Chereads / DOSA MASA LALU / Chapter 9 - MENGULUR WAKTU

Chapter 9 - MENGULUR WAKTU

Azzam benar-benar menjaga sikapnya. Semua keluarga Kinan sudah di atur sesuai keinginannya. Sebuah kepalsuan yang sejatinya dia sedang membohongi dirinya sendiri. Kinan dan maminya mengenakan hijab seperti yang diinginkan Azzam. Papinya juga mengenakan peci dan baju koko. Agar terlihat lebih meyakinkan. Hampir saja Kinan memeluk Azzam seperti kebiasaan dia selama ini. Tapi buru-buru Azzam menghindar.

"Mari silakan duduk, Pak, Bu." ucap Papinya Kinan pada Abizar dan Salma.

"Oh iya Pak terimakasih." Abizar menyalami Papinya Kinan. Saat Maminya Kinan mau menyalami, Abizar buru-buru menangkupkan tangannya. Membuat Maminya kinan salah tingkah.

"Bagaimana calon Azzam, Ma? cantik kan?" tanya Azzam dengan percaya diri.

"Iya cantik," ucap Salma dengan senyum tipisnya. Dia akui Kinan sangat cantik. Tapi makeup yang dia pakai menurut Salma sangat tebal. Apalagi melihat alisnya yang dicukur. Meski berkhimar, rasanya tak pantas jika yang tahu agama, bisa melakukan hal seperti itu. Satu point minus dari calonnya Azzam ini.

"Pak Abizar ini ownernya Sakinah Property ya?" tanya Papinya Kinan tiba-tiba.

"Bukan Pak, saya hanya anak dari owner. Pemilik aslinya adalah Ayah saya."

"Ah Bapak ini merendah. Sama saja donk Pak Abizar."

"Beda Pak. Saya tidak pernah merasa memiliki. Karena bisnis ini bisa besar karena Ayah saya yang bekerja keras. Dan tentu saja karena seizin Allah."

"Oh begitu ya." Papinya Kinan tampak puas dan bangga karena akan punya besan yang sepadan dengannya.

Abizar merasa tidak tertarik untuk menanyakan latar belakang keluarga Kinan. Dia akan lebih percaya dengan apa yang akan disampaikan oleh orang suruhannya nanti.

"Maaf Bapak dan Ibunya Nak Kinan namanya siapa ya? Azzam ini tidak ngasih tahu sebelum berangkat tadi. Jadi saya tidak tahu. Maaf ya Pak, Bu."

"Oh iya bu Salma. Tidak apa-apa. Nama saya Ajeng. Dan suami saya namanya Fathan."

"Oh iya bu Ajeng, Pak Fathan maaf saya baru tahu nama anda." Salma berusaha untuk membuat suasana hangat. Karena dia melihat suaminya tampak tidak senang dengan pertemuan ini.

"Tidak apa-apa, Bu. Kalian kan orang sibuk, kami maklum kalau kalian tidak ingat nama kami." Ajeng tersenyum.

"Aduh saya jadi tidak enak." ucap Salma.

"Azzam ini sudah berteman sama Kinan sejak kuliah di London lho Bu. Kinan ini dari kecil selalu berprestasi. Makanya dia dapat beasiswa ke London. Saya senang sekali punya anak yang pintar dan cantik seperti Kinan. Dan yang lebih membanggakan lagi, dia tidak salah memilih calon suami. Azzam adalah laki-laki yang tepat untuk anak saya, Bu." ucap Ajeng panjang lebar.

"Oh begitu ya, Bu. Syukurlah kalau begitu." Salma tersenyum sambil melirik Abizar.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita langsung membahas rencana lamaran Azzam dan Kinan, Pak Abi? bukankah lebih cepat lebih baik?" tanya Fathan.

"Ah begini Pak. Kita santai saja dulu. tidak usah terburu-buru. Kita ngobrol, makan-makan saja dulu. Masalah lamaran gampanglah Pak. Kita akan langsung datang aja ke rumah Bapak dan Ibu." ucap Abizar. Dia dari pandangan pertama sudah tidak suka dengan keluarga Kinan. Dan benar dugaannya. Omongan mereka terlalu muluk-muluk dan membuat Abi merasa muak.

"Oh begitu ya? benar juga ya. Kalau Pak Abi maunya begitu silakan. Saya ikut saja." ucap Fathan dengan tersenyum lebar.

"Bapak ini lagi sibuk usaha apa sekarang?" tanya Abizar basa basi.

"Saya lagi fokus usaha tambang di Kalimantan Pak Abi." jawab Fathan.

"MasyaAllah bagus sekali, Pak. Wah saya jadi minder. Karena saya ini kan hanya karyawan biasa di SP. Sedangkan anda saudagar kaya."

"Ah Pak Abi ini bisa saja. Pemilik SP koq bilangnya karyawan biasa. Anda terlalu merendah Pak."

"Saya memang tidak pernah menganggap diri saya owner SP, Pak. Karena yang punya kan Ayah saya. Kalaupun sekarang saya yang megang, saya anggap ini hanya titipan. Karena semua harta yang kita miliki di dunia hanya titipan, Pak. Saya tidak pernah menganggap ini milik saya. Tapi titipan Allah."

"Titipan Allah berarti milik kita, Pak. Kan kita yang dititipi, jadi kita masih punya hak untuk menggunakan semau kita. Sebagai tanda syukur kepada Allah, kan?"

"Oh begitu ya, Pak?" Abizar hanya tersenyum. Percuma dia berdebat panjang lebar. Sepertinya orang ini belum paham.

"Makanannya udah datang. Ayo kita makan dulu. Jangan ngobrol terus." ucap Ajeng dengan mata berbinar.

"Pah, kenapa ga dibahas sekarang aja rencana pernikahanku dan Kinan. Kita udah sama-sama kenal, kan Pah. Terus mau apa lagi?" bisik Azzam di telinga Abizar.

"Nantilah gampang. Kita nikmati aja dulu. Ga usah buru-buru, Zam. Lagian kamu masih muda. Emang mau ngapain buru-buru." ucap Abizar. Padahal dia sedang ingin mengulur waktu agar dia bisa menyelidiki keluarga Kinan lebih dulu sebelum mengambil keputusan.

"Tapi bukannya kata Papa pacaran lama-lama itu ga baik?"

"Lho emang selama ini kamu pacaran? Papa ga akan ijinin kalau kamu sampai pacaran. Kamu ga inget pesan Oma dan Opa?" bisik Abizar.

"Ya enggak gitu, Pah." Azzam merasa keceplosan.

"Sudah tidak usah berdebat lagi. Nanti kita lanjut di rumah aja."

Setelah itu Azzam hanya bisa diam. Dia tetap merasa kesal. Karena keinginan dia untuk menikahi Kinan sepertinya sengaja ditunda-tunda oleh Papanya.

"Kinan sepertinya mahir berdandan ya?" tanya Salma saat memperhatikan wajah Kinan yang seperti tatanan seorang MUA.

"Iya tante, ya beginilah. Dandanan apa adanya, Tan."

"Jilbabnya juga bagus. Cantik banget. Pas sama wajahmu." Salma sengaja memuji Kinan. Padahal dia hanya ingin tahu kenapa seorang muslimah berani mencukur alisnya. Yang jelas-jelas di larang dalam agama.

"Makasih tante.." padahal dalam hati Kinan ingin segera melepas hijabnya. Karena terasa panas.

"Tante bersyukur karena calonnya Azzam seorang muslimah yang baik. Padahal kamu lama tinggal di London ya. Tapi kamu bisa bertahan denga gaya pakaian muslimahmu ini. Tante salut sama kamu. Pasti Mamamu ya yang selalu ngingetin kamu. Anda ibu yang hebat bu Ajeng." puji Salma.

"Terimakasih bu Salma. Itu karena dari pribadi anak saya sendiri, bu Salma. Kalau tidak kuat iman, mungkin dia tidak akan bisa mempertahankan jilbabnya." ucap Ajeng. Tentu saja membuat Salma hanya bisa mengangguk anggukkan kepala. Sambil mengunyah ayam gorengnya.

"Setelah selesai ini kita langsung pulang ya, Zam. Papa masih ada urusan setelah ini." ucap Abizar lirih pada Azzam. Azzam tentu saja merasa kesal. Karena baru sebentar dia bertemu Kinan. Lagipula dari tadi tidak ada obrolan tentang kepastian pernikahan mereka.

"Maaf Pak Fathan. Saya SMP nih. Selesai makan pulang. Saya masih ada urusan lain soalnya. Kapan-kapan kita sambung lagi ya Pak." ucap Abizar yang tiba-tiba berdiri dan tiba-tiba saja berpamitan dengan keluarga Kinan.

"Oh ya tidak apa-apa Pak Abizar. Nanti biar Azzam saja yang komunikasi dengan anak saya." ucap Fathan.

Saat Abizar berdiri, dia mencari keberadaan orang suruhannya. Lalh menganggukkan kepala. Sebelum ketahuan Azzam.