Maya mendesah mendengar cerita tentang Pak Hardi pemilik rumah di atas bukit itu, begitu tragis dan menyentuh. Dikhianati dua orang perempuan dalam hidupnya tentu membuat hidupnya sangat tak berarti, harta benda melimpah yang dimilikinya hanya sebuah kamuflase. Maya merasa kasihan kepada lelaki tua itu, tentu dia merasa kesepian di sisa hidupnya sekarang.
Mbok Nah melanjutkan ceritanya kalau Pak Hardi sampai hari ini masih mencari putrinya yang usianya sepantaran denganku. Dia telah mengerahkan daya dan upaya untuk mencari anaknya tapi tak pernah berhasil. Beberapa orang pernah mengaku menemukan anaknya atau bahkan mengaku sebagai anak itu tapi tak membuat Hardi percaya, apalagi ketika ia mencoba membuktikan dengan test DNA, sebagian besar dari mereka mengundurkan diri. Hardi percaya istri dan anaknya tinggal di suatu tempat bersembunyi dari sesuatu. Hardi percaya Kasih tak pernah mengkhianatinya, sehingga dia selalu menanti suatu saat Kasih akan kembali ke rumah ini.
Hardi lebih banyak tinggal di kota sekarang mengurus semua bisnisnya, hanya sesekali ia datang ke rumah di atas bukit itu, biasanya saat akhir pekan. Itu adalah saat dia ingin menenangkan diri atau di saat dia merindukan keluarga kecilnya. Beberapa kali pengurus rumah memergoki Hardi menangis sambil menatap lukisan Kasih di ruang tengah yang mulai usang.
Erwin langsung memeluk istrinya yang mulai menitikkan air mata mendengar cerita itu.
Mbok Nah terlihat menitikkan air mata juga, ia bersimpuh di atas lantai, terlihat tak berdaya.
"Mbok pernah sekali ketemu non Kasih, orangnya cantik dan baik sekali beda dengan non Wulan,"
"Sekarang bu Kasih tinggal di mana, mbok?"
"Pak Hardi sudah mencarinya ke mana-mana tapi sejak malam itu tak pernah ada yang melihatnya," Mbok Nah mendesah, " termasuk anak dan pembantunya juga tak pernah terlihat."
"Sudah, mbok. Nggak usah bergosip, ini istriku jadi mewek." kata Erwin. " Lagian itu kan cuma gosip yang beredar di masyarakat sini, belum tentu benar. Yuk ah masuk, dingin di sini!"
Erwin segera menghela Maya ke dalam rumah. Mata sebenarnya masih ingin mendengar cerita mbok Nah karenanya ia mengikuti Erwin dengan enggan.
Mbok Nah segera mengikuti mereka ke dalam setelah membereskan cangkir dan piring di meja. Mbok Nah melihat dua sejoli itu memasuki kamar mereka, ia tersenyum. Ia masih ingin bercerita banyak tentang Pak Hardi dan keluarganya tapi Erwin kurang berkenan Maya mendengarkan ceritanya. Ada yang ingin dikatakannya pada Maya, tentang Kasih