Chereads / Rumah di atas Bukit / Chapter 6 - Mencari Tempat Pengganti.

Chapter 6 - Mencari Tempat Pengganti.

Musim libur kenaikan kelas tinggal dua minggu lagi, Maya senang karena makin banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya di kelompok bermain Cahaya hati, jumlah pendaftar dua kali lipat dari pendaftar pada tahun ajaran lalu.

Maya bersyukur tapi dia juga merasa pusing.

Dua

minggu yang lalu melalui Husna, pemilik tempat yang dipakai untuk tempat belajar mengajar Cahaya hati selama ini sudah meminta kembali tempat itu karena bangunannya mau direnovasi. Maya meminta waktu sampai tahun ajaran baru untuk mencari tempat pengganti. sudah seminggu ini, dia dan Erwin mencari tempat yang bisa digunakannya sebagai tempat belajar anak didiknya sampai saat ini masih belum dapat tempat yang diinginkan. Ada yang tempatnya memadai tapi terlalu jauh, ada yang hanya muat dua kelas saja padahal dia membutuhkan empat kelas. Ada yang tidak ada halamannya, ada yang sewanya terlalu tinggi dan lain-lainnya. Husna sebagai ketua yayasan dan suaminya Ahmad juga sudah berupaya mencari tempat pengganti.

Tiba-tiba Maya ingat rumah itu, rumah kuno yang masih berdiri kokoh di atas sebuah bukit kecil yang berada tak jauh tempatnya mengajar sekarang. Sejak mendengar cerita mbok Nah tentang pemilik rumah itu Maya kemudian melepas semangatnya untuk menjadikan rumah itu sebagai tempat belajar anak-anak kelompok bermain Cahaya Hati. Hari ini Maya merasa rumah itu membayang-bayang di matanya seperti memanggilnya.

Maya menghirup nafas panjang, dia sendirian di ruangannya kini, guru dan staf administrasi sudah pamit dari tadi. Maya menyandarkan kepalanya ke kursi, ia memejamkan mata, berfikir.

Cukup lama Maya dalam kondisi seperti itu sampai dia mendengar suara motor Erwin. Maya membuka matanya, saat dia hendak berdiri Erwin sudah ada di depan mejanya.

"Assalamu'alaikum," sapa Erwin sambil tersenyum.

"Waalaikum salam." balas Maya sambil mencium tangan Erwin.

"Pulang sekarang? Atau mau kemana dulu?"

Maya menghela nafas panjang sebelum akhirnya berkata, "Bagaimana kalau kita mencoba ke rumah yang di atas itu. Siapa tahu orangnya baik hati dan mau menyewakan paviliunnya untuk Cahaya Hati."

"Kamu yakin?"

"Kita tak akan tahu kalau tak mencobanya." Maya tersenyum.

"Baiklah," balas Erwin.

Maya mengunci pintu dan jendela yang masih terbuka kemudian keduanya bergandengan menuju sepeda motor mereka kemudian menuju rumah di atas bukit