seminggu ini, saya akan berusaha mengembalikan semua uang anda. terima kasih banyak atas pertolongannya, berkat anda nyawa adik saya bisa di selamatkan. Tapi hari ini saya benar-benar harus pergi, maafkan atas semua kesalahan saya. Oh ya, uang yang anda berikan pada saya setiap bulannya, saya letakkan di dalam lemari pakaian di kamar yang saya tempati dulu, saya tak berhak menggunakan uang itu.
walasam... Sinta..
Surat pendek itu mampu membuat Reyhan merasa dihantam oleh balok yang begitu kuat. Dia langsung memeriksa lemari pakaian itu dan melihat enam buah amplop berada di sana, isinya tak kurang selembar pun. Reyhan. memberikan Sinta uang saku sepuluh juta rupiah setiap bulannya. dia juga melihat pakaian yang di belikannya untuk Sinta, juga tak dibawanya sehelai pun, Reyhan sangat marah dan meninju kaca cermin rias yang ada di kamar itu, di tak peduli dengan tangannya yang mengeluarkan banyak darah.
Nayla yang berdiri di pintu, merasa sangat Khawatir, baru kali ini dia melihat Reyhan begitu frustrasi. Bahkan saat mereka putus dulu pun, Reyhan tak seperti ini.
Kemudian dia seperti mengingat sesuatu, dan segera merogoh saku celananya, tangannya masih bergetar saat membuat panggilan, namun sayang.. nomor yang ditujunya tak aktif. Sinta mematikan ponselnya. Reyhan langsung terduduk lesu di lantai.
"Kita obati tanganmu" kata Nayla..
"Biarkan saja" Jawab Reyhan.
"Jika kau sakit, bagaimana kau akan mencarinya, kita obati dulu tanganmu" Kata Nayla lagi.
"Baiklah" Reyhan akhirnya menuruti.