Membina sebuah keluarga memang bukan perkara mudah. Tapi juga bukan berarti tidak bisa dilakukan. Bahkan dalam agama islam, menikah sama artinya menyempurnakan setengah agamanya. Yaitu menikah atas dasar ketakwaan kepada Allah. Menikah juga melindungi seseorang dari perbuatan zina. Dimana seseorang yang mampu menjaga kehormatan dari zina, jaminannya adalah surga.
Begitu pentingnya pernikahan bagi seorang muslim. Jika keduanya sama-sama baik, tentu rumah tangga yang diharapkan menjadi rumah tangga sakinah, mawaddah, warohmah akan tercapai.
Zakiya mendengarkan ceramah seorang ustadz di sebuah channel youtube. Mendekati hari pernikahan besok pagi, banyak hal yang harus dia persiapkan. Setiap kali membahas tentang zina, bercucuranlah airmatanya. Seolah dia adalah manusia yang paling hina karena masalalunya. Andai saja waktu dapat diputar kembali, maka Zakiya ingin menjaga pandangan dan kemaluannya. Apalagi dia adalah seorang wanita. Dimana dalam agama islam, wanita selalu dimuliakan. Salah satunya adalah perintah menutup aurat dengan benar yang memang salah satu tujuannya adalah menjaga diri agar lebih aman dari pandangan laki-laki.
Zakiya mengusap airmatanya saat ia mendengar orang yang menjaga dirinya dari zina jaminannya adalah surga. 'Lalu bagaimana dengan pendosa sepertiku? apa aku tidak berhak mendapat surga karena aku pernah berzina?' ucap Zakiya dalam hati sambil menangis sesenggukan sampai dadanya terasa sesak.
Setiap manusia pernah berbuat salah dan dosa. Lalu bagaimana jika seseorang sudah terlanjur pernah berbuat zina?
Zakiya menatap lagi layar ponselnya. Seolah ceramah yang sedang ia dengarkan itu untuk menjawab keresahan hatinya.
Pertama, bertaubatlah dengan sungguh-sungguh jangan setengah-setengah atau taubatan nasyuha berjanji tidak akan mengulanginya lagi, yang kedua menyesal. Harus menyesali perbuatan zina yang pernah dilakukan. Menyesal artinya kelak tidak akan melakukannya lagi. Memohon ampun kepada Allah atas kemaksiatan yang pernah dilakukan.
Zakiya bersujud dan memohon ampun kepada Allah. Untuk kesekian kalinya dia salat taubat sebelum menempuh kehidupan barunya bersama Rafka. Laki-laki yang terlalu sempurna untuknya.
Besok, pagi-pagi sekali dia akan disiapkan untuk menjadi pengantin wanita. Dan dalam hitungan jam dia akan berubah status menjadi istri dari Rafka. Mata Zakiya sampai bengkak akibat terlalu banyak menangis. Yang dia takutkan hanya satu bagaimana dia kelak akan berhadapan dengan sepupu Rafka yang bernama Azzam. Laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya. Kadang dia menyesal, kenapa dia harus berjodoh dengan Rafka. Padahal dia ingin melupakan masa lalunya bersama Azzam. Tetapi bersama Rafka, masa lalunya itu seolah terkuak kembali.
Zakiya hanya bisa tidur beberapa jam. Pukul tiga dini hari dia bangun lagi untuk melaksanakan salat tahajud. Di sepertiga malam seperti inilah dia merasa dekat dengan yang kuasa. Dia berharap esok pagi semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan sedikitpun. Setelah salat tahajud ia melanjutkan untuk membaca Alqur'an dan menanti Azan subuh. Karena setelah Subuh nanti dia harus mandi dan siap-siap dirias untuk menjadi pengantin wanita.
"Zakiya sudah bangun, Nak?" suara Darren terdengar dari luar kamar Zakiya.
"Sudah, Pi. Masuk aja Pi tidak dikunci koq." jawab Zakiya yang sedang merapikan tempat tidurnya. Pagi ini dia akan melaksanakan ijab qabul di masjid dekat rumahnya. Sedangkan malam nanti, akan diadakan acara resepsi di hotel bintang lima yang sudah dipesan oleh Rafka.
"Assalamualaikum, putri kecilku." sapa Darren setelah membuka pintu kamar Zakiya.
"Waalaikumsalam, Pi. Aku sudah tidak kecil lagi, Pi." Zakiya dan Darren duduk berdua di pinggiran ranjang. Kamarnya sudah dihias dengan dekorasi khas kamar pengantin.
"Sampai kapanpun kamu adalah putri kecil Papi. Papi tidak menyangka kita bisa melewati ujian demi ujian dengan sabar dan ikhlas. Terutama kamu, Nak. Begitu banyak ujian yang kamu lewati sepanjang hidupmu. Padahal kamu anak yang baik. Tetapi Allah memberikan kamu ujian yang begitu berat." tanpa sadar Darren yang mempunyai tubuh tinggi besar dan kekar, mampu meneteskan air mata setiap kali mengingat masa lalu putrinya.
"Sudahlah Pi, ini adalah ujian hidup Zakiya. Setiap manusia punya ujiannya sendiri-sendiri kan? Kebetulan Zakiya yang kebagian dapat ujian seperti ini," ucap Zakiya yang juga ikut menangis karena melihat Papinya menangis.
"Kadang Papi miki kamu itu salah apa? dari kecil kamu sangat penurut dan baik hati. Bahkan kamu selalu sabar menghadapi mamimu yang selalu menghukummu dengan cara yang keras. Itupun kamu masih menyayangi Mami. Saat beranjak dewasa kamu harus dipertemukan dengan laki-laki brengsek seperti Azzam. Yang dengan tega menodaimu dan tidak ada rasa tanggungjawab sedikitpun terhadapmu."
"Papi, doakan Zakiya agar kuat untuk menjalani semua ini. Semoga saja kalaupun nanti akan ketahuan oleh kak Rafka, semoga kak Rafka mau menerima Zakiya apa adanya. Zakiya juga ingin dapat kesempatan yang kedua. Apapun yang terjadi nanti aku akan siap untuk menghadapinya Pi. Jangan putus untuk mendoakan Zakiya ya, Pi."
"Tentu sayang. Papi akan selalu mendoakanmu. Jangan pernah lepas cadar mu itu di depan Azzam ya. Walaupun nanti saat ijab qobul, Azzam juga akan tahu siapa kamu sebenarnya. Karena dia pernah bertemu dengan Papi. Tapi Papi yakin dia tidak akan membuka aibnya sendiri. Laki-laki pengecut seperti dia tidak akan mungkin berani untuk mengungkapkan aibnya sendiri. Apalagi dia akan menikah juga kan? jadi kamu tenang saja. Biarlah masa lalu kalian menjadi rahasia kalian berdua. Kubur dalam-dalam masa lalu yang menyakitkan itu. Kalau ada apa-apa nanti jangan ragu untuk bilang sama Papi. Papi akan berada di garis terdepan untuk membelamu." ucap Darren.
"Iya Pi," Zakiya memeluk Darren. Dia bersyukur mempunyai seorang ayah seperti Darren yang selalu membelanya. Selalu melindunginya sehingga dia tidak pernah merasa kehilangan kasih sayang. Zakiya bersyukur masih memiliki Papi yang begitu mengerti dia. Karena dia tidak bisa mengharapkan dari Maminya.
Penata rias datang sepuluh menit kemudian. Zakiya didandani sedemikian rupa sehingga menjadi seperti putri yang cantik jelita. Dia akan menjadi seorang Ratu yang paling cantik hari ini. Kecantikannya nanti hanya akan bisa dinikmati oleh suaminya seorang. Zakiya yang cantik, selalu menyembunyikan kecantikannya di balik cadarnya. Ia tidak ingin siapapun yang bukan mahramnya memandangnya dengan kekaguman.
"Kamu cantik sekali." Ucap Renata yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Zakiya senang sekali akhirnya Renata mau menemuinya sebelum ia menikah. Keadaan maminya sekarang memang jauh lebih baik dari yang dulu.
"Terima kasih Mami. Sama cantiknya dengan Mami kan?" Zakiya menggoda maminya agar tersenyum. Renata akhirnya tersenyum. Saat ini Renata masih mengenakan baju tidurnya. Menunggu giliran untuk dirias.
"Tapi Mami belum didandani kayak kamu. Jadi Mami belum cantik seperti kamu."
"Habis ini gantian Mami. Jadi nanti pasti cantiknya Mamali ngalahin aku deh."
"Masa sih?" Renata melihat pantulan dirinya di cermin.
"Tentu saja, Mi. Kata papi Mami itu wanita yang paling cantik."
"Yang bener? kok Papi nggak pernah bilang sama Mami sih."
"Coba aja Mami tanya sendiri." Zakiya dan Renata tertawa bersama. Ini adalah momen kebersamaan mereka berdua sebelum Zakiya menempuh hidup barunya. Zakiya berharap Renata nanti akan baik-baik saja. Dia bahagia melihat Maminya yang bisa dekat dengannya seperti ini.