Hari masih pagi saat Maya sampai di tempat yang digunakan sebagai tempat belajar mengajar kelompok bermain Cahaya Hati. Belum ada murid atau guru yang hadir di situ. Maya mengamati bangunan tempat kegiatan belajar mengajar itu jauh dari layak , bagian kanan bangunan itu sudah roboh sebagian dan sewaktu-waktu bisa membahayakan peserta didik. Maya menghela nafas, mengarahkan pandangannya ke jalanan di depan bangunan itu, jalanan cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor dari dua arah.
Tatapan Maya tiba-tiba terpaku pada bangunan di seberang jalan dihadapannya. Bangunan itu berada di sebuah bukit kecil, jarak gerbang bangunan itu dengan jalan beraspal di depan Maya sekitar lima ratus meter, ada halaman yang luas di depan bangunan yang berarsitektur kuno. Maya yakin dulu rumah itu adalah rumah yang paling megah di sini sebelum ada rumah- rumah lain dengan gaya yang modern. Bangunan itu terpisah dari rumah-rumah penduduk lain, yang paling dekat adalah bangunan tempat aku berdiri sekarang.
Saat menatapnya Maya merasa jatuh cinta pada bangunan itu. Melihat bangunan yang kokoh dengan halaman luas itu Maya membayangkan anak-anak bisa bermain dan berlarian di sana sepuasnya, tak akan ada rasa cemas anak-anak akan berlari ke jalanan atau was-was karena bangunan yang roboh. Maya tersenyum.
" Mbak Maya, ya?" tanya seseorang perempuan dengan perut buncit mengagetkannya. Maya langsung tahu kalau perempuan itu adalah istri Ahmad, sahabat Erwin. Namanya Husna.
Maya mengangguk sambil tersenyum. Husna mengajaknya masuk ke dalam ruangan., mereka duduk di ruangan milik Husna. Mereka segera akrab meski baru berjumpa, Husna mulai bercerita asal mulanya dia membuka Kelompok Bermain Cahaya Hati.
Semua bermula dari keprihatinan Husna akan belum adanya pendidikan islam pada usia dini. Hasna kemudian melakukan lobi-lobi agar bisa mendirikan Kelompok bermain Cahaya Hati termasuk menghubungi orang tua calon murid agar mau menitipkan anaknya di sana. Tahun pertama jumlah murid Kelompok Bermain Cahaya Hati hanya sepuluh anak, tahun kedua sekarang sudah meningkatkan menjadi dua puluh anak dan kemungkinan akan terus meningkat karena semakin banyak orang tua yang ingin menitipkan anaknya di Kelompok Bermain Cahaya Hati terutama para ibu bekerja karena kelompok bermain ini menerapkan sistem full day school di mana anak pulang setelah ashar sehingga para orang tua bisa bekerja dengan tenang.
Husna juga mengungkapkan keinginannya untuk mencari tempat yang lebih layak dari yang sekarang, bangunan yang sekarang adalah pinjaman dari seorang donatur, bangunan itu dipinjamkan selama dua tahun karena setelah itu bangunan itu akan dipugar menjadi rumah tinggal bagi pemiliknya yang sekarang tinggal di ibukota.
Setelah itu Husna menerangkan tugas-tugas Maya selama ia mengambil cuti melahirkan bahkan mungkin Husna baru akan kembali mengajar setelah anaknya cukup besar. Maya mengangguk-angguk menerima penjelasan Husna yang mudah di cerna.
Keduanya kemudian keluar dari ruangan dan melihat sudah banyak murid yang hadir juga dua orang guru bekerja di Kelompok bermain ini, Rani dan Tania. Husna segera memperkenalkan Maya pada mereka. Ada beberapa orang tua murid yang baru saja datang mengantarkan anaknya mereka tersenyum dan menyalami keduanya.